Infeksi Jamur Candida albicans, Diabetes Mellitus dan Nilai A1c

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Hiperglikemia adalah keadaan kadar gula darah lebih dari normal. Hiperglikemia terjadi karena resistensi insulin, kurangnya produksi hormon insulin atau keduanya, dalam kondisi jangka panjang dapat menyebabkan penyakit metabolisme yang dikenal sebagai diabetes melitus. Diagnosis diabetes mellitus dapat ditentukan berdasar kadar gula darah puasa dalam darah dan nilai A1c. Nilai A1c merupakan nilai kadar gula darah jangka panjang dan status kontrol gula darah.

Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan infeksi jamur Candida albicans pada rongga mulut yang disebut sebagai oral candidiasis. Oral candidiasis dapat diperparah oleh faktor lain seperti merokok, memakai gigi palsu, obat-obatan (antibiotik), dan kontrol gula darah yang buruk seperti pada diabetes mellitus. Pasien dengan kontrol gula darah yang buruk memiliki kadar gula yang tidak terkontrol, sehingga mempengaruhi hilangnya keseimbangan dan peningkatkan kerentanan infeksi di rongga mulut. Kadar gula yang tinggi dalam darah dapat meningkatkan pertumbuhan dan memperkuat perlekatan jamur Candida albicans pada permukaan rongga mulut. Kondisi ini juga melemahkan fungsi sel darah putih yang menyebabkan berkurangnya kemampuan perlawanan tubuh terhadap kuman penyebab infeksi.

Menurut American Diabetes Association, kontrol gula darah dianggap baik, jika nilai A1c adalah < 7%, dan buruk jika nilai tingkat A1c > 8%. Dalam suatu studi menunjukkan, bahwa nilai A1c > 12% secara signifikan berkorelasi dengan timbulnya infeksi jamur Candida albicans pada rongga mulut.

Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Haji pada 2017, pada 38 pasien dengan diabetes melitus, ditemukan 6 pasien mengalami oral candidiasis dengan status diabetes mellitus terkontrol dan 12 pasien mengalami oral candidiasis dengan status diabetes yang tidak terkontrol. Pasien dengan status diabetes terkontrol, dapat mengalami oral candidiasis. Hal ini bisa terjadi karena beberapa hal. Pertama, nilai A1c yang diturunkan adalah nilai palsu.

Ada beberapa kasus seperti kehilangan darah, anemia diketahui untuk memperpendek siklus hidup dan mempercepat pergantian sel darah merah. Kedua kondisi mengurangi paparan gula ke sel sehingga nilai A1c adalah rendah. Kedua, pasien tidak menjaga kebersihan rongga mulut karena itu ada akumulasi bakteri yang mengarah pada penyakit mulut. Ketiga, A1c hanya mencerminkan keadaan hiperglikemia kronis. Keempat, dampak obat yang digunakan untuk mengobati diabetes mellitus yaitu metformin. Metformin dapat meningkatkan risiko kekurangan vitamin B12 yang mengarah pada terjadi nya oral candidiasis.

Pasien diabetes mellitus juga mengalami kelainan fungsi kelenjar saliva. Kelainan fungsi kelenjar saiva menyebabkan hiposalivasi (berkurangkan volume saliva) yang menyebabkan sensasi mulut kering atau xerostomia. Penurunan laju aliran saliva menyebabkan penurunan aktivitas pembersihan diri atau self-cleansing yang memungkinkan Candida albicans tetap melekat pada permukaan rongga mulut.

Nilai A1c tidak dianggap sebagai faktor utama dalam timbulnya oral candidiasis pada pasien dengan diabetes mellitus, faktor lain seperti kelainan kekebalan tubuh, penurunan fungsi kelenjar saliva, kebersihan rongga mulut dan kekurangan nutrisi juga berperan penting dalam menyebabkan oral candidiasis. (*)

Penulis: Dr. Desiana Radithia, drg., SpPM(K)

Informasi detail dapat dilihat pada tulisan kami di:

D.Radithia, S.Winias, B.Soebadi, Z.Karimah dan A.F.Argadianti. Diabetic Oral Candidiasis : Prevalence Determination Based On A1c Value At Haji Hospital, Surabaya. Biochem. Cell. Arch. 2020; 20(Supp 1): 3075-3079.

http://www.connectjournals.com/toc2.php?abstract=3185000H_3075A.pdf&&bookmark=CJ-033216&&issue_id=Supp-01%20&&yaer=2020

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).