Daging Domba dan Pengaruhnya pada Pandemi COVID-19 di Amerika Serikat dan Cina

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Parentingorami.co.id

Domba merupakan hewan ternak masyarakat nomaden yang kaya akan lemak. Daging dari domba atau disebut juga mutton dalam bahasa inggris memiliki lemak jenuh yang lebih banyak dibandingkan dengan daging lainnya, sehingga lebih lama dicerna oleh tubuh. Lemak jenuh mutton banyak mengandung LDL atau low-density lipoprotein yang akan menumpuk di dinding pembuluh darah dan menyumbat peredaran darah. Stroke merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah di sekitar otak. Jika LDL menumpuk di arteri, maka akan menyebabkan serangan jantung. Orang yang memiliki kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh akan berisiko terkena hipertensi sebesar 7,72 kali lipat dibandingkan orang yang tidak biasa mengonsumsi lemak jenuh.

Seseorang dengan hipertensi, stroke, dan darah tinggi akan lebih rentan terserang COVID-19 dibandingkan orang normal. Amerika Serikat (USA) menjadi negara dengan jumlah kasus COVID tertinggi di dunia. Salah satu penyebabnya adalah karena tingginya jumlah penduduk di dalam negeri, seiring dengan terlambatnya penerapan penghentian izin masuknya orang dari luar negeri ke dalam negeri. Alasan lain karena tingginya angka hipertensi di USA. Di antara 5.700 pasien COVID di AS memiliki lebih dari 50% tingkat hipertensi, serupa dengan tingkat hipertensi yang dilaporkan di Cina, negara dengan kasus COVID tingkat pertama.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder sebagai data utama. Subjek penelitian ini adalah Amerika Serikat sebagai negara dengan jumlah kasus COVID terbesar, dan China sebagai negara pertama yang mengalami pandemi. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu laporan konsumsi daging kambing dan laporan kasus positif virus corona. Data konsumsi mutton di amerika serikat atau USA diambil dari situs resmi United States Department of Agriculture (USDA). Data konsumsi mutton di Cina diambil dari mla.com.au. Data mengenai jumlah kasus COVID diambil dari situs worldometer.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah impro daging domba/mutton tidak terlalu berpengaruh terhadap angka pasien positif COVID-19. Seperti halnya pada Cina, dimana bulan Maret adalah bulan di mana China paling banyak mengimpor daging kambing, sedangkan Januari paling sedikit. Namun jumlah kasusu positif COVID-19 terus menurun, sedangkan permintaan daging domba terus naik. Kasus positif tertinggi ada pada bulan Februari, dimana angka positif meningkat seratus kali lipat, namun jumlah impor daging domba masih lebih rendah dibandingkan bulan bulan berikutnya.

Sama seperti Cina, Amerika serikat juga mengimpor daging domba tertinggi pada bulan februari dan terus menurun bulan berikutnya. Namun angka positif COVID-19 terus meninggi, bahkan berkali kali lipat jumlahnya. Hal ini juga membuktikan bahwa tidak adanya korelasi antara jumlah impor daging domba dengan angka positif kasus corona.

Banyak orang salah mengenali daging domba atau mutton sebagai bagian dari daging kambing, meski ada beberapa perbedaan yang mencolok, seperti pada aromanya. Mutton umumnya diperoleh dari domba atau domba yang berumur 12 bulan atau lebih muda, sedangkan daging kambing diperoleh dari hewan yang lebih tua. Daging domba lebih  empuk dibandingkan daging kambing karena perbedaan ukuran dan serat daging. Hasilnya, daging domba lebih mudah dicerna daripada daging kambing yang bermanfaat bagi orang tua yang memiliki sistem pencernaan lebih lemah daripada orang muda.

Daging domba merupakan sumber zat besi yang sangat baik dari hewan, lebih unggul dari zat besi yang diperoleh dari zat besi dari sumber nabati.  Zat besi tipe hewani dapat diserap secara signifikan, bahkan bisa lebih baik daripada zat besi dari nabati. Hal ini bisa memudahkan reproduksi  hemoglobin di dalam tubuh. Konsumsi zat besi heme dari daging domba dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tujuan untuk anemia. Selain itu, mutton juga kaya akan zat glutathione yang dapat membantu proses pencernaan serat dari sayuran dan buah untuk mencegah radiasi bebas, sehingga tubuh bisa terhindar dari kanker dan tumor.

Daging domba tidak serta merta meningkatkan lemak jenuh dalam tubuh, sehingga bisa memicu hipertensi. Daging domba lebih banyak mengandung unsur zat besi dan lemak tak jenuh, sehingga lebih aman dikonsumsi dalam tubuh. Daging domba berbeda dengan daging kambing, karena diambil dari hewan yang lebih muda, sedangkan daging kambing pada hewan yang sudah tua.     

Penulis: Dr. Maslichah Mafruchati M.Si.,drh

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: http://www.sysrevpharm.org/?mno=18836

(Beef, Pork, or Lamb? Comparative Study Between 3 Kinds of Red Meat Consumption in the USA toward the Number of COVID Cases)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).