Simak Beberapa Tren Baru Sektor Pariwisata yang Harus Diperhatikan Pengusaha

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil pendapatan negara yang cukup besar. Sayang, pandemi memberikan dampak penurunan pendapatan yang signifikan bagi sektor pariwisata. Bahkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Whisnutama telah menaksir bahwa pandemi berisiko merugikan sektor pariwisata hingga US$4 miliar atau sekitar Rp 54,6 triliun. Hal tersebut diperkuat berdasar data dari Kemenparekraf bahwa pada Juni 2020 wisatawan mancanegara (Wisman) hanya berjumlah 160.282 kunjungan. Artinya, terjadi penurunan -88,82% jika dibandingkan dengan jumlah wisman pada Juni 2019 yang mencapai 1.434.103 kunjungan.


Permasalahan tersebut yang membuat program studi D3 Kepariwisataan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga menggelar kuliah tamu pada Kamis (19/8/2020) secara daring. Pada kuliah tamu tersebut menghadirkan Fitria Earlike Anwar Sani sebagai narasumber. Ia merupakan akademisi serta praktisi di bidang pariwisata. Fitria sudah cukup lama berkecimpung di dunia pariwisata, bahkan saat ini ia tengah menempuh studi doktoral pada bidang tersebut.


Fitria mengatakan bahwa pandemi membawa sektor pariwisata terhadap paradigma baru.“Pandemi membuat pariwisata memasuki paradima baru, yaitu quality tourism,” ucapnya. Ia memaparkan bahwa quality tourism memiliki 4 komponen.


“Quality tourism itu memiliki 4 komponen. Pertama, pariwisata itu harus menghargai budaya dan lingkungan lokal. Kedua, daya beli masyarakat berdampak pada ekonomi lokal. Ketiga, pariwisata yang memberikan kontribusi jadi tidak hanya bersenang – senang. Keempat, menginspirasi orang lain,” jelasnya.


Sebelumnya wisata yang mengundang kerumunan serta dikunjungi banyak orang dengan biaya murah merupakan wisata yang selalu menjadi pilihan. Namun, akibat adanya pandemi menjadikan pilihan wisata masyarakat berubah.


“Dulu kita mencari wisata yang ramai dan murah. Tapi sekarang berubah karena adanya pandemi. Kita akan beralih kepada wisata dengan daya tarik berbeda seperti wisata yang menerapkan physical distancing. Jadi, kita cenderung memilih wisata yang sepi dan dilaksanakan secara outdoor seperti wisata alam. Masyarakat juga akan mempertimbangkan wisata yang dilengkapi fasilitas yang menunjang penerapan protokol kesehatan seperti tempat cuci tangan yang mudah diakses meski masyarakat harus membayar lebih mahal ,” papar Fitria.


Seperti yang disebutkan diatas bahwa quality tourism merupakan paradigma baru dalam sektor pariwisata, manajemen yang dilakukan juga menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Manajemen yang bisa dilakukan adalah merencanakan perubahan untuk perbaikan, melakukan perubahan dalam skala kecil, memeriksa perubahan yang terjadi, serta melakukan sesuatu untuk mendapaatkan manfaat yang besar dari perubahan serta mempertahankannya.


Tren Baru Pariwisata
Agar pemilik usaha sektor industri bisa bertahan maka ada beberapa tren baru yang harus menjadi pertimbangan, yaitu. Pertama adalah amenities “Amenities, yang tadinya kita cenderung ke harga rendah tapi sekarang pada aspek ini harus mengutamakan aspek hygiene sehingga harga tidak terlalu berpengaruh,” ucap Fitria.


Kedua adalah access, saat melakukan perjalanan wisata masyarakat mempertimbangkan untuk menggunakan transportasi yang murah namun pandemi menciptakan tren baru terhadap pandangan masyarakat. “Bila dulu kita mempertimbangkan transportasi serta biaya yang murah seperti memilih penerbangan yang mengharuskan masyarakat harus transit lebih dulu, sekarang sudah berubah jadi penerbangan direct yang diutamakan,” paparnya.


Ketiga adalah attraction, destinasi yang tengah viral dan menjadi perbincangan kini tak lagi menjadi pilihan. “Biasanya dulu mencari yang viral, sekarang berubah menjadi wisata yang sejuk, sepi, dan jauh dari kerumunan,” ujarnya.


Keempat yaitu pola promosi yang ikut berubah saat ini. “Jika sebelumnya kita promosinya mass tourism yang murah sekarang beralih ke premium class,” ujarnya.
Kelima adalah people, bila sebelumnya kualitas sumber daya manusia dititikberatkan pada kompetensi yang dimiliki namun saat pandemi seperti ini ikut mengalami perubahan. “Dulu sumber daya manusia dititikberatkan pada aspek kompetensi tetapi sekarang berubah dengan menitikberatkan pada SOP safety and hygiene,” pungkas Fitria. (*)


Penulis : Icha Nur Imami Puspita
Editor : Feri Fenoria Rifa

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).