Pandemi Covid-19 dan Penulisan Sejarah di Masa Depan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh BBC.com

Tidak salah jika mengatakan pandemi covid-19 adalah bencana besar dalam sejarah umat manusia. Sejak mewabah akhir tahun 2019, Covid seakan mencederai sendi-sendi kehidupan yang semula normal, menjadi kacau. Tidak peduli negara maju atau berkembang, kaya atau miskin, berada di daerah dingin atau pun panas. Covid terus menjangkiti manusia hingga sekarang. Berbagai upaya pun telah dilakukan manusia untuk “melenyapkan” virus ini. Namun nyatanya, kita dengan seksama mengakui “normal baru” sebagai penanda babak baru bagi sejarah kehidupan manusia.

Sebenarnya, dalam sejarah, bukan kali ini saja pertempuran antara manusia dan penyakit menular terjadi. Di masa lalu, manusia telah menghadapi penyakit yang “lebih kejam” dari Covid-19, seperti Black Death atau Pes (1720), Cholera (1820), dan Flu Spanyol (1920). Uniknya, dari ketiga penyakit mematikan itu, mempunyai siklus seratus tahunan. Dan Covid-19 menjadi wabah mematikan keempat yang dihadapi manusia selama empat abad terakhir. Bisa dibilang, keadaan ini disebut “I’historie se repete”atau sejarah yang terulang pada gerak sejarah.

Untuk pes, kolera, dan flu spanyol sudah barang tentu pernah ditulis oleh beberapa sejarawan. Semisal oleh Syefri Luwis yang meneliti tentang wabah Pes di Malang tahun 1911-1916. Namun, untuk Covid-19 masih belum ada yang menulis. Tentunya, Historiografi atau penulisan sejarah Covid-19 akan menjadi pembahasan yang menarik jika ditulis sejarawan di masa depan. Wabah penyakit yang masuk pada sejarah kontemporer ini mempunyai berbagai segi yang bisa ditulis dengan pendekatan berbagai ilmu bantu. Apa sajakah itu? berikut saya kelindankan pemahaman saya dengan buku Metodologi Sejarah yang ditulis Alm. Prof Kuntowijoyo.

Sejarah Politik

Yang pertama adalah sejarah politik. Alm. Prof. Kuntowijoyo menyebut jika dulunya politik adalah tulang punggung sejarah. karenanya banyak buku-buku sejarah yang menulis tentang negara, bangsa, pemerintahan, pemimpin, pemberontak, dan berbagai kelompok yang berebut pengaruh serta kekuasaan. Kita tentu masih ingat bagaimana awalnya pemimpin dunia menghadapi Covid-19. Ada yang terorganisir dengan baik, ada yang gagap, dan bahkan ada yang menganggapnya sebagai lelucon belaka.

China sebagai negara pertama yang terdampak, memilih melakukan kebijakan lockdown untuk menghentikan penyebaran virus semakin meluas. Cara ini terbilang berhasil, dan ditiru beberapa negara lain seperti Italia, India, Inggris, dan lainnya. Namun, kebijakan ini justru menjadi petaka bagi masyarakat kelas bawah di India, beberapa orang mati kelaparan karena harus berjalan kaki bermil-mil jauhnya. Tidak ketinggalan, bagaimana sikap beberapa pejabat Indonesia yang mengatakan Indonesia kebal corona karena perijinan susah, tahan karena makan nasi kucing setiap hari, takut dengan do’a, hingga pemerapkan menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa daerah hingga rencana vaksinasi massal.

Sejarah Sosial

Prof. Kuntowijoyo menyebut sejarah sosial mempunyai bidang garapan yang sangat luas, dan terkadang berhubungan erat dengan ekonomi. Seperti tema tentang pertarungan antar kelas, kemiskinan, perbanditan, kekerasan, kriminalitas, dan sebagainya. Contohnya ketika pandemi Covid terjadi,bagaimana masyarakat yang bekerja informal bertahan di saat bekerja dari rumah?, Kenapa terdapat aksi demonstrasi menolak Omnibus Law di tengah pandemi?, Berapa banyak pemutusan hubungan kerja besar-besaran di beberapa pabrik dan perusahaan?, Kemudian bagaimana relawan membahu untuk membantu tenaga kesehatan menangani Covid? Dan dunia, khususnya Indonesia dalam menghadapi ancaman krisis? Penulisan sejarah sosial-ekonomi pada peristiwa covid-19 akan menjadi panen kajian sejarawan, karena subjek penulisan “manusia” menjadi tema pokok pada pembahasannya. 

Sejarah Kota

Sejarah kota mempunyai bidang kajian yang teramat luas, sehingga tidak heran tema pada sejarah kota bisa bermacam-macam. Prof. Kuntowijoyo menyebut, di satu sisi penulisan sejarah kota dapat dimasukkan pada sejarah lokal, disisi lainnya dapat dikaitkan dengan sejarah politik, pemerintah, ekonomi, demografi, dan sebagainya. Dengan catatan masih satu wilayah kota. Ada hal yang menarik ketika pandemi Covid terjadi. Titik mula persebaran Covid-19 terjadi di pasar Wuhan China pada akhir 2019. Januari sampai awal Maret semua kegiatan ditutup karena lockdown, kota itu seakan menjadi lumpuh, karena semuanya harus dipaksa beraktivitas di rumah. Namun, di bulan Mei masyarakat tumpah ruah di jalanan karena telah dianggap berhasil menangani Covid.

Keadaan berbeda justru terjadi di Indonesia. di akhir Mei, ketika Jakarta dan beberapa kota lain yang berzona merah, pemerintah melarang masyarakat perantau yang ada di kota untuk tidak pulang kampung. Tradisi mudik yang biasanya sangat ramai harus dihentikan karena adanya Covid. Dan bagaimana pemerintah kota seperti Jakarta dan Surabaya sempat keteteran menyediakan tempat untuk menangani pasien positif Covid.

Akhir kata,masih ada beberapa tema penulisan sejarah yang bisa ditulis dari peristiwa Pandemi Covid-19, baik itu sejarah agama, pemikiran, wanita, mentalitas, lisan, maupun biografi. Peristiwa yang begitu kompleks akibat Pandemi Covid-19 akan menjadi bekal sejarawan penerus di masa mendatang untuk menunjukkan bahwa pernah ada peristiwa bersejarah yang diakibatkan oleh Virus Covid-19.

Penulis: Fariz Ilham Rosyidi (Mahasiswa Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).