Emisi Industri di Pulau Jawa: Apakah Konvergen?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh liputan6.com

Dalam Masterplan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dinyatakan bahwa sektor industri dan jasa diharapkan dapat menjadi penggerak pembangunan nasional dan daerah yang dipilih sebagai koridor pengembangan sektor-sektor tersebut adalah Pulau Jawa. Pemilihan tersebut sangat beralasan karena lebih dari 80 persen industri manufaktur berlokasi di Pulau Jawa. Selain itu, kontribusi pulau tersebut terhadap perekonomian Indonesia sangatlah besar. Sekitar 60 persen Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan sumbangan dari Pulau Jawa yang terdiri dari enam provinsi. 

Industri manufaktur memainkan peranan penting terhadap perekonomian Indonesia terutama dalam penciptaaan output dan penyerapan tenaga kerja. Namun demikian, industri tersebut mempunyai sisi “gelap” yang banyak disoroti saat ini, yaitu emisi. Isu pembangunan berkelanjutan yang telah melahirkan konsep Ekonomi Hijau dan Industri Hijau menjadikan pengurangan emisi dari sektor industri sebagai salah satu agenda penting dalam strategi pembangunan nasional. 

Pada skala global strategi pengurangan emisi dirumuskan dalam suatu kerangka kerja bernama “Construction and Convergence” (C&C). Target yang diharapkan dari C&C tersebut adalah bahwa setiap negara dapat mengendalikan dan menjamin stabilisasi tingkat emisi dalam jangka panjang. Ini artinya tingkat emisi untuk semua negara harus bergerak ke arah satu titik yang sama atau konvergen. Secara konseptual konvergensi emisi terjadi jika suatu daerah atau negara dengan tingkat emisi yang tinggi dapat mereduksi emisinya lebih cepat dari daerah atau negara yang tingkat emisinya lebih rendah. Dengan kata lain, konvergensi emisi mengindikasikan adanya reduksi disparitas emisi antar daerah sehingga dalam jangka panjang emisi akan menuju pada kondisi yang stabil. 

Konsep konvergensi sebenarnya merujuk pada proses pengurangan kesenjangan pendapatan antar daerah yang disebabkan oleh ‘pengejaran’ ketertinggalan daerah berpenghasilan rendah terhadap daerah berpenghasilan tinggi (cathcing up effect). Menggunakan teori Neo-Klasik, Barro dan Sala-i-Martin (1992) mengajukan hipotesis bahwa dengan asumsi tingkat teknologi sama, negara-negara miskin cenderung tumbuh lebih cepat daripada negara-negara kaya. Selanjutnya, para peneliti di bidang ekonomi lingkungan menerapkan konsep tersebut pada studi empiris tentang emisi di banyak negara.

Kami mencoba untuk menguji konvergensi emisi pada lingkup yang lebih kecil, yaitu antar provinsi di Pulau Jawa. Teknik pengujian menggunakan pendekatan kuantatif pada data mikro tingkat tahun 2000-2009. Seluruh provinsi di Pulau Jawa yang terdiri dari DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dimasukkan sebagai subjek penelitian. Berbeda dengan studi-studi antar negara yang menggunakan emisi CO2 global, pada studi ini kami menggunakan emisi lokal yang terdiri dari emisi udara dan limbah air yang dinyatakan secara agregat. Hasil studi kami menyimpulkan bahwa tidak terjadi konvergensi emisi atau dengan kata lain dinamika emisi industri antara provinsi di Pulau Jawa cenderung divergen. Ini artinya provinsi dengan tingkat emisi yang tinggi tidak dapat mereduksi emisinya lebih cepat daripada provinsi yang tingkat emisinya lebih rendah, sehingga tidak terjadi ‘efek pengejaran’ (catching-up effect) menuju disparitas emisi yang makin kecil. Hasil tersebut merupakan ‘sinyal’ kurang baik karena emisi industri pada periode sekarang berjalan proporsional dengan emisi industri pada periode sebelumnya. Jika tidak ada kebijakan yang mendorong terjadinya konvergensi, maka dalam jangka panjang tidak akan terjadi stabilisasi emisi menuju industrialisasi dan pembangunan berkelanjutan.

Temuan lain adalah bahwa pertumbuhan emisi antar provinsi di Pulau Jawa dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan teknologi produksi yang diukur oleh intensitas energi. Pengaruh positif pertumbuhan ekonomi terhadap pertumbuhan emisi industri mengindikasikan bahwa hubungan pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan masih bersifat ‘trade-off’, artinya upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui industrialisasi akan diikuti oleh meningkatnya emisi. Sementara itu, teknologi produksi yang digunakan oleh sektor industri di Pulau Jawa masih rendah yang diindikasikan oleh tingginya intensitas energi yang berdampak pada kenaikan emisi. Studi ini merekomendasikan beberapa strategi pengurangan emisi industri, yaitu mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dan mengembangkan energi alternatif; investasi di bidang teknologi ramah lingkungan; dan menerapkan instrumen kebijakan lingkungan terutama pajak emisi pada sektor industri. 

Penulis: Deni Kusumawardani

Tulisan ini disarikan dari artikel berjudul “Testing for Industrial Emission Convergence in Indonesia: Case in Java Island”. TEST Engineering & Management, Volume 80 page 3685-3695, Maret-April 2020.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).