Menguak Keragaman Ikan Laut Teluk Pangpang Banyuwangi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Di bagian Selatan kabuten di Timur Pulau Jawa ini terdapat sebuah Teluk yang menyimpan potensi sangat besar, Teluk Pangpang namanya. Lokasi Teluk ini sebenarnya sudah banyak dikenal dengan keberadaan kawasan perikanan Muncar yang sudah menjadi icon kota Gandung ini sebagai sentra perikanan. Berdasarkan keputusan kementrian Kelautan dan Perikanan republic Indonesia No.32/MEN/2010 yang salah satunya menetapkan kawasan minapolitan kawasan Muncar. Selain itu, Teluk pangpang juga memiliki lokasi yang sangat strategis dengan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dan juga berhadapan dengan Selat Bali. Kawasan ini sangat dikenal dengan produksi ikan lemuru yang menjadi andalan produk ikan kaleng untuk pasar domestic bahkan manca negara sebagai produk ekspor.

Dengan tingginya tenakanan dari antropogenik khususnya perikanan yang cukup intensif di kawasan ini, ketakutan akan over fishing perlu diwaspadai. Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa terjadi penurunan jumlah tangkapan ikan lemuru yang berdampak pada pemenuhi kebutuhan protein local dan bahan baku industri pengalengan ikan. Studi tentang kelimpahan populasi ikan dikawasan ini masih terbatas pada jenis potensial saja seperti Sardinella lemuru, sementara potensi diversitas ikan laut masih kurang diperhatikan. Pada laporan penelitian yang dilakukan Sapto dan Suciyono (2020) ini mencoba melakukan inventarisasi dan sekaligus melakukan identifikasi secara molekuler.

Identifikasi molekuler dilakukan karena pada sejumlah kasus ikan-ikan yang secara morfologi memiliki kemiripan terdapat kesalahan dalam identifikasi. Hal ini sangat disayangkan karena akan berdampak pada kesalahan dalam banyak hal jika referensi yang salah tersebut terus digunakan. Kegiatan identifikasi secara molekuler pada ikan laut di kawasan Teluk Pangpang ini merupakan penelitian yang pertama. Diharapkan dari informasi ini akan berguna dalam kegiatan penelitian selanjutnya dan menjadi rujukan dengan informasi yang valid.

Diversiti ikan laut Pangpang

Komitmen Indonesia untuk melindungi keanekaragaman hayati dengan menandatangani perjanjian internasional sejak tahun 1992. Pemerintah juga merealisasikan komitmen tersebut dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi Keanekaragaman Hayati dua tahun setelah meratifikasi perjanjian internasional, sebagai kelanjutan dari tanggung jawab tersebut yang telah dilakukan di Brazil pada tahun 1992. Pemerintah Indonesia menggunakan dua pendekatan dalam melindungi keanekaragaman hayati, yaitu konservasi kawasan dan pelestarian spesies, termasuk sumber daya genetiknya (Gunawan dan Sugiarti 2015).

Sedikit berbeda dengan kawasan konservasi, Teluk Pangpang, Kabupaten Banyuwangi, telah ditetapkan Kementerian Kehutanan sebagai ekosistem esensial. Penetapan tersebut dilatarbelakangi oleh Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2010 tentang Pemerataan Pembangunan yaitu program Millennium Development Goals (MDGs) yang fokus kegiatannya adalah penjaminan Kelestarian Lingkungan (Lundine et al. 2013). Keunikan Teluk Pangpang yang ditetapkan sebagai kawasan esensial adalah determinasi yang didasarkan pada banyak hal, salah satunya adalah potensi mangrove yang sangat baik (Buwono 2017, Kawamuna et al. 2017, Raharja et al. 2014).

