Penjadwalan Operasi dan Lama Hari Rawat di RS pengaruhi Efisiensi Pelayanan Pasien Peserta JKN

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Kartu Indonesia Sehat. (Sumber: detikNews)

Sejak tahun 2014, program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah diterapkan di Indonesia. Hingga Bulan Oktober 2020, sebanyak 2.300 rumah sakit telah bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk melayani pasien peserta JKN. Prosedur reimburse dari BPJS Kesehatan kepada rumah sakit dilakukan sesuai dengan tarif INA-CBGs, termasuk untuk diagnosis radang usus buntu yang seringkali memerlukan tindakan operasi. Kadangkala, biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit melebihi biaya yang direimburse oleh BPJS Kesehatan. Apabila hal ini berlanjut terus-menerus, maka rumah sakit akan mengalami kerugian.

Radang usus buntu merupakan penyakit yang menyerang usus buntu sebagai bagian dari saluran pencernaan. Pasien dengan diagnosis radang usus buntu akut mayoritas akan dilakukan tindakan operasi pengangkatan usus buntu sebagai terapi. Bagi pasien peserta JKN, semua biaya perawatan sejak masuk rumah sakit sampai selesai perawatan akan ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Termasuk biaya pemeriksaan dokter, biaya kamar, obat-obatan, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi serta biaya operasi.

Pasien dengan penjadwalan operasi di hari pertama rawat inap akan meningkatkan efisiensi biaya bagi rumah sakit bila dibandingkan dengan pasien yang dilakukan operasi pada hari kedua atau setelahnya. Ketika operasi dilakukan di hari pertama, pada hari berikutnya pasien hanya perlu dipantau kondisi pasca operasi hingga pasien bisa keluar rumah sakit dan melanjutkan proses penyembuhan di rumah. Semakin cepat kondisi pasien membaik, maka semakin cepat pula pasien bisa pulang ke rumah. Dengan demikian, lama hari rawat juga semakin pendek.

Sebaliknya bila tindakan operasi tertunda menjadi hari kedua atau setelahnya, pasien sebelumnya telah menjalani rawat inap beberapa hari di rumah sakit. Setelah operasi, pasien juga masih dimonitor sampai keluar rumah sakit. Karena sudah ada episode rawat inap sebelum dilakukan operasi, maka hari rawat inap juga lebih panjang. Biaya yang dikeluarkan rumah sakit untuk merawat pasien juga lebih besar karena penambahan hari rawat inap secara otomatis akan menambah biaya kamar, biaya pemeriksaan dokter dan biaya obat-obatan. Dengan demikian, rumah sakit harus memutuskan dengan bijak kapan pasien akan dilakukan operasi dan berapa lama pasien dirawat agar rumah sakit terhindar dari kerugian.

Penulis: Djazuly Chalidyanto

Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link jurnal berikut ini:

https://www.elsevier.es/en-revista-enfermeria-clinica-35-articulo-factors-impact-cost-differences-between-S1130862120303922

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).