Kenali Hidrosefalus Sejak Dini untuk Cegah Gangguan Pertumbuhan Otak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Hidrosefalus berasal dari bahasa Latin, yaitu hydros yang artinya air dan sefalus yang berarti kepala. Dalam istilah medis, hidrosefalus berarti penumpukan cairan otak yang berlebihan yang menyebabkan kelainan atau gejala kelainan saraf yang dapat hanya sementara atau menetap.

Cairan otak normal diproduksi di otak, di dalam rongga cairan otak, pada semua orang. Produksi ini akan terjadi seumur hidup. Dalam sehari orang dewasa dapat menghasilkan sekitar 500 ml cairan otak. Karena aliran dan penyerapan pada orang normal tidak mengalami hambatan, maka cairan sejumlah itu akan diproduksi dan diserap kembali oleh tubuh dengan lancar.

Hidrosefalus pada bayi atau anak terjadi utamanya karena dua sebab. Yaitu, gangguan aliran keluar atau gangguan penyerapan. Gangguan aliran keluar sendiri dapat disebabkan oleh kelainan cacat lahir yang menyebabkan saluran keluarnya terbuntu, atau karena ada tumor atau kista. Gangguan penyerapan yang tersering diakibatkan infeksi selaput otak atau perdarahan selaput otak.

Tanda dan gejala hidrosefalus pada bayi dibawah 2 tahun dan anak di atas 2 tahun adalah berbeda. Pada anak usia dibawah tahun biasanya ubun-ubun besar dan sambungan tulang kepala belum menutup sempurna. Sehingga gejala yang dapat timbul, antara lain, pembesaran kepala dengan cepat; ubun-ubun besar yang cembung dan makin tegang; kulit kepala yang menipis, rambut menjadi jarang-jarang dan pembuluh darah kepala tampak menonjol; anak menjadi rewel; mata yang cenderung melihat ke bawah; dan gangguan tumbuh kembang.

Pada anak yang lebih besar, yaitu 2 tahun ke atas, terdapat gejala yang lain. Gejala itu, antara lain, nyeri kepala atau pusing yang membuat kepala terasa berat; mual atau muntah yang tidak diketahui sebabnya; biasanya muntahnya menyemprot; anak menjadi terlihat tidak bergairah atau mengantuk; serta bila berat dapat disertai kejang hingga tidak sadar.

Apa yang harus dilakukan bila menemui anak yang dicurigai mempunyai hidrosefalus? Tempat yang paling tepat untuk bertanya tentang hal ini adalah datang ke dokter terdekat. Dokter anak, dokter saraf, atau dokter bedah saraf dapat membantu memastikan kelainan yang terjadi.

Pemeriksaan tambahan berupa USG kepala (bila ubun- ubun besar masih terbuka) atau CT scan kepala, bahkan MRI kepala (untuk lebih jelas mencari penyebabnya) akan diperlukan untuk membantu dokter menegakkan diagnosis dan melakukan tindakan yang tepat.

Apa yang terjadi bila hidrosefalus tidak segera diatasi? Karena hidrosefalus ini dapat menekan saraf otak, efek jangka panjang hidrosefalus dapat menyebabkan gangguan kecerdasan, kepribadian, epilepsy, kelambatan tumbuh kembang, dan kosmetik karena bentuk kepala yang “aneh”.

Tindakan apa yang dapat menolong anak atau bayi dengan hidrosefalus? Apabila diagnosis hidrosefalus sudah dapat ditegakkan, tindakan yang dapat dilakukan adalah pemasangan selang kepala untuk mengalirkan cairan yang berlebihan di otak. Tindakan pemasangan selang bahkan dapat dilakukan pada bayi yang baru berusia beberapa hari.

Pengaruh terhadap aktivitas maupun kegiatan sehari-hari pada anak tidak akan terganggu oleh selang. Selang tersebut relatif aman di bawah kulit dan tidak menimbulkan efek apapun. Rasa tidak nyaman di awal setelah operasi dapat terjadi karena luka bekas operasi saja, tetapi itu akan hilang setelah beberapa hari. Selang yang tertanam di kepala tersebut tidak menyebabkan kerusakan otak sehingga tidak mempengaruhi kecerdasan pada anak.

Kenali gejalanya sedini mungkin. Keterlambatan dalam penanganan dapat berakibat gangguan tumbuh kembang yang berat, gangguan kecerdasan, kelemahan anggota tubuh, kejang berulang, bahkan hingga koma dan fatal. (*)

Penulis: Dr. Wihasto Suryaningtyas, dr., Sp.BS

Artikel ini terkait dengan publikasi Scopus:

Suryaningtyas W, Parenrengi MA, Bajamal AH, Rantam FA. Lipid peroxidation induces reactive astrogliosis by activating WNT/β-catenin pathway in hydrocephalus. Malays J Med Sci. 2020;27(3):34–42.

Selengkapnya dapat dilihat dalam link berikut: https:// doi.org/10.21315/mjms2020.27.3.4

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).