Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Payudara Mandiri pada Wanita Myanmar

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh cantik.tempo.co

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) penting untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini, terutama pada rangkaian terbatas sumber daya perawatan kesehatan. Ini adalah metode yang paling sensitif dan hemat biaya untuk mendiagnosis kanker payudara pada tahap awal. Meskipun para wanita mendengar tentang SADARI, sebagian besar wanita tersebut rendah dalam praktik SADARI dan tidak melakukan SADARI secara rutin. Meskipun berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengklarifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi praktik SADARI yang tidak teratur, terdapat berbagai faktor yang berbeda dan jawabannya belum jelas. Di Myanmar, pemerintah memperkenalkan metode BSE sebagai tingkat perawatan kesehatan primer dalam manual untuk Paket Penyakit Tidak Menular Esensial (PEN). Selain itu, pemerintah mendorong promosi praktik SADARI secara teratur dengan berbagi informasi menggunakan pamflet dan melalui situs web pemerintah. Jika kanker payudara (BC) terlambat terdeteksi dengan praktik screening yang rendah, hal itu menghasilkan prognosis yang buruk dengan angka kematian yang tinggi. Untuk meningkatkan praktik BSE dan mendukung program BSE, faktor-faktor penyebab BSE perlu diidentifikasi.

BC merupakan masalah kesehatan yang serius bagi negara maju dan berkembang. Menurut Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC), lebih dari 60.000 kasus kanker baru terjadi setiap tahun di Myanmar, dengan BC menjadi yang paling umum di antara wanita dan 11 orang per 100.000 penduduk meninggal karena BC. Deteksi dini melibatkan peran penting dalam penyakit BC. Dari kasus kanker payudara yang terdeteksi, 73,5% dilakukan dengan metode pemeriksaan fisik, dan terdapat bukti bahwa SADARI dapat menemukan tumor dengan diameter 22,1 mm. Selain itu, SADARI dapat membantu mendiagnosis lebih dari 90% dari semua kanker payudara pada tahap awal. Juga, Hassan et al., (2015) membuktikan bahwa SADARI dapat mendeteksi kanker payudara pada tahap awal (<3) dan menyarankan itu diterapkan sebagai tes screening yang berguna dengan ketersediaan tinggi dan biaya rendah di tingkat komunitas.

Namun, praktik SADARI masih rendah dalam praktiknya. Studi sebelumnya yang dilakukan di Myanmar menunjukkan bahwa hanya 16,7% responden yang dapat berbicara tentang SADARI, dan hanya 13,3% dari mereka yang melakukannya. Studi internasional sebelumnya mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi yang dapat mempengaruhi BSE. Seperti faktor sosio-demografi, usia, status perkawinan, riwayat penyakit payudara, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan memiliki sebuah hubungan yang signifikan dengan praktik BSE. Berdasarkan penelitian cross-sectional yang dilakukan di Bali, dijelaskan bahwa mereka yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang SADARI, manfaat yang dirasakan tinggi, hambatan yang dirasakan rendah, dan tingkat efikasi diri yang tinggi lebih mungkin untuk melakukan SADARI. Selain itu, alasan untuk tidak melakukan SADARI antara lain karena mereka tidak tahu bagaimana melakukannya, tidak memiliki gejala kanker payudara dan khawatir untuk mendeteksi kanker payudara masing-masing.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim Peneliti Fakultas Keperawatan Unair menunjukkan bahwa wanita yang tinggal di daerah pedesaan Myanmar memiliki pengetahuan dan praktik rendah tentang SADARI dan kanker payudara. Beberapa hambatan yang berkontribusi pada praktik SADARI berakar pada pengetahuan dan keterampilan yang tidak memadai tentang SADARI dan sikap perempuan. Dengan memberikan penyuluhan kesehatan, semakin banyak wanita memahami tentang BC dan SADARI, semakin dini mereka mendeteksi kanker payudara. Akibatnya, prognosis kanker payudara menjadi lebih baik dan angka kematian akibat kanker payudara akan berkurang. Oleh karena itu, otoritas dan penyedia layanan kesehatan harus mengembangkan program pendidikan kesehatan formal tentang BC dan BSE. Hasil dari penelitian terbaru ini diharapkan dapat bermanfaat dalam program pendidikan kesehatan di daerah pedesaan di masa mendatang.

Penulis: Nyein Moh Moh Myint, Nursalam Nursalam, and Eka Mishbahatul Mar’ah Has

Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada: https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/18863

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).