Vaksin Sars-Cov-2: Tinjauan Kepustakaan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh BBC.com

Pandemi Covid-19 masih terus berlangsung dan menelan banyak korban. Hingga bulan November 2020 belum ditemukan obat efektif untuk penyakit ini sehingga harapan terbesar berada pada vaksin. Dalam sejarah umat manusia, vaksin telah terbukti efektif mencegah banyak penyakit. Ada tiga penyakit, bahkan, yang sudah musnah dari dunia berkat peran besar vaksin. Penyakit cacar dan polio pada manusia, serta rinderpest pada sapi adalah tiga penyakit termaksud. Untuk penyakit lain yang sudah mempunyai vaksin, terdapat perbedaan yang besar antara kejadian sakit sebelum vaksin ada jika dibandingkan dengan situasi saatini.

Ada ratusan kandidat vaksin SARS-CoV-2 namun baru sekitar 40 yang sudah melaju ke uji klinik pada manusia. Vaksin-vaksin tersebut mempunyai dasar yang bervariasi. Beberapa dasar pembuatan vaksin malah belum pernah dikenal sebelumnya, seperti vaksin mRNA, DNA, serta vaksin bervektor virus. Semua vaksin pada dasarnya mempunyai dua ketidakpastian, yaitu ketidakpastian biologis dan eksekusi di lapangan. Ketidakpastian biologis terdiri dari dua unsur utama yaitu keamanan dan manfaat. Dua hal ini yang merupakan unsur utama yang perlu dijawab dalam sebuah uji klinik vaksin. Ketidakpastian yang terkandung dalam vaksin begitu besar sehingga sesungguhnya sangat sedikit vaksin dari tingkat laboratorium yang berhasil maju ke pasar. Dengan kata lain, membuat vaksin yang sukses itu sulit.

Ada beberapa kriteria vaksin SARS-CoV-2 yang ideal seperti (1) meminimalkan efek samping seperti imunopotensiasi, (2) sesuai untuk tenaga kesehatan, (3) sesuai untuk orang berusia di atas 60 tahun atau yang mempunyai penyakit diabetes dan hipertensi, serta (4) dapat disimpan untuk jangka waktu lama. Hal tersebut sesuai dengan situasi penyakit Covid-19 saat ini. Sudah pasti membuat vaksin ideal ini memerlukan banyak upaya. Sebenarnya selama ini kita belum pernah mempunyai vaksin untuk virus corona. Sekalipun sekitar seperempat pasien yang berobat ke klinik atau dokter adalah kasus yang disebabkan oleh virus corona, ketertarikan membuat vaksin baru muncul ketika skala masalah meningkat. Kesulitan lain adalah menyangkut keterbatasan data dan pengetahuan mengenai berbagai aspek dari penyakit ini. Sebagai penyakit baru yang belum berusia setahun pengetahuan manusia akan penyakit Covid-19 masih minim. Satu hal lain yang juga merupakan kesulitan adalah adanya beberapa potensi bahaya seperti interaksi sistem imun dan perilaku beberapa sel dan unsur dalam tubuh yang kadang sulit diramalkan.

Dari semua kandidat vaksin, antigen terbanyak yang digunakan adalah protein S atau receptor binding domain (RBD). S atau spike adalah bagian yang digunakan untuk penempelan virus sehingga peran sangat besar. Masih ada satu dua kandidat antigen lain namun tahap penelitian vaksin jenis ini relative lebih tertinggal. Beberapa bahan tambahan seperti adjuvant dari perusahaan vaksin terkemuka juga dipakai dalam beberapa kandidat. Semua bahan ini dipakai dengan tujuan memperbaiki kemampuan vaksin.

Hampir seluruh vaksin yang ada menggunakan jalur suntikan otot dalam. Uniknya, ada satu dua kandidat memilih jalur melalui mulut atau diteteskan. Salah satu kandidat vaksin melalui mulut ini bahkan direncanakn diuji coba di Indonesia.

Dalam keadaan pandemi dan karena vaksin harus dibeli, kemungkinan ketimpangan negara maju dan berkembang sangat besar. Untuk mencegah disparitas yang tajam, dijalankanlah inisiatif COVAX yang pada dasarnya mengumpulkan dana dan komitmen dari banyak negara. Saat ini sudah lebih dari 100 negara bergabung dalam COVAX.

Di Indonesia, ada sedikitnya lima Lembaga yang sedang berupaya menciptakan vaksin buatan dalam negeri. Lembaga termaju dan memperoleh sokongan dana utama dari pemerintah adalah Lembaga Eijkman di Jakarta. Vaksin ini direncanakan akan menjalani uji klinik pada pertengahan 2021. Lembaga Eijkman menggunakan pendekatan virus inaktif. Alasan utama pendekatan ini adalah pada kemampuan PT. Biofarma yang akan menjadi produsen tunggal vaksin merah putih. Vaksin inaktif sering sekali digunakan dengan hasil baik.

Setelah vaksin ditemukan, pasti pelaksanaan di lapangan tidak akan terealisasi dengan mudah. Hal tersebut masih ditambah lagi dengan kesulitan harga, penyediaan stok, rantai dingin, serta ketidaktahuan akan beberapa pertanyaan yang penting. Sekalipun demikian kesulitan tersebut tidak akan menjadi penghalang bagi manusia untuk menemukan dan memberikan vaksin Covid-19 atau SARS-CoV-2 ini. Boleh dikata, upaya mengatasi pandemi akan maju satu langkah. Satu langkah ini sangat besar dan penting, bukan saja untuk keselamatan umat manusia namun juga untuk kejayaan bangsa dan negara.

Penulis: Dominicus Husada

Informasi detail dari artikel ini dapat diakses pada laman berikut: Vaccine for SARS-CoV-2: A Review | Journal Of The Indonesian Medical Association

(VACCINE FOR SARS-CoV-2 : A REVIEW)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).