Perjuangan Alumnus FK UNAIR Atasi Pandemi Covid-19 di Tanah Papua

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Kesibukan Petronella Marcia Risamasu semakin bertambah, terutama setelah rumah sakit yang dipimpinnya, yakni Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Yowari, Jayapura, ditunjuk sebagai salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 oleh Gubernur Papua.

Petronella menuturkan, semula RSUD Yowari bukanlah rumah sakit yang dibangun untuk menghadapi pandemi seperti virus corona. Namun, keadaan memaksanya untuk segera mengambil tindakan, salah satunya mengoptimalkan pelayanan kesehatan yang tersedia.

Optimalisasi pelayanan, kata Petronella, mulai dilakukan oleh rumah sakit sejak menerima pasien pertama dengan kategori Orang Dalam Pemantauan (ODP), pada bulan Maret lalu.

“Kami juga membangun ruang isolasi yang sesuai standar dan mempersiapkan ruangan bertekanan negatif, lengkap dengan beberapa exhaust fan yang ditempatkan pada setiap ruang isolasi, sehingga air circulation per hour (ACH) sesuai standar,” ungkap Petronella.

Perempuan kelahiran Kaimana ini melanjutkan, hal lain yang tidak kalah penting adalah menyiapkan semua elemen (SDM) dari rumah sakit, baik staf klinis maupun staf non-klinis.

“Karena SDM kami terbatas, jadi harus diatur. Sebagai contoh, kami hanya punya delapan belas dokter spesialis, tetapi semua terjun. Walaupun yang menangani pasien Covid-19 hanya dokter spesialis anak, spesialis paru, dan spesialis penyakit dalam,” ujar Petronella.

Selain mengoptimalkan pelayanan rumah sakit, Petronella juga melakukan komunikasi dengan pihak eksternal. “Misalnya, rumah sakit terdekat, rumah sakit rujukan lain, dinas kesehatan, polisi, militer (TNI), serta pemerintah, sehingga kita bisa berkolaborasi untuk menangani pandemi,” imbuh alumnus Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga itu.

“Berkat komunikasi yang terjalin dengan pihak eksternal, salah satunya dengan TNI, kami mendapat bantuan berupa satu orang dokter umum dan empat orang perawat,” katanya.

Meskipun saat ini pelayanan kesehatan lebih difokuskan bagi pasien Covid-19, Petronella menegaskan bahwa penanganan penyakit untuk kasus lainnya tetap tidak bisa diabaikan.

“Sebab, RSUD Yowari merupakan satu-satunya rumah sakit di Kabupatan Jayapura. Kalau diabaikan, masyarakat mau kemana? Mereka bisa pergi ke rumah sakit kota, tapi perlu waktu karena jaraknya jauh. Apalagi sekarang, kegiatan masyarakat dibatasi,” terangnya.

Bahkan, ketika ruang isolasi mengalami kelebihan kapasitas, pihak RSUD Yowari terpaksa merujuk sebagian pasien Covid-19 ke beberapa rumah sakit rujukan lain di Kota Jayapura.

Terkait proses pemeriksaan pasien, Petronella menjelaskan bahwa RSUD Yowari sudah dapat mendeteksi Covid-19 melalui metode Polymerase Chain Reaction (PCR)/Swab Test.

“Untuk swab test nasofaring dan orofaring dilakukan sendiri oleh tim swab RSUD Yowari yang selanjutnya akan dikirim ke Litbangkes Papua untuk pemeriksaan RT-PCR,” ucapnya.

Perilaku Masyarakat Jadi Tantangan dalam Memutus Penyebaran Virus

Menurut Petronella, tantangan dalam memutus penyebaran virus corona tidak berhenti pada ketersediaan fasilitas kesehatan dan SDM saja, melainkan juga perilaku masyarakat.

Dokter yang pernah meneliti penyakit malaria itu bercerita, hingga kini, dirinya masih kerap menjumpai masyarakat yang belum melaksanakan protokol kesehatan dengan baik.

