Peringati Hari Rabies, IMAKAHI UNAIR Gelar Webinar, Kompetisi, Donasi, hingga Pengabdian Masyarakat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – World Rabies and Animal Day (WRAD) atau Harian Rabies Sedunia telah diperingati pada Senin (28/9/2020) lalu. Tidak ingin tertinggal animo peringatan tahunan tersebut, Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) cabang Universitas Airlangga (UNAIR) serangkaian acara webinar, lomba, hingga kegiatan donasi yang bertajuk One Health Together, Care Love Each Other.

Salah satu sub-acara dari WRAD tersebut adalah seminar rutin tahunan yang digelar pada Minggu (4/10/2020). Wakil Dekan 1 Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UNAIR Prof. Dr. Ferdik Abdul Rantam, drh. selaku pembuka acara menyampaikan pentingnya edukasi masyarakat terhadap penyakit rabies.

“Rabies adalah penyakit yang sudah ada sejak ratusan tahun. Sayangnya, hingga kini tingkat pengetahuan masyarakat masih rendah terhadap penyakit virus zoonosis tersebut. Maka dari itu saya turut bangga mahasiswa FKH bersemangat untuk ambil bagian dalam usaha edukasi masyarakat,” katanya.

Selanjutnya pada sesi materi, Dosen Klinik FKH UNAIR Dr. Boedi Setiawan, drh., MP berbagi pengetahuan mengenai animal right dan animal welfare. Dalam praktiknya, kedua istilah tersebut sejatinya begitu berbeda, meski seringkali dianggap sama oleh masyarakat.

Animal right berusaha menghormati hak-hak dasar hewan sebagaimana hak-hak pada manusia. Artinya, eksploitasi maupun pembunuhan hewan dalam tujuan apapun dianggap melanggar animal right tersebut,” kata Dr. Boedi.

Animal welfare di sisi lain menekankan pada perlakuan hormat dan hak-hak kesejahteraan hewan. Akan tetapi animal welfare masih memperbolehkan pemanfaatan hewan baik untuk dimakan, penelitian, maupun kebutuhan manusia lain. Meski berbeda, namun keduanya sama-sama mempromosikan penghormatan dan kesejahteraan hidup bagi hewan.

Sementara itu pada materi kedua, IMAKAHI UNAIR mendatangkan drh. Ni Komang Apriliana Widisuputri, M.Si selaku Dokter Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana, Bali. Dokter hewan lulusan FKH UNAIR tersebut berusaha menyoroti kondisi, bahaya, dan penanganan rabies di Indonesia.

 drh. Ni Komang memaparkan bahwa rabies umumnya ditularkan oleh kucing, anjing, kera, dan kelelawar. Akan tetapi, 98 persen kasus rabies di Indonesia disebabkan oleh gigitan anjing. Anjing yang terinveksi rabies sendiri umumnya belum pernah diberikan vaksin anti rabies.

“Pengalaman saya di Bali, dampak rabies bagi manusia cukup banyak. Mulai dari kematian, hingga dampak ekonomi akibat penanganan infeksi rabies yang mahal serta dampak sosial karena menimbulkan keresahan masyarakat serta turunnya minat kunjungan wisatawan,” paparnya.

Untuk penanganannya sendiri, drh. Ni Komang mengajurkan bagi individu yang tergigit hewan terinfeksi rabies untuk segera membersihkan luka dengan sabun dan air mengalir. Setelah itu segera berikan antiseptik dan menghubungi fasilitas kesehatan terdekat.

Seusai materi tersebut, webinar dilanjutkan dengan kegiatan sharing bersama komunitas pecinta hewan, yakni Indonesia Canine Lovers, Sidoarjo Cat Community, serta Exotic FKH UNAIR. Webinar yang diikuti oleh lebih dari 300 peserta itu sendiri juga dibarengi dengan agenda lain seperti lomba poster dan video kreatif tentang rabies awereness and animal welfare serta open donation yang akan disalurkan kepada Indonesia Canine Lovers.

Penulis: Intang Arifia

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).