Tantangan dan Dampak Green Belt sebagai Pengendali Polusi Udara

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi polusi udara. (Sumber: The Conversation)

Perkembangan volume lalu lintas selalu menjadi penyebab utama penurunan kualitas udara di suatu daerah. Semakin tinggi penggunaan kendaraan bermotor maka semakin buruk kualitas udara yang dihasilkan. Penurunan kualitas udara dialami wilayah perkotaan yang banyak mengalami perubahan pembangunan fisik, seperti keberadaan pabrik, gedung, dan jalan beraspal. Hal ini akan mengurangi luas areal lahan terbuka hijau yang sebenarnya akan mendinginkan kota dan berpotensi menjaga kualitas kenyamanan dan kesegaran udara.

Green Belt diperlukan untuk mengatasi semua permasalahan pencemaran udara yang terdapat di perkotaan. Green Belt sendiri merupakan pemisahan fisik kawasan perkotaan dan pedesaan, berupa zona bebas atau bangunan atau ruang terbuka hijau yang mengelilingi kawasan perkotaan terluar (Basri, 2009).

Green Belt memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai salah satu bentuk hutan kota yang dapat menjaga kelangsungan hidup bumi. Green Belt mampu membersihkan debu, zat kimia yang telah menyatu di udara, serta karbondioksida atau CO2, pepohonan dan tumbuh-tumbuhan lain yang akan menjaga kesehatan udara dengan menyerap partikel; Selain itu Green Belt juga dapat menjadi penyerap panas di perkotaan (Jieqing et al., 2017).

Minimnya Green Belt pada kawasan perkotaan yang telah mengalami pencemaran udara akan sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia terutama masyarakat yang tempat tinggalnya berbatasan langsung dengan penyebab utama terjadinya pencemaran daerah seperti pabrik dan jalan raya.

Pengadaan Green Belt harus diperhitungkan secara matang mengenai lokasi atau vegetasi yang akan ditanam, karena efektivitas vegetasi dalam mengurangi pencemaran udara ditentukan oleh jenis tanaman dan struktur daun. Jika penerapan Green Belt berarti menggunakan pohon yang memiliki bentuk daun lebar dan corak rapat, hal ini memiliki efektivitas yang lebih tinggi dalam mengurangi pencemaran udara karena kendaraan bermotor dan industri.

Pengembangan Sabuk Hijau harus ditempatkan di tempat yang membutuhkan peningkatan kualitas udara atau masalah polusi lainnya. Selain luas, harus ada lahan yang cukup untuk pengembangan Green Belt, agar fungsinya bisa maksimal. Ketika Sabuk Hijau lebih lebar, pohon yang ditanam akan diberi penutup yang lebih rapat, sehingga memaksimalkan penyerapan partikel dan zat kotor yang menyatu di udara.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tantangan dan dampak dari Green Belt sebagai pengendalian pencemaran udara. Pengadaan Green Belt tentunya dimaksudkan untuk mengendalikan berbagai permasalahan lingkungan yang ada seperti pencemaran udara. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Penulis melakukan studi pustaka dengan mengumpulkan data literatur dari berbagai sumber. Teknik tersebut dapat membantu menjelaskan dampak dan tantangan dalam pengembangan Sabuk Hijau, dan dampak Sabuk Hijau terhadap masyarakat sekitar.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa Green Belt merupakan solusi yang mengendalikan kerusakan lingkungan, khususnya pencemaran udara. Dengan banyaknya permasalahan tersebut seringkali tantangan muncul, dalam hal ini minimnya lahan untuk pembangunan kawasan greenbelt dan juga keterbatasan vegetasi yang cocok untuk lingkungan. Semakin padat kota, semakin sulit untuk menentukan tanaman mana yang cocok untuk ditanam di lahan minimal, karena vegetasi tanaman akan sangat mempengaruhi efektivitas kerja Sabuk Hijau.

Green Belt memiliki banyak dampak untuk mengatasi kerusakan lingkungan, seperti mampu menetralisir pencemaran udara di perkotaan dari kendaraan bermotor dan limbah pabrik. Selain itu, perkembangan Green Belt berdampak langsung pada mata pencaharian masyarakat jika vegetasi yang ditanam sesuai dengan mata pencaharian sebagian besar masyarakat di kawasan Green Belt.

Peran pemerintah juga sangat berpengaruh dalam perkembangan Green Belt. Pemerintah harus sangat memperhatikan permasalahan pencemaran udara dan membuat kebijakan Sabuk Hijau khususnya di perkotaan.

Penulis : Puji Sucia Sukmaningrum, Tika Widiastuti, Lina Aprilianti, Ersa Dwi Aprilianto, Muhammad Madyan

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami dengan judul The Challenge and the Impact of Green Belt as an Air Pollution Control pada link berikut:

https://www.ijicc.net/images/vol10iss12/101235_Puji_2020_E_R.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).