Menilik Peluang Kerja Program Studi Pengobat Tradisional

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Pengobat tradisional (Battra) bisa dibilang salah satu program studi (prodi) yang langka di Indonesia. Salah satu institusi yang menyediakan Prodi Battra adalah Universitas Airlangga (UNAIR). Prodi yang berada di bawah naungan Fakultas Vokasi (FV) ini memiliki dua jenjang pendidikan, yaitu Diploma 3 dan Diploma 4.

Prodi itu tidak banyak diketahui masyarakat. Padahal kenyataannya dalam dunia kerja, Prodi Battra memiliki peluang yang sangat besar. Membahas hal tersebut secara lebih dalam, Himpunan Mahasiswa Prodi Battra UNAIR menggelar seminar yang bertajuk Forinsbat 1 secara daring pada Minggu (23/8/2020).

Maya Septriana, S.Si., Apt, M.Si, selaku kepala Prodi D3 Battra turut hadir pada seminar kali ini dan tak lupa untuk menyampaikan harapannya. “Semoga ke depannya Battra semakin terang benderang, semakin jaya, dan makin banyak orang yang paham akan Battra. Saya juga berharap Battra tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi nanti juga mendunia,” ujarnya.

Seminar kali ini menghadirkan beberapa alumni yang telah lebih dulu berkiprah dalam dunia Battra. Salah satunya adalah Moh. Rizqi Lazuardi Ramadhan, A.Md.Battra, S.K.M. Alumni D3 Battra itu berkesempatan untuk membagikan pengalamannya.

Ada empat kompetensi yang bisa didapatkan saat menjalani pendidikan di Prodi Battra, yaitu akupuntur, herbal, pijat, dan nutrisi. Kompetensi itulah yang menjadi daya tarik tersendiri. “Keempat kompetensi inilah bidang yang bisa kita inovasi sehingga menciptakan produk atau jasa. Hal yang bisa kita jual itu, ya produk dan jasa,” kata Rizqi.  

Menurutnya penting bagi mahasiswa Battra untuk memilih kompetensi apa yang ingin ditekuni sehingga dapat menjadi daya tarik tersendiri. “Tidak ada orang sukses yang memiliki kompetensi umum, karena tidak akan dianggap. Tapi jika kita punya bidang khusus yang sangat kita kuasai, saya yakin kita akan jadi orang sukses,” paparnya.

Mahasiswa bisa memilih ingin menekuni 1 dari 4 kompetensi atau bahkan seluruhnya. Rizqi memilih untuk menekuni herbal sebagai kompetensinya. “Saya memilih herbal karena saya rasa ada potensi di sana. Bukan berarti yang lain tidak memiliki potensi, jadi setiap kompetensi yang ada di Battra itu punya potensi masing-masing,” ucapnya.

Potensi tanaman herbal di Indonesia sangat besar. Bahkan ada berjuta ragam tanaman herbal yang ada. Ini yang menjadikan Rizqi tertarik untuk menekuni tanaman herbal sebagai kompetensi khususnya. Tanaman herbal kini menjadi komoditas utama yang menghasilkan pundi-pundi uang baginya. Meski dahulu saat mencoba untuk menekuninya ia terhalang akan tidak adanya modal.

“Yang saya lakukan dulu saat tidak ada modal, kebetulan banyak tanaman di daerah saya yang tumbuh liar tetapi bisa dijual contohnya daun bidara. Jika menjual bibit tanamannya saja seharga 15.000, sedangkan keringnya bisa dijual hingga 30.000,” ujarnya.

Yang terpenting menurutnya saat mengolah tanaman herbal adalah inovasi untuk mengolah sesuatu yang tidak bernilai menjadi sesuatu yang bernilai dan tak lupa juga relasi yang dapat membantu untuk mengembangkan usaha. Rizqi terbilang cukup lama malang melintang di dunia tanaman herbal, bahkan saat 2016 lalu ia berhasil memenuhi permintaan konsumen sebanyak 20 ton cabai jawa.

Tak hanya menjadi wirausaha, lulusan Prodi Battra juga bisa membuka praktik akupuntur mandiri, penyedia jasa pijat, menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), bekerja di fasilitas kesehatan seperti puskesmas, bahkan bisa mendirikan klinik khusus terapi atau pengobatan secara tradisional. (*)

Penulis: Icha Nur Imami Puspita

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).