Bertanam Melon Hidroponik Bisa Jadi Kesibukan Baru di Masa Pandemi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
SULAP atap rumah jadi kebun melon hidroponik dengan sistem dutch bucket. (Foto: istimewa)

UNAIR NEWS – Bagi sebagian orang, lama berdiam diri di rumah pada masa pandemi tentu membosankan. Banyak kegiatan dilakukan demi mengusir rasa jenuh itu. Termasuk menjalani hobi bertanam secara hidroponik.

Seperti yang dilakukan oleh Dosen Kimia Analitik Dr. rer. Nat. Ganden Supriyanto, M.Sc. beberapa waktu ini. Lulusan S3 Chemie und Pharmazie FU Berlin, Jerman itu menyulap lahan atap rumahnya berukuran 3×3 meter menjadi kebun melon hidroponik dengan teknik dutch bucket.

“Bisa dikatakan ini adalah kreativitas yang muncul karena terpaksa. Karena pandemi covid-19 ini akhirnya saya cukup punya sedikit waktu untuk melakukan hal-hal positif seperti ini,” ungkapnya pada wawancara Kamis (18/06/2020).

Menurut Ganden, teknik bertanam ducth bucket cukup mudah. Setidaknya diperlukan wadah bekas es krim volume delapan liter sebagai bucket; net pot dan hidroton sebagai media tanam; ajustable drip untuk mengatur aliran nutrisi; serta wadah yang lebih besar sebagai container nutrisi. Selain itu, juga diperlukan konstruksi untuk menopang batang melon.  

Selanjutnya, wadah bekas es krim dilubangi pada bagian tutupnya dengan diameter 10 cm. Tujuannya untuk meletakkan net pot berdiameter 12 cm. Kemudian net pot diberi hidroton dan dialiri cairan nutrisi dari container menggunakan pompa celup. Cairan nutrisi dapat diberikan melalui media paralon 1/2 inchi yang dihubungkan ke pipa HDPE 7mm yang telah dipasang ajustable drip.

“Saya pakai hidroton karena materialnya ringan berpori dan dibuat dari tanah lempung yang dibakar, sehingga mampu menyerap air maupun nutrisi setiap saat selama 24 jam,” kata penggemar hidroponik itu.

Pada sistem dutch bucket, kata Ganden, sisa nutrisi akan tertampung di bagian bawah bucket. Sehingga dapat menyuplai nutrisi akar melon yang memanjang. “Bagian samping bucket juga dilubangi untuk mengalirkan sisa nutrisi ke dalam container,” tambahnya.

Ganden mengungkapkan, banyak kelebihan bertanam secara hidroponik. Selain tidak memerlukan lahan yang luas, biaya pembangunan konstruksi terbilang cukup murah. “Biaya bahan konstruksi hidroponik untuk 30 batang melon kira kira Rp1,2 juta. Itu terbuat dari baja ringan yang tahan karat,” ujarnya.

Menurut dia, jika ditekuni, bertanam secara hidroponik dapat menjadi lahan bisnis yang menjanjikan. “Dalam waktu 2 tanam siklus saja, modal sudah kembali. Tapi kalau saya tidak mengejar hasil materialnya, saya mengejar hasil kebahagiaannya. Meningkatkan antibodi kan salah satunya harus selalu bahagia,” pungkasnya sembari tertawa. (*)

Penulis : Erika Eight Novanty

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).