Potensi Naringenin sebagai Senyawa Antikanker

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Cadena SER

Kanker merupakan salah satu penyakit di masyarakat yang masih dikaji secara terus-menerus oleh para tim kesehatan. Penyebab kanker masih bisa dikatakan banyak faktor dan belum ada yang faktor spesifik yang memicu sel normal menjadi sel kanker. Kanker sendiri adalah proses tidak terkendalinya pertumbuhan sel secara terus menerus tanpa bisa dihentikan. Perubahan  trend penderita kanker saat ini adalah kaum muda di bawah usia 50 tahun yang sebelumnya kanker diderita oleh kelompok usia lanjut. Perubahan trend ini tidak terlepas dari berubahanya gaya hidup masyarakat modern dan lingkungan disekitarnya.

Pemanfaatan bahan alam atau biasa yang dikenal masyarakat dengan sebutan herbal telah banyak digunakan sebagai konsumsi tambahan sesuai dengan kebutuhan gangguan yang diderita. Beberapa obat yang tersedia dipasaran saat ini juga berasal dari zat aktif pada tanaman herbal yang diisolasi dan dimodifikasi untuk berbagai ganguan penyakit termasuk kanker. Para peneliti juga bersepakat produk turunan tanaman herbal seperti kurkumin, paclitaxel, emodin, epicatechin dapat menjadi pilihan sebagai pengobatan alternatif atau aspek tambahan dalam kemoterapi kanker.Penggunaan herbal sebagai antikanker dapat melalui beragam mekanisme, termasuk induksi apoptosis, regulasi dari siklus sel serta invasi seluler. Salah satu zat yang berpotensi untuk dikembangkan selanjutnya adalah naringenin (C15H12O5).

Naringenin umumnya biasa ditemukan di buah jeruk dan tomat. Naringenin juga yang memberikan rasa pahit saat kita mengkonsumsi buah tersebut. Naringenin merupakan turunan dari naringin.Naringenin termasuk dalam sub kelas flavanones yang sangat erat kaitannya dengan penghambatan proliferasi sel kanker. Artikel penelitian yang membahas kerja naringenin masih sangat terbatas. Naringenin diserap dengan baik dalam absorpsi usus secara pasif karena sifatnya yang lipofilik kemudian dimetabolisme dalam sel hati. Kadar naringenin yang digunakan untuk mengecek keberhasilan terapi bisa dideteksi melalui plasma dan ekskresi urin.

Hasil dari artikel review ini menerangkan bahwa ada beberapa macam data yang melaporkan bahwa naringenin mempengaruhi kondisi anti-kanker, anti-proliferasi dan anti-karsinogenik secara in vitro maupun in vivopada sel kanker paru-paru, kanker kulit, kanker payudara, kanker hati, kanker serviks, kanker sel darah putih, kanker tulang, kanker usus dan kanker prostat. Penelitian sebelumnya mengkonfirmasi bahwa uji pertama yang dilakukan secara umum adalah melihat toksisitas obat, persentase apoptosis dan fase siklus sel kanker. Analisis terapi naringenin bisa dilakukan pada bagian mitokondria yang merupakan inti dari proses apoptosis atau kematian sel yang tidak menyebabkan peradangan melalui pelepasan CYPc sebagai resopon terapi yang diberikan. Data sebelumnya juga melaporkan apoptosis yang disebabkan naringenin juga meningkatkan rasio caspase-3 dan menurunkan rasio Bcl-2 sebagai protein antiapoptosis.Naringenin sebagai antikanker dapat memperbaiki DNA yang rusak serta mengatur metabolisme sitokrom P450 dari xenobiotik. Pada peneltian lain , efek anti kanker naringenin tampakanya terjadi melalui interaksi antara cicin fenol dan sel kanker dengan menganggu pensinyalan MAP kinase.

Naringenin dilaporkan aktif sebagai agen antiproliferasi setelah 24 jam dan 48 jam setelah terapi. Pada kelompok tikus yang diinduksi sel kanker dan diterapi dengan naringenin juga menunjukan hasil yang signifikan dengan mengurangi pertumbuhan tumor, hal ini dilaporkan karena kemampuan naringenin juga sebagai antioksidan yang memiliki kemampuan hidroksil (OH) dalam rantai naringenin melawan reagen reaktif spesies (ROS). Peningkatan kadar antioksidan endogen dapat melindungi sel dari kerusakan oksidatif, proses biokimiwinya serta memelihara struktur sel itu sendiri.Antioksidan juga bisa dikatakan sebagai salah satu yang bereperan penting dalam pencegahan kanker. Kesimpulan menarik dari artikel review ini adalah naringenin berpotensi sebagai agen dalam menghambat proliferasi sel kanker, mamacu apoptosis sel kanker, mengurangi penyebaran sel kanker ke oragn lain. Penulis merekomendasikan naringenin sebagai kankdidat obat terapi kkanker untuk dikembangkan di kemudian hari.

Penulis: Amaq Fadholly, Alexander Patera Nugraha

Berikut link terkait tulisan di atas: : http://www.connectjournals.com/toc2.php?abstract=3181200H_2849A.pdf&&bookmark=CJ-033216&&issue_id=Supp-01%20&&yaer=2020

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).