Duta Besar Afrika: Saatnya Mengubah Jejak Sejarah Menjadi Peluang Pasar

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Pusat Studi Afrika, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar acara bertajuk Indonesia – Afrika: Bersinergi Membangun Bersama di Masa Pandemi Covid-19. Acara yang digelar secara daring pada Kamis (3/9/2020) tersebut menghadirkan Duta Besar Republik Indonesia untuk Afrika Selatan H.E Salman Al-Farisi sebagai salah satu pembicara utama.

Pada kesempatan tersebut, Salman mengungkapkan bahwa kawasan Afrika sejatinya memiliki potensi pasar yang begitu besar. Sayangnya, Indonesia belum mampu memaksimalkan peluang dari kawasan berkekuatan pasar 1,2 miliar orang tersebut. Dalam rezim pemerintahan Joko Widodo sendiri, presiden selalu mengkritisi defisit neraca perdagangan Indonesia. Sehingga secara khusus presiden menyebutkan Afrika sebagai salah satu potensi pasar baru yang sangat menjanjikan.

Selain karena potensi pasarnya, Salman menyebut bahwa Afrika juga memiliki kedekatan akar sejarah dan budaya dengan Indonesia yang dapat diubah sebagai strategi diplomasi ekonomi. “Tiga ratus tahun yang lalu, beberapa ulama Indonesia telah melakukan penyebaran Islam di Afrika Selatan. Selain itu, ada 1,2 juta warga Cape Malay yang merupakan keturunan Indonesia,” katanya.

Poin kebudayaan lain yang dianggap memiliki nilai budaya dan ekonomis adalah kecintaan pada salah satu tokoh besar Afrika Nelson Mandela akan kain batik. Hingga kini, kain batik di Afrika lebih dikenal sebagai Madiba Shirt yang banyak digunakan oleh kalangan elit Afrika. Terakhir, Salman juga menekankan bagaimana peran Konferensi Asia-Afrika terhadap pembebasan apartheid dan kemerdekaan negara-negara Afrika.

“Semua jejak sejarah, budaya, dan diplomasi itu hendaknya tidak hanya diromantisasi. Tapi kita juga harus memanfaatkannya untuk dijadikan sebagai peluang kerja sama ekonomi dan diplomasi,” paparnya.

Kedutaan Besar Republik Indonesia (Kedubes RI) di Afrika Selatan sendiri telah menyusun beberapa rencana dan langkah strategis, seperti pada promosi kain batik dan minyak kelapa. Salah satunya yaitu Kedubes RI mulai membangun kerja sama dengan universitas di Afrika untuk mengadakan lomba desain batik bagi perempuan Afrika, karena selama ini penggunaan batik hanya didominasi oleh kaum pria.

Selain itu, strategi lain untuk membangun kedekatan pasar dengan Afrika juga dapat dibangun melalui pengangkatan konsul kehormatan di negara-negara akreditasi yang berlatar belakang bisnis, penggunaan jalur bilateral untuk mengatasi hambatan tarif, serta melakukan pendekatan holistik yang tidak hanya melalui jalur formal eksekutif, akan tetapi juga kerja sama antar parlemen maupun partai politik setempat.

Meski begitu, Salman menyebutkan bahwa strategi tersebut akan menghadapi tantangan berat di masa depan. “Jujur saja, sejak setahun belakangan pariwisata maupun ekspor kita cenderung menurun karna kondisi Afrika yang memang tidak terlalu stabil. Apalagi ditambah dengan pandemi kita tahu sendiri bagaimana dampaknya,” ujar Salman.

Akan tetapi di masa depan, dirinya juga meyakini bahwa Indonesia akan terus mampu meningkatkan hubungan dagang dengan kawasan Afrika. Apalagi diikuti dengan kenyataan bahwa beberapa produk dan budaya Indonesia telah memiliki kedekatan batin dan romantisasi sejarah yang begitu lekat dengan masyarakat Afrika.

Dalam acara itu sendiri, turut hadir pengusaha Indonesia di Afrika dan Owner Tirta Ayu Spa Ir. Lenywati, Ketua Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur Adik Dwi Ptranto, SH., serta Dekan FISIP UNAIR Dr. Falih Suaedi, M.Si yang hadir sebagai pembahas dalam webinar tersebut.

Penulis: Intang Arifia

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).