DNA Touch Bahan Alternatif Pemeriksaan Identifikasi Forensik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi identifikasi DNA. (Sumber: Detik Health)

Metode identifikasi meliputi sidik jari, property, medis, gigi, serologi dan metode eksklusi. Dalam perkembanganya metode identifikasi mengarah pada forensik molekuler, yakni suatu bidang ilmu yang baru berkembang sejak tahun 1980an, yang dikenal  : fingerprinting DNA.

DNA touch  bahan identifikasi

Identifikasi personal merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata.  Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan (Idries, 1997).

Selama ini specimen/sampel yang banyak dipakai dalam pemeriksaan DNA untuk mengidentifikasi, adalah bercak darah/darah, bercak sperma, vaginal swab, buccal swab dan tulang (Kusuma, 2004).

Disamping itu pelaku secara tidak sengaja ataupun sengaja telah menyentuh kulitnya dengan benda-benda sekitarnya, sehingga adanya transfer trace evidence ke benda tersebut. Salah satu teknologi yakni DNA touch atau contact trace DNA.  Menurut Wickenheiser (2002), DNA touch hanyalah DNA yang ditransfer melalui sel kulit saat benda ditangani atau disentuh. Rerata manusia melakukan proses perubahan sel lama ke sel yang baru yakni sekitar 400.000 sel kulit per hari.

Sampai saat ini di Indonesia identifikasi personal melalui pemeriksaan DNA touch (contact trace DNA) belum banyak diketahui, sehingga  penelitian ini diharapkan dapat memberi jawaban pada hal-hal yang terkait dengan efektivitas penggunaan benda-benda (trace evidence) sebagai bahan identifikasi forensik.

Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui  pemeriksaan DNA touch bahan identifikasi personal melalui metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorik untuk membuktikan identifikasi melalui isolasi DNA dari benda – benda  yang tersentuh [DNA touch] pada lokus  amelogenin dan diantara 13 lokus Short Tandem Repeat (STR) Combined Index DNA System (CODIS) : TH01, TP0X, CSF1PO, dengan rancangan penelitian sesaat.

Hasil ekstraksi DNA sampel tersebut dilanjutkan dengan pengukuran kadar DNA dan kemurnian DNA sampel dengan menggunakan UV-Visible Spectrophotometer  pada panjang gelombang 260 nm (λ260 nm).  Penelitian ini, hasil ekstraksi-isolasi DNA dari swab buccal dan swab properti [jam tangan/arloji] mendapatkan rerata kadar DNA dari swab buccal yakni 167,89 ± 85,71 ug/ml dengan rerata kemurnian DNA sebesar 1,79 ± 0,71. Sedangkan sampel DNA dari swab property [jam tangan/arloji] menghasilkan rerata kadar DNA : 59,19 ± 5,58 g/ml dengan rerata kemurnian DNA : 1,69 ± 0,76. Kesemua rerata DNA sampel  masih berada pada kisaran minimal kadar DNA untuk DNA typing yakni 0,25 ng dengan kemurnian 1,8 – 2 (Notosoehardjo,1999 : Butler, 2005). Selain kadar DNA juga dibutuhkan kualitas DNA yang mencukupi yaitu DNA yang digunakan harus dalam kondisi terdegradasi seminimal mungkin (Butler, 2003). Apabila DNA mengalami kondisi terdegradasi parah, maka mengakibatkan primer tidak dapat menempel pada DNA target yang akan digandakan (Muladno, 2002).

Dalam penelitian ini menggunakan 3 lokus STR CODIS, menunjukkan pada semua sampel pada swab buccal dan swab property [jam tangan/arloji] menunjukkan terdeteksi positif, serta dengan profil alel setiap lokus pada setiap sampelnya menunjukkan hasil yang matched. Matched memiliki pengertian bahwa profil alel pada swab buccal sama/identik profil alel pada swab property [jam tangan/arloji]. Hanya pada satu sampel pada lokus yang menunjukkan satu alel yang berbeda yakni sampel C [ alele 8 : 9,3 dan alele 9 ; 9,3].. Hal ini bisa oleh karena kontaminasi dalam proses pemeriksaan analisa DNA, dimulai sejak proses colecting sampling.

Kesimpulan  dalam penelitian ini yakni swab ‘DNA Touch’ pada property [jam tangan / arloji]  dapat menjadi bahan alternatif dalam identifikasi forensik dengan rerata kadar DNAnya : 59,19 ± 5,58ug/ml.  Visualisasi Polymerase Chain Reaction [PCR] pada lokus Short Tandem Repeat – Combined DNA Index System [STR- CODIS] lokus-lokus : THO1, CSF1PO, TPOX pada semua sampel swab buccal dan swab jam tangan/arloji menunjukkan hasil deteksi positif. Profil alele pada lokus STR CODIS lokus-lokus : THO1, CSF1PO, TPOX melalui kontrol positif K562, semua sampel menunjukkan matched/identik, hanya pada sampel C lokus THO1 terdapat satu alel yang berbeda.

Penulis : Ahmad Yudianto

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

https://www.scimagojr.com/journalsearch.php?q=19700174971&tip=sid&clean=0

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).