Tekanan Darah dan Kadar Gula Darah Tinggi pada Lansia, Banyakkah di Gresik?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang memiliki usia 60 tahun atau lebih. Peningkatan usia harapan hidup di Indonesia merupakan indikator keberhasilan pembangunan di berbagai bidang, termasuk kesehatan. Peningkatan usia harapan hidup sebanding dengan peningkatan jumlah lansia. Dampak yang harus diwaspadai, yaitu Indonesia akan menghadapi tiga beban (triple burden), yaitu meningkatnya angka kelahiran, beban penyakit (menular atau tidak menular) dan angka beban tanggungan kelompok usia produktif terhadap kelompok usia non-produktif.

Hipertensi dan diabetes merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan, namun bisa dikontrol. Karena itu, pemeriksaan tekanan darah dan kadar gula darah perlu dilakukan secara rutin. Masyarakat cenderung hanya melakukan pemeriksaan jika terdapat gejala yang menganggu aktivitas sehari-hari. Selain itu, petugas kesehatan belum mengetahui prevalensi hipertensi dan diabetes di Desa Y. Acara pemeriksaan tekanan darah dan kadar gula darah dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran data mengenai tekanan darah dan kadar gula darah serta sebagai upaya deteksi dini penyakit hipertensi dan diabetes pada lansia di di Desa Y, Kabupaten Gresik.

Metode pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling, yaitu 60 lansia yang datang pada acara pemeriksaan kesehatan. Penelitian dilaksanakan di Balai Desa Y, Kabupaten Gresik pada Juli 2019. Tekanan darah diukur menggunakan tensimeter aneroid dan stetoskop. Data hasil pemeriksaan tekanan darah diklasifikasikan menggunakan kriteria JNC VII. Kadar gula darah sewaktu diukur menggunakan glukometer (smart check blood glucose meter) pada darah kapiler.

Desa Y masih cukup sehat secara fisik karena masih mampu beraktivitas untuk menghadiri kegiatan pemeriksaan kesehatan. Kelompok usia pra lansia, yaitu 45-59 tahun sebanyak 45 persen (45 orang). Kelompok pra lansia tergolong masih dalam usia produktif. Kelompok pra lansia di Desa Y masih aktif dan produktif dalam beraktivitas sehingga masih disibukkan dengan pekerjaan mereka masing-masing. Kelompok lansia tua, yaitu usia 75-90 tahun didapatkan sejumlah 3% (2 orang).

Pengelompokan tekanan darah menggunakan kriteria JNC VII. Berdasar kriteria tersebut, tekanan darah normal adalah tekanan sistol <120 mmHg dan tekanan diastol <80 mmHg. Tekanan darah dikategorikan sebagai pre hipertensi jika adalah tekanan sistol 120-139 mmHg atau tekanan diastol 80-89 mmHg. Tekanan darah dikategorikan sebagai hipertensi derajat 1 jika tekanan sistol 140-159 mmHg atau tekanan diastol 90-99 mmHg. Tekanan darah dikategorikan sebagai hipertensi derajat 2 jika tekanan sistol ≥160 mmHg atau tekanan diastol ≥100 mmHg.

Di Desa Y terdapat 50% lansia (30 orang) mengalami hipertensi dengan kategori hipertensi derajat 1 sebanyak 20% (12 orang) dan hipertensi derajat 2 sebanyak 30% (18 orang). Sedangkan, lansia yang mengalami pre hipertensi sebanyak 23 % (14 orang) dan 27 % lansia (16 orang) memiliki tekanan darah normal. Hipertensi dapat ditegakkan apabila hasil pengukuran tekanan darah memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi.

Pada kelompok umur 45-59 tahun penderita hipertensi derajat 1 dan 2 sebanyak 41% dan 22%. Sedangkan pada kelompok umur 60-74 tahun penderita hipertensi derajat 1 dan 2 sebanyak 41% dan 22%. Pada kelompok umur 75-59 tahun 50 % mengalami hipertensi derajat 1 dan 50% mengalami hipertensi derajat 2. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Usia yang bertambah risiko hipertensi juga akan meningkat.

Pada rentang usia 45-59 tahun rata-rata tekanan darah sistol dan diastol adalah 127 mmHg dan 83 mmHg. Pada rentang usia 60-74 tahun rata-rata tekanan darah sistol dan diastol adalah 128 mmHg dan 83 mmHg. Pada rentang usia 75-90 tahun rata-rata tekanan darah sistol dan diastol adalah 135 mmHg dan 90 mmHg.

Sebanyak 20% (12 orang) memiliki Kadar glukosa darah kurang dari 90 mg/dl, nilai tersebut merupakan kadar yang normal dengan syarat sampel tidak sampai mengalami hipoglikemi. Sedangkan paling banyak sampel memiliki kadar gula darah 90-199 mg/dl yaitu 58% (25 orang). Kadar gula darah pada rentang tersebut merupakan kelompok yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria diabetes mellitus (DM). Pada kelompok tersebut perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai gejala dan faktor risiko sebagai upaya pencegahan terjadinya peningkatan kadar gula darah hingga menjadi hiperglikemi. Kadar gula darah lebih dari 200 mg/dl merupakan kelompok yang memenuhi kriteria diagnosis DM. Pada hasil penelitian jumlah lansia yang masuk dalam kriteria DM sebanyak 22% (13 orang). Hal tersebut dapat disebabkan karena sekitar 50% lansia akan cenderung mengalami peningkatan glukosa darah karena gangguan pada metabolisme glukosa.

Rata-rata kadar gula darah lansia dengan rentang usia 45-59 tahun, yaitu 160 mg/dl, kadar gula darah terendah 53 mg/dl dan kadar gula darah tertinggi 453 mg/dl. Rata-rata kadar gula darah lansia dengan rentang usia 60-74 tahun, yaitu 136 mg/dl, kadar gula darah terendah 62 mg/dl dan kadar gula darah tertinggi 337 mg/dl. Rata-rata kadar gula darah lansia dengan rentang usia 75-90 tahun, yaitu 163 mg/dl, kadar gula darah terendah 73 mg/dl dan kadar gula darah tertinggi 253 mg/dl. Diagnosis diabetes dapat ditegakkan apabila pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik, yaitu poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. (*)

Penulis: Putri Ayuni Alayyannur, S.KM., M.KKK

Judul Artikel: The Profiles of bood pressure and blood glucose level among the elderly in Y Village, Gresik

Selengkapnya dapat dilihat dalam link berikut: http://ijfmt.com/issues.html

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).