Hubungan Disabilitas dan Nyeri pada Gangguan Stres Pasca Trauma, Depresi, dan Anxietas Pasien Brachial Plexus Injury (BPI) Post Operatif

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Hilangnya fungsi ekstremitas atas setelah Brachial Plexus Injury (BPI) menyebabkan defisit fungsi sensoris dan motorik yang memerlukan rekonstruksi bedah mikro yang kompleks. BPI pada dewasa dapat disebabkan berbagai mekanisme. Termasuk cedera tusuk, jatuh, dan kecelakaan kendaraan bermotor.

Penelitian epidemiologi pasien cedera plexus brachialis didapatkan insiden pasien cedera plexus brachialis di RSUD Dr Soetomo sebanyak 42 kasus baru per tahun. Cedera plexus brachialis tersebut paling banyak diderita pada pasien dengan usia 21–30 tahun. Juga, didapatkan 408 pasien BPI baru datang ke RSUD Dr. Soetomo mulai Januari 2005 hingga Desember 2017. Usia paling banyak sekitar 21–30 tahun dan sembilan puluh persen (90 persen) disebabkan kecelakaan sepeda motor.

Terdapat berbagai pilihan terapi rekonstruksi pada operasi BPI. Namun, hasil operasi tersebut bervariasi satu dengan yang lain. Beberapa parameter-nya adalah umur, semakin muda hasilnya semakin baik. Parameter yang lain adalah tenggang waktu dilakukan operasi dan awal terjadinya cedera BPI, tipe atau tingkat cedera BPI, serta rehabilitasi pasca operasi. Sebanyak 50-82.7 persen pasien dengan BPI menderita nyeri kronik. Faktor predisposisi nyeri, antara lain, penggunaan alkohol, merokok, gangguan organik sebelumnya, gangguan kejiwaan sebelumnya, dan status pernikahan

Insiden Postraumatic stress disorder (PTSD), depresi, dan tekanan psikologis cukup tinggi setelah trauma ortopedi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sepertiga pasien yang mengalami trauma orthopedi mengalami ganguan jiwa dan tanda-tanda gangguan mood.Demikian pula, cedera saraf ekstremitas atas mempengaruhi fungsi sehari-hari, menyebabkan penurunan kualitas hidup yang dirasakan.

Berbagai penelitian yang menilai kualitas hidup, hasil fungsional, dan kepuasan pasien setelah operasi cedera pleksus brachialis/ brachial plexus injury (BPI) menyimpulkan bahwa pasien terkena dampak buruk dalam hal status keuangan, status kepegawaian, kemandirian dalam melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari, citra tubuh, hasil fungsional, kesehatan subjektif, dan kepuasan secara menyeluruh meskipun adanya perbaikan dalam hasil motoric.

Meskipun dampak psikologis dari cedera saraf perifer ekstremitas atas telah diteliti, dampak psikososial dan psikologis dari BPI traumatik pada orang dewasa belum sepenuhnya ditangani. Terdapat penelitian yang mencatat bahwa BPI traumatik avulsi lengkap mengganggu persepsi citra tubuh, menyebabkan kesulitan menerima dan beradaptasi dengan BPI, serta berkaitan dengan insiden depresi yang lebih tinggi.

Disablitas merupakan masalah utama yang dihadapi pada pasien dengan cedera pleksus brachialis/ brachial plexus injury (BPI). Kualitas hidup akan menurun karena pasien tidak dapat bekerja sehingga mengalami kesulitan ekonomi, masalah keluarga, hingga terkucilkan dari masyarakat. Penyesuaian diri pasien dalam mengatasi nyeri dan disabilitas tersebut berbeda pada tiap pasien. Pada pasien yang mampu dengan baik mengatasi masalah tersebut maka, gangguan jiwa dapat diatasi

Setiap individu bereaksi terhadap penyakit dengan cara interaksi yang kompleks dan berkembang dari beberapa faktor. Faktor tersebut termasuk kepribadian premorbid, pengalaman sebelum sakit, hubungan interpersonal, ancaman keparahan penyakit, pengobatan fisik yang diperlukan, dan interaksi dengan siapa meminta bantuan pengobatan. Tingkat penyesuaian diri bergantung pada interaksi dua variabel, yaitu beratnya stres dan sumber daya penyesuaian individu. Seorang individu lebih mudah terganggu karena stres daripada oranglain yang lebih kuat dan dapat mengatasinya dengan lebih mudah. Penyebabnya, ketidakmatangan, kerangka pengetahuan yang salah, daya tahan stres yang rendah, atau kekurangan kemampuan individu. Mengetahui bahwa cedera ekstremitas atas serius meningkatkan risiko tekanan psikologis. Dan, untuk meningkatkan pengobatan multidisipliner BPI,kami berusaha untuk menganalisis pengaruh disablitas dan nyeri terhadap adanya gangguan stres pasca trauma, depresi, dan anxietas pada Brachial Plexus Injury (BPI) pasca operatif.

Dalam rangka untuk menjelaskan hubungan antara disabilitas dan nyeri dengan adanya depresi, anxietas dan gangguan stres pasca trauma (GSPT) pada penderita traumatik brachial plexus injury (BPI) pasca operasi digunakan 3 macam instrumen. DASH score digunakan untuk menentukan tingkat disabilitas pada pasien. VAS score merupakan instrument untuk menilai skala nyeri dan untuk depresi, anxietas, dan gangguan stres pasca trauma digunakan MINI. Hipotesis penelitian adalah tingkat disabilitas dan tingkat nyeri akan berhubungan dengan gangguan jiwa yang dalam penelitian ini adalah depresi, anxietas, dan gangguan stres pasca trauma (GSPT) pada penderita BPI pasca operasi.

Sebagai kesimpulan, disabilitas dan nyeri melibatkan faktor fisik yang dominan dan merupakan keluhan penderita BPI pasca operasi, namun adanya gangguan jiwa seperti deperesi dan risiko bunuh diri memberikan wawasan kepada klinisi untuk memberikan manajemen terapi yang holistik.

Penulis: Dr. Heri Suroto, dr., Sp.OT(K) (Dep. Orthopaedi dan Traumatologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga)

Judul Jurnal: Relationship between disability and pain to a post-traumatic stress disorder, depression, and anxiety in a patient with postoperative brachial plexus injury (BPI)

Authors: Heri Suroto, Ramadhan Ananditia Putra, Azimatul Karimah

Dipublikasikan di: British Journal of Neurosurgery

Selengkapnya terkait dengan artikel ini dapat dilihat di link berikut:

https://www.tandfonline.com/eprint/RBIGFAKXDEFXBN8ZNQJK/full?target=10.1080/02688697.2020.1784846

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).