Meretas Batas Jadi Faktor Keberhasilan Pemimpin yang Akan Datang

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof. Dr. Seger Handoyo, Psikolog saat memberikan orasi ilmiah pada Rabu (21/10/20). Ia sebagai guru besar bidang ilmu Psikologi Industri dan Organisasi. (Foto: M. Alif Fauzan)

UNAIR NEWS – Pekan ketiga bulan Oktober 2020, Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mengukuhkan lima guru besar baru, bertempat di Aula Garuda Mukti Kampus C UNAIR pada Rabu (21/10/2020). Dalam kesempatan ini, Prof. Dr. Seger Handoyo, Psikolog dikukuhkan oleh Rektor UNAIR sebagai guru besar bidang ilmu Psikologi Industri dan Organisasi.

Dalam momen bersejarah tersebut, Prof. Seger menyampaikan pidato perihal “Kepemimpinan Merentang Batas: Sebagai Praktik Akselerasi Kinerja Perguruan Tinggi”. Menurutnya, perguruan tinggi cenderung kurang gesit jika dibandingkan dengan perusahaan atau organisasi dalam hal pencapaian.

“Di abad 21 ini perguruan tinggi akan terdisrupsi jika enggan berpikiran visioner dan merasa puas atas pencapaiannya. Dunia modern akan terus melaju dengan inovasi baru dan bahkan tanpa masa transisi,” jelasnya.

Diketahui, dari hasil riset yang dilakukannya, ia menemukan empat tipe pemimpin perguruan tinggi yang di metaforakan dengan tokoh wayang yang melegenda. Tokoh tersebut meliputi Kresna, Sengkuni, Bima, dan Yudistira.

“Pemimpin tipe Kresna cenderung memandang isu organisasi sebagai potensi dan peluang strategis untuk dimanfaatkan, dan pada saat yang sama melihat isu sebagai potensi konflik dalam organisasi,” ujarnya.

Tipe Sengkuni, sambungnya, cenderung melihat isu organisasi sebagai penyokong politis dari dirinya sendiri atau kelompok-kelompok yang ada di organisasi, dan kurang mau memberikan perhatian terhadap kualitas strategis dari isu organisasi.

Sedangkan tipe Bima cenderung hanya melihat isu terkait dengan kepentingan strategis organisasi. Pemimpin tipe ini biasanya mengabaikan kepentingan-kepentingan orang atau kelompok di organisasinya atas isu tersebut. Prinsipnya asalkan isu itu baik untuk organisasi, maka isu tersebut akan diambilnya sebagai peluang kemajuan organisasi.

Selanjutnya tipe Yudistira, cenderung menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dihadapannya semata. Pemimpin tipe ini tidak mau mengambil isu organisasi yang penting sebagai peluang kemajuan organisasinya.

“Seorang pemimpin harus gesit, peka, dan senantiasa menyadari apa yang terjadi dalam organisasi. Dengan ini maka ia akan mampu menyelamatkan dan membawa organisasi untuk menjadi lebih baik,” terangnya.

Bagi Prof. Seger, saat ini perguruan tinggi tidak seperti kapal pesiar untuk berpelesir, namun layaknya organisasi bisnis yang diterjang perubahan dunia. Perubahan ini melaju dengan cepat, adaptasi dan improvisasi harus senantiasa dilakukan agar dapat bertahan.

“Empat tantangan pemimpin saat ini adalah membongkar sekat-sekat ego sektoral, kesombongan identitas diri atau kelompok, dan memegang teguh kepentingan sendiri diatas kepentingan yang lebih besar yang menjadi tembok untuk berkordinasi dan berkolaborasi,” tandasnya.

Selanjutnya, pemimpin harus menyadari bahwa di era digitalisasi, kerja sama dan komunikasi dapat dijalankan lebih efisien. Kemudian, pemimpin harus senantiasa melakukan pendekatan relasional interdependensi guna kepentingan kolaboratif. Terakhir, selalu memantau lingkungan internal dan eksternal, guna membuat kebijakan strategis dan menjalin relasi.

Pada akhir, Prof. Seger menyampaikan bahwa praktik kepemimpinan merentang batas dapat membuat perguruan tinggi membentuk aliansi-aliansi baru. Dengan berkolaborasi dalam kesatuan arah dan tujuan baru, sebagai aliansi, demi merealisasikan kemungkinan-kemungkinan baru dan masa depan alternatif.

“Aliansi ini akan menstimulasikan percepatan perubahan perguruan tinggi dan membuat lompatan kinerja, serta mengubah perubahan menjadi peluang, memahami dan memberikan makna untuk lingkungan,” pungkasnya. (*)

Penulis: Muhammad Wildan Suyuti Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).