Pentingnya Tingkat Spiritualitas dan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Spiritual Self Care Pasien Ulkus Diabetikum

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi kronis berat yang cukup sering terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus (DM). Berdasarkan data penelitian yang dilakukan oleh International Diabetes Federation (IDF) didapatkan neuropathy perifer diabetes kemungkinan terjadi sebanyak 16-66%. Angka kejadian amputasi pada klien DM jauh lebih sering 10-20 kali jika dibandingkan dengan orang non-diabetes. Diperkirakan insiden ulkus diabetikum akan terus meningkat mengikuti angka kejadian diabetes. Di Indonesia prevelensi penderita ulkus diabetikum sebesar 15% dari penderita DM. Orang dengan riwayat ulkus diabetikum memiliki kemungkinan untuk terulang kembali. Selama 5 tahun kemungkinan untuk terjadinya luka kembali sebesar 66% dan amputasi sebesar 12%.

Pasien dengan ulkus diabetikum memiliki kecenderungan mengalami permasalahan dalam pelaksanaan praktik spiritualitas. Salah satu upaya pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien adalah membantu melaksanakan praktik spiritual dalam bentuk perilaku spiritual self care (White, 2016). Pasien dengan ulkus dibabetikum memiliki kecenderungan mengalami masalah seperti kelemahan fisik dan penurunan kemampuan mobilisasi yang berdampak pada penurunan kemampuan melakukan aktivitas keseharian, ketergantungan terhadap keluarga, penurunan self efficacy dan penurunan harapan untuk sembuh.

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi dalam jangka waktu lama sehingga rentan mengalami stres. Hal ini jika dibiarkan, akan berakibat pada penurunan imunitas tubuh sehingga tubuh rentan terkena penyakit dan dapat memperlambat penyembuhan luka. Faktor psikologis tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup seseorang, tapi juga berpengaruh terhadap kemampuan untuk melawan penyakit kronis yang diderita salah satunya adalah depresi. Tekanan psikologis pada pasien DM dipengaruhi oleh tingkat spiritualitas dan kepatuhan religius, di mana kualitas tingkat spiritual yang buruk menyebabkan pasien mengalami depresi yang berdampak pada penurunan kualitas hidup.

Hubungan antara tingkat spiritualitas dan dukungan keluarga dengan perilaku spiritual self care dapat megarahkan pada peningkatan kualitas hidup, penerimaan diri terhadap penyakit yang akan berimplikasi pada status kesehatan secara fisik dan psikologis sehingga dapat meningkatkan kesembuhan luka. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional kepada 92 responden yang mengalami ulkus diabetikum yang diambil di RSUD Kabupaten Sidoarjo dan RSI Siti Hajar Sidoarjo. Pasien dengan ulkus diabetikum diminta untuk menjawab pertanyaan terkait dukungan keluarga, gambaran pengalaman aktifitas spiritual sehari-hari dan gambaran tingkat spiritual sesuai dengan yang dialaminya selama beberapa bulan terakhir ini.

Hasil penelitian menemukan bahwa tingkat spiritualitas dan dukungan keluarga dapat mendukung perilaku spiritual self caresehingga koping individu menjadi lebih positif sehingga dapat membantu mempercepat proses penerimaan dan kesembuhan luka. Pasien ulkus diabetikum memiliki kecenderungan mengalami berbagai masalah yang berhubungan dengan pengurangan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, perubahan fisik, dan hubungan sosial ekonomi. Pasien yang telah menderita penyakit kronis dalam kurun waktu lama dituntut untuk mampu beradaptasi dan memanagemen penyakitnya, seperti mengatasi nyeri, ketidaknyamanan, permasalahan terkait psikologis, perubahan fisik, sosial, dan gaya hidup.

Spiritual self care merupakan salah satu upaya bagi seseorang untuk mengembangkan dan mensejahterakan kesehatan serta menyembuhkan penyakit yang didasarkan pada praktik spiritual. Pada penelitian ini terdapat pasien ulkus diabetikum dengan tingkat spiritualitas yang tinggi, namun memiliki perilaku spiritual self care yang sedang dan responden dengan tingkat spiritualitas yang sedang namun memiliki perilaku spiritual self care yang rendah. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor adanya keterbatasan fisik. Pada pasien ulkus diabetikum, komplikasi akan menyebabkan pasien mengalami nyeri, kelemahan dalam melakukan mobilisasi, dan bau busuk yang disertai nanah pada luka sehingga keterbatasan fisik seseorang turut berpengaruh terhadap pelaksanaan praktik spiritual.

Dampak yang timbul menjadikan pasien dengan ulkus diabetikum memiliki kecenderungan untuk bergantung kepada keluarga atau teman terdekat untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Individu yang memiliki dukungan sosial seperti keluarga dan tetangga, memiliki kemampuan strategi dan pengolahan masalah yang lebih baik. Keluarga memiliki peran yang besar bagi pasien DM dalam memberikan dukungan yang berhubungan dengan pemenuhan kesehatan dan pemenuhan spiritual. Praktik spiritualitas terbukti mampu membantu seseorang dengan penyakit kronis untuk menerima dan beradaptasi terhadap perubahan fisik, psikologis, dan sosial.

Tingkat spiritualitas merupakan faktor yang sangat kuat mempengaruhi pasien dalam pelaksanaan praktik spiritual self care. Dukungan keluarga yang optimal juga berpengaruh secara psikologis, sosial, dan materil dalam perilaku spiritual self care. Tingkat spiritualitas dan dukungan keluarga dapat mendukung koping individu menjadi lebih positif sehingga dapat membantu mempercepat proses penerimaan dan kesembuhan luka. (*

Penulis: Ika Nur Pratiwi, S.Kep.Ns., M.Kep.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: http://www.babalinursingresearch.com/index.php/BNR/article/view/26

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).