Menyusui Eksklusif, Media Apa yang Cocok Diberikan Oleh Tim Konseling Laktasi?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Ibupedia

Air Susu Ibu (ASI) memiliki banyak manfaat kesehatan untuk ibu dan bayi. ASI mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan bayi sejak lahir dan berlanjut selama setidaknya 6 bulan seperti yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) dan American Academy of Pediatrics (AAP). Menyusui dapat melindungi bayi terhadap diare dan penyakit umum pada anak seperti pneumonia, dan juga memiliki manfaat kesehatan jangka panjang yang lain bagi anak, seperti mengurangi risiko kelebihan berat badan dan obesitas pada masa kanak-kanak dan remaja serta memiliki manfaat bagi ibu yaitu memberikan jarak pada kehamilan selanjutnya, mencegah perdarahan, mengurangi risiko kanker payudara hingga sebagai ungkapan kasih sayang ibu kepada bayinya. Jika ibu tidak memberikan ASI, maka manfaat ini tidak akan diperoleh untuk ibu maupun bayi. Manfaat menyusui telah didokumentasikan di seluruh dunia, tetapi menurut data dari UNICEF, hanya 42% anak di bawah 6 bulan yang menerima ASI eksklusif pada tahun 2018. Data tersebut masih di bawah target UNICEF sebesar 50% pada tahun 2025.

Mendukung pada target dunia dalam mencapai keberhasilan menyusui eksklusif, program yang dilakukan adalah program cuti hamil dan melahirkan, kebijakan tentang pemasaran internasional pengganti ASI, promosi media, dukungan Rumah Sakit sayang bayi, dukungan tempat kerja bagi ibu bekerja, kebijakan sosial pro menyusui dan adanya konseling menyusui.

Konseling menyusui merupakan salah satu upaya yang dapat diambil oleh pemerintah dalam tujuh tindakan untuk mendorong kemajuan dalam menyusui yaitu dengan meningkatkan akses ibu ke konseling menyusui terampil di fasilitas kesehatan. Adanya kebutuhan untuk mendengarkan dan menerima pendapat ibu tanpa penilaian dan membantu ibu untuk membuat pilihan terbaik berdasarkan informasi dan saran yang relevan yang diberikan oleh konselor laktasi dan kegiatan ini dapat menjadi motivasi bagi ibu menyusui, maka kegiatan konseling menyusui ini diharapkan dapat mendukung ibu untuk selalu tetap menjaga ASI diberikan secara eksklusif. Konseling ini diberikan dua kali selama kehamilan dan lima kali setelah melahirkan.

Konseling menyusui mencakup penjelasan kepada ibu tentang manfaat menyusui dan bagaimana hal itu dapat dimulai dari saat bayi lahir hingga usia 2 tahun, dimana tertuang pada program dari 10 langkah menuju keberhasilan menyusui yaitu memberi informasi kepada ibu hamil tentang manfaat dan manajemen menyusui, bagaimana melakukan inisiasi menyusu dini, memberikan cara menyusui dan cara mempertahankannya, tidak memberikan selain ASI (kecuali atas indikasi medis), melaksanakan rawat gabung, mendorong menyusui sesuai permintaan dan jangan memberikan dot atau kempeng.

Konseling dapat diberikan oleh petugas kesehatan dan teman sebaya yang telah dilatih sebagai konselor dan dapat menggunakan media apa pun. Ibu yang terlalu sibuk untuk konseling menyusui, informasi dapat diberikan melalui Short Message Service (SMS) atau telepon dari seorang konselor. SMS dan telepon dapat membantu ibu menyusui pada kontak awal namun tidak memiliki dampak signifikan pada pemberian ASI eksklusif dikarenakan ibu memiliki kemampuan terbatas untuk merespon teks dengan mudah. Berbagai hal yang dihasilkan konseling melalui telepon pada periode yang berbeda ini mungkin terkait dengan aksesibilitas ibu ke intervensi, total menit konseling yang diterima ibu, jumlah total panggilan konseling yang berhasil dari konselor, atau mungkin efektivitas setiap konseling yang diberikan kepada para ibu.

Sebuah penelitian lain, lebih lanjut membuktikan bahwa metode tunggal intervensi menyusui tidak akan efektif jika dilakukan untuk jangka waktu yang lama. Mungkin kegiatan konseling yang menggunakan media dapat dimodifikasi menggunakan video call sehingga konselor dapat melihat ibu dan apakah ibu telah berhasil menyusui bayinya atau melalui instrumen penilaian (alat) yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan untuk menilai wanita hamil dan ibu postpartum sebelum keluar dari rumah sakit, ibu menyusui juga akan lebih mudah mengikuti setelah membaca SMS atau telepon sebelumnya dengan tambahan konseling menggunakan video call. Rumah sakit perlu menilai, apakah ibu memerlukan konseling dari konselor menyusui atau tidak (penyuluhan secara berkelompok) sehingga semuanya tidak dibebankan kepada konselor untuk satu area kerja.

Hasil dari semua penelitian mengkonfirmasi bahwa efek dari program konseling menyusui adalah signifikan ketika disampaikan menggunakan metode apa pun baik menggunakan media (SMS atau panggilan). Mungkin perlu juga dapat ditambahkan penggunaan media secara video call atau tetap diberikan secara klasik (mengadakan pertemuan konseling secara tatap muka). Temuan dalam ulasan ini dapat mendorong upaya penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan metode yang tepat sehingga target menyusui secara global dapat tercapai.

Penulis: Amellia Mardhika
Artikel lengkapnya dapat diakses melalui link jurnal berikut ini: https://www.psychosocial.com/article/PR270726/18661/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).