Kandungan Protein dalam Fibrin Glue sebagai Biomaterial untuk Meningkatkan Keberhasilan Penyembuhan Luka Pascatrabekulektomi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi operasi glaukoma. (Sumber: suara.com)

Trabekulektomi adalah teknik bedah standar pada glaukoma untuk menurunkan tekanan bola mata. Sebanyak 74% kegagalan trabekulektomi disebabkan oleh pembentukan fibrosis subkonjungtiva. Penelitian menyebutkan bahwa penggunaan fibrin glue dapat meningkatkan keberhasilan trabekulektomi. Namun, hingga saat ini penggunaan fibrin glue di negara berkembang masih terkendala oleh biaya kurang terjangkau. Selain itu, kandungan fibrin glue dan mekanisme yang terlibat dalam penyembuhan luka pascatrabekulektomi belum dapat dijabarkan dengan jelas  (Masompour et al, 2016).

Pada studi ini, peneliti membuat self-made fibrin glue yang berasal dari campuran fibrinogen dan thrombin. Fibrinogen merupakan komponen pellet yang diperoleh dari sentrifugasi bertingkat darah tepi yang dicampur dengan antikoagulan CPDA-1, sedangkan thrombin merupakan bagian plasma kaya platelet yang dicampur dengan CaCl2. Analisis kandungan protein pada fibrin glue, thrombin, dan plasma sebagai pembanding dilakukan dengan metode liquid chromatography-Mass spectrometry (LC-MS). Analisis proteomik menunjukkan terdapat 93 protein pada plasma, 110 protein pada thrombin, dan 139 protein yang teridentifikasi pada fibrin glue.

Dari seluruh kandungan protein yang teridentifikasi, terdapat 26 protein unik dalam fibrin glue yang 6 diantaranya berperan dalam modulasi penyembuhan luka pascatrabekulektomi yaitu insulin growth factor-1 (IGF-1), hepatocyte growth factor (HGF), HGF-like protein, platelet factor-4, coagulation factor V, dan coagulation factor X.  Selain itu, terdapat 15 protein yang bertanggung jawab terhadap regulasi proteolisis yang mengindikasikan kemampuan fibrin glue sebagai antifibrosis. Dalam aplikasi klinis, fibrin glue berperan dari fase koagulasi pada penyembuhan luka dengan mengatur hemostasis sehingga pencegah perdarahan yang berlebihan yang akan menyebabkan fibrosisis.

Pada studi ini, peneliti berhasil membuat fibrin glue kaya platelet yang memiliki kandungan growth factor yang lebih kaya bila dibandingkan dengan fibrin glue di pasaran. Selain itu, Bornouf et al., 2009 menyebutkan bahwa platelet glue memiliki kemampuan adhesi dan kekuatan yang lebih baik daripada konvensional glue. Fibrin glue mampu membentuk jendalan segera setelah terjadi kontak dengan jaringan, pembentukan jendalan ini diharapkan dapat memfasilitasi aliran akuos humor. Selain itu, penelitian pada hewan coba menunjukkan bahwa jendalan fibrin akan mengalami degradasi setelah 14-21 hari, sehingga dapat meningkatkan keberhasilan pembentukan bleb.

Jendalan fibrin juga akan melapisi flap sklera dan lapisan antara sklera dan jaringan tenon yang akan mengatur hemostasis, sehingga mencegah kebocoran vaskuler yang menyebabkan reaksi inflamasi berlebihan. Fibrin glue mampu meregulasi penyembuhan luka pascatrabekulektomi dari fase koagulasi, inflamasi, proliferasi, dan remodeling matriks ekstraseluler (Sakarya et al, 2011; Stachowicz et al, 2017; Komaratih et al, 2018).

Sebagai kesimpulan, fibrin glue merupakan biomaterial yang bersifat autologous, biodegradable, mudah dibuat, dan murah. Fibrin glue mengandung berbagai protein yang berperan dalam setiap fase penyembuhan luka. Jendalan yang dihasilkan dari fibrin glue dapat memfasilitasi pembentukan bleb dan meningkatkan keberhasilan bedah trabekulektomi.

Penulis: Evelyn Komaratih, Yuyun Rindiastuti, I Ketut Sudiana, Cita R.S. Prakoeswa, Fedik A. Rantam

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:https://www.connectjournals.com/bca/10.35124/bca.2019.19.S2.4845

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).