“Kita tahu bahwa masyarakat Papua memiliki rasa kekerabatan yang tinggi. Mereka sering mengadakan acara kumpul-kumpul, jika ada kerabat yang sakit semua ingin menjenguk dan sebagainya. Nah, kebiasaan seperti ini harus dibatasi atau ditunda dulu,” tambahnya.

Perilaku masyarakat ditambah dengan beredarnya sentimen negatif yang ditujukan pada pasien Covid-19, dokter, dan tenaga kesehatan, membuat keadaan semakin tidak mudah.

“Sebagian masyarakat juga menganggap virus corona sebagai aib. Ada pula yang menolak untuk diisolasi karena merasa dirinya sehat dan tidak memerlukan penanganan khusus,” beber wakil ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) cabang Papua itu.

Padahal, penderita Covid-19 yang mengalami gejala ringan tetap berpotensi menularkan virus. Oleh sebab itu, mereka harus segera ditangani agar tidak jatuh dalam kondisi kritis.

“Jadi, edukasi mengenai bahaya virus corona memang harus terus dilakukan. Begitu pula dengan penyuluhan kebiasaan baru, seperti tidak melakukan aktivitas di luar kalau tidak penting, memakai masker yang benar, cuci tangan, dan menjalani hidup sehat,” tuturnya.

Tetap Melayani Pasien Sembari Meminimalisir Penyebaran Virus Corona

Guna meminimalisir penyebaran virus corona, pihak RSUD Yowari sudah menerapkan beberapa kebijakan di lingkungan rumah sakit, antara lain, menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan, membatasi kunjungan, dan mengawasi aktivitas pasien.

“Para pasien Covid-19 ditangani sesuai pedoman tata laksana. Selain itu, pasien dapat melakukan aktivitas lain, termasuk olahraga sesuai instruksi tim medis,” sebut Petronella.

Selama melayani pasien Covid-19, Petronella pun meminta kepada seluruh staf rumah sakit agar selalu menjaga diri dengan menggunakan dan melepaskan APD dengan benar.

“Rumah sakit adalah benteng pertahanan terakhir. Jadi, kami berusaha maksimal supaya masyarakat tidak sampai atau maksimal dapat sembuh di benteng terakhir,” sambungnya.

Sebagai pimpinan, Petronella memiliki tanggung jawab yang lebih besar, terutama dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. “Kalau ditanya, takut? Jelas takut. Kami semua punya keluarga di rumah. Kami tidak mau membawa virus ketika pulang,” jelasnya.

“Tapi, saya selalu katakan kepada teman-teman, semua akan segera berakhir. Kita pernah melewati bencana banjir tahun lalu. Saya yakin, bencana non-alam seperti pandemi virus corona bisa dilalui dengan saling menguatkan, kerjasama, dan tanggung jawab,” ucapnya.

Petronella mengaku, tujuh bulan terakhir menjadi masa-masa yang berat bagi dirinya juga tenaga kesehatan lainnya. Sebab, hidup mereka hanya terfokus di lingkungan rumah sakit.

“Waktu saya banyak dihabiskan di rumah sakit. Namun, suami dan anak selalu memberi support. Mereka berpesan agar saya selalu semangat, menjaga kesehatan, serta jangan teledor karena saya juga berisiko terkena virus,” cerita ibu dari Aurelia Demtari Tuah itu.

Oleh karena itu, dirinya berharap kepada semua pihak, baik pemerintah, otoritas terkait, maupun masyarakat agar saling bekerjasama dalam mengatasi penyebaran virus corona.

“Saya harap masyarakat bisa disiplin menerapkan protokol kesehatan. Kemudian, dari sisi pemerintah juga harus tegas dengan terus menyediakan fasilitas yang memadai. Jangan sampai pandemi ini berlangsung terus menerus, sehingga menyulitkan kita semua. Karena dampaknya tidak hanya untuk kesehatan, tetapi juga ke bidang lain,” tutup Petronella. (*)

Penulis: Nabila Amelia

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).