Berdasarkan hasil kunjungan lapangan, pencarian fakta serta diskusi kelompok dan pleno peserta penyusunan Rencana Aksi Lahan Basah / Mangrove Teluk Pangpang Teluk Banyuwangi, terdapat 6 (enam) isu utama dalam pengelolaan mangrove Teluk Pangpang. Isu-isu tersebut antara lain aspek lingkungan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, regulasi, dan penegakan hukum, peningkatan kapasitas dan sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur, dan pengembangan kelembagaan pengelolaan kawasan. Salah satu aspek lingkungan yang dapat disampaikan adalah tersedianya informasi akurat tentang sumberdaya perikanan yang dimiliki Teluk Pangpang, Banyuwangi, yang disajikan dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini teridentifikasi 37 spesies ikan laut dari 40 sampel ikan yang tersebar di 25 famili, dan empat ordo. Jenis ikan tersebut merupakan hasil tangkapan nelayan tradisional yang menggunakan alat tangkap berupa “Banjang” dan sebagian kecil menggunakan pancing dan jaring ikan. Selain identifikasi berdasarkan morfologi, juga dilakukan identifikasi molekuler yang diharapkan dapat meminimalkan kesalahan dalam identfikasi.

Berdasarkan jenis ikan yang ditangkap dengan alat tangkap statis (banjang), ukuran dan jenis ikan yang teridentifikasi cukup beragam. Ikan dominan yang ditangkap adalah Perciformes (89,2%), diikuti oleh Cluperiformes (5,4%), Pleuronectiformes (2,7%), dan Scorpaeniformes (2,7%). Meskipun hasil identifikasi Perciformes mendominasi, spesies dari ordo lain juga menjadi tangkapan umum nelayan tradisional. Di Perciformes, kelompok ekonomi yang relevan termasuk famili Carangidae, Lutjanidae, dan Serranidae, telah diidentifikasi dalam laporan ini. Jenis ikan Carangid yang ditangkap adalah jenis Scomberoides tala dan Carangoideschrysophrys.

Diversiti Ikan Sardine

Pada jenis Clupeiformes, Sardinela melanura teridentifikasi dalam penelitian ini meskipun banyak laporan yang menyebutkan bahwa Sardinella lemuru merupakan salah satu spesies Clupeidae yang memiliki habitat di kawasan ini (Pradini et al.2017, Sartimbul et al.2010). Sardinela melanura yang teridentifikasi merupakan genom mitokondria lengkap yang pertama tercatat diisolasi dari ikan di wilayah Indonesia (Andriyono et al. 2019c). Di Indonesia, beberapa spesies Sardinella telah dilaporkan memiliki habitat seperti Sardinella fimbricita (Rahardjo dan Simanjuntak 2017), Sardinella jussieu (Sektiana et al. 2017), Sardinella fijiensis (Wang et al. 2019). Di antara beberapa spesies Sardinella, S. albella, S. fimbricata dan S. gibbosa kurang mendapat perhatian dalam taksonomi (Stern et al. 2016).

Nilai ekonomi ikan sarden cukup diperhitungkan dalam pasar perikanan global (Genisa 1999) khususnya sebagai produk olahan dan untuk mendapatkan minyak ikan yang mengandung asam lemak esensial seperti DHA (17,07%) dan EPA (13,82%) (Andriyani et al.2017). Perusahaan pengolahan perikanan di Indonesia yang menjadikan olahan ikan sarden sebagai komoditas penting juga berkembang sepenuhnya dan menjadi andalan dalam meningkatkan pendapatan ekspor.

Penulis: Dr. Eng. Sapto Andriyono

Informasi lengkap dapat ditemukan pada tulisan kami di

https://ejabf.journals.ekb.eg/article_87032.html dan untuk mensitasinya sebagai berikut

Sapto Andriyono and Suciyono Suciyono. Molecular Identification and Phylogenetic Tree Reconstruction of Marine Fish from the Essential Wetland Area of Banyuwangi, Indonesia. Egyptian Journal of Aquatic Biology and Fisheries. Volume 24, Issue 2, Winter 2020, Page 427-439. DOI: 10.21608/EJABF.2020.87032

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).