Psikologis sebagai Salah Satu Faktor Risiko Terjadinya Burning Mouth Syndrome

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh DrBond

Istilah Burning Mouth Syndrome (BMS) mungkin masih terdengar asing di telinga masyarakat, namun gejalanya sangat umum dialami. Kondisi kronis ini ditandai dengan adanya sensasi mulut terbakar pada daerah rongga mulut, terutama pada bagian lidah dan terjadi lebih banyak pada wanita (dengan rasio 7:1). Burning Mouth Syndrome biasanya dialami oleh orang-orang berusia sekitar 40-80 tahun dan terjadi tanpa faktor penyebab yang jelas. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya sensasi rasa terbakar dalam rongga mulut ini. Dalam beberapa literatur menyatakan bahwa faktor psikologi juga dapat mempengaruhi terjadinya kondisi ini.

Walaupun memiliki penyebab yang belum pasti, BMS dikaitkan dengan faktor psikologi. Etiologi BMS sendiri belum diketahui, namun ada beberapa faktor yang dapat memicu munculnya BMS. Kebanyakan BMS sering dikaitkan dengan faktor psikologis individu. Faktor psikologis seperti depresi, kecemasan, gangguan obsesif kompulsif (OCD) dan stresor psikososial. Beberapa kasus BMS telah dilaporkan memiliki kaitan erat dengan gangguan psikologis.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh das Neves de Araujo Lima et al (2016), ditemukan bahwa 40% penderita BMS memiliki tingkat stres yang tinggi. Kemudian 53,1% penderita BMS mengalami depresi ringan sampai sedang. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kenchadze et al (2013) bahwa BMS tidak hanya merupakan masalah stomatognatik, tetapi merupakan masalah psikosomatis, dan sering dijumpai pada pasien pada lansia yang terkena gejala depresi, kecemasan, somatik, dan obsesif.

Penderita BMS cenderung diperburuk oleh kondisi psikologis individu seperti kecemasan yang tiada henti, kondisi depresi yang mampu meningkatkan atau mengurangi transmisi saraf dari reseptor nyeri perifer dan mengubah persepsi individu tentang nyeri, mengurangi ambang nyeri, sehingga stimulasi normal harus dianggap sebagai nyeri. . Kondisi ini menyebabkan beberapa disfungsi saraf yang berhubungan dengan nyeri pada BMS.

Selain itu, penurunan regulasi jalur penghambat nyeri dopaminergik sentral juga memiliki peran dalam patogenesis BMS, terutama pada orang dengan kecemasan atau depresi, yang keduanya terkait dengan disregulasi jalur penghambat nyeri dopaminergik.

Untuk keadaan BMS yang penyebabnya belum diketahui, dapat dilakukan perawatan dengan penggunaan obat kumur yang mengandur pereda nyeri untuk menghentikan sensasi panasnya. Apabila sekiranya berkaitan dengan kondisi psikologis, maka perlu diketahui kira-kira hal apa yang membuat peningkatan stress. Gangguan psikologis pada individu mungkin memiliki peran penting dalam memicu dan memperburuk kondisi BMS. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menghilangkan atau meminimalisir gangguan psikologis pada penderita BMS.

Penulis: Aisyah Rachmadhani PG, Aulia Ramadhani

Link terkait tulisan di atas: “PSYCHOLOGICAL DISORDER AS BURNING MOUTH SYNDROME RISK FACTOR : A REVIEW”

Biochem. Cell. Arch. Vol. 20, Supplement 1, pp. 2833-2835, 2020

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).