Kegigihan Media Sosial dalam Aktivisme dan Keterlibatan Politik di Kalangan Pemuda Indonesia & Pakistan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Dalam beberapa tahun terakhir, kemunculan media sosial telah mendorong dan memengaruhi kaum muda untuk berpartisipasi dalam politik. Studi ini dilakukan di Indonesia dan Pakistan. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis kegigihan media sosial dan partisipasi politik pemuda dalam kegiatan demokratis. Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif berdasarkan survei offline dan online untuk mendapatkan data dari empat ratus (400) anak muda yang memiliki pengalaman politik dan pengetahuan tentang partisipasi.

Data dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur menggunakan skala untuk mengkompilasi hasil dan data dilakukan melalui perangkat lunak Excel dan SPSS. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa media sosial menyediakan platform unik bagi kaum muda untuk berpartisipasi dalam aktivisme politik. Keterlibatan pemuda dapat memainkan peran penting dalam struktur politik negara. Hal ini juga diamati bahwa partisipasi pemuda sangat penting bagi negara untuk kemakmuran dan pertumbuhan.

Ketika tahun pemilu tiba, fenomena partisipasi pemuda meningkat di Indonesia dan Pakistan. Penggunaan tren media sosial di negara-negara tersebut menarik perhatian 200 juta pengguna di Indonesia dan Pakistan. Makalah ini mencoba untuk menaikkan pentingnya media sosial saat ini. Media sosial memainkan peran penting dalam struktur politik, meningkatkan kesadaran khususnya dalam keterlibatan politik. Praktik serupa di periode musim semi di Arab telah memaksa kaum muda untuk menggunakan media sosial dalam nerpartisipasi. Debat kritis tentang media kontemporer telah memaksa kaum muda untuk menggunakan media sosial sebagai kebebasan berekspresi dan partisipasi mereka. Rintangan utama untuk berpartisipasi di dalam praktik tersebut adalah pemilik media memiliki ikatan atau afiliasi yang kuat dengan rezim politik. Namun, dalam kasus seperti itu, mereka dapat mengambil risiko fungsi demokrasi yang tepat.

Dalam sejarah politik Indonesia, peran siswa dikenal dan dihargai. Periode Suharto, di mana generasi muda berkontribusi pada masalah politik. Mereka mengorganisir dan berpartisipasi dalam protes terhadap rezim Suharto yang berkuasa pada tahun 1998-an. Partisipasi ini telah meningkat dan memotivasi para pemuda untuk berpartisipasi dalam masalah politik negara. Di era global, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dan cepat. Saat ini, teknologi informasi dan komunikasi (ICT) telah terbukti sebagai cara yang sangat andal untuk mendapatkan informasi. Media sosial telah menjadi kebutuhan utama bagi semua kalangan. Misalnya, media sosial (Instagram, Facebook, dan sebagainya).

Makalah ini membahas situasi demokrasi Indonesia dan Pakistan. Di Indonesia, para pemuda kemungkinan akan menggunakan media sosial untuk kampanye politik dan kepekaan orang-orang untuk tujuan bersama. Padahal, di Pakistan, anak muda menggunakan media sosial untuk mendukung asosiasi mereka, partai politik. Kebebasan berbicara di kedua negara mengangkat dan menyediakan kesempatan bagi kaum muda untuk mengambil bagian dalam kepentingan nasional atau bersama. Selain itu, anak-anak hanya memiliki platform ‘media sosial’ yang sesuai di mana mereka bisa berbicara dengan bebas dan menunjukkan kehadiran mereka, dan ini adalah alat yang berkembang cepat untuk e-partisipasi. Media elektronik seperti televisi atau berita saluran telah dijajah oleh ekonomi kapitalis dan mengendalikan media arus utama. Fenomena ini menarik perhatian pengguna media sosial berpartisipasi dalam keterlibatan politik online dan offline kaum muda.

Praktik internet dan media sosial dalam proses demokrasi telah difokuskan lembaga sosial, pemerintah dan sistem komunikasi. Kehadiran media sosial dapat memperkuat atau melemahkan nilai-nilai politik dalam masyarakat. Ini mendorong kebebasan ekspresi di antara publik untuk berpartisipasi dalam segala bentuk tindakan kepada negara. Dengan demikian, para pemuda berpartisipasi secara bebas dan melibatkan kelompok sebaya mereka sebagai bagian dari kepentingan politiknya. Sebuah penelitian menemukan bahwa media sosial memberikan peluang untuk warga negara dalam mengambil keputusan berdasarkan pilihan, kebutuhan, dan berpartisipasi melalui program Internet dan media sosial.

Ada harapan bahwa warga negara akan dapat meningkatkan keterlibatan dan mencapai tujuan mereka sendiri dengan lebih baik. Pengalaman pemuda dan demokrasi di Indonesia, sebuah studi yang dilakukan oleh Lim menunjukkan bahwa Indonesia telah secara dramatis mengubah rezim otoriterisme ke demokrasi. Karena itu, situasi di Pakistan, tempat politik partai telah mengubah strategi mereka untuk memobilisasi dan mengintegrasikan pemilih melalui sosial media. Hampir semua partai politik memiliki akun media sosial. Banyak partai politik yang melibatkan publik di media sosial, tetapi yang paling populer adalah Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) yang dipimpin oleh mantan bintang kriket Imran Khan. Organisasi politik ini sangat aktif berpartisipasi dalam media sosial, dan mereka posting dan membalas komentar sangat normal. Tren baru media sosial telah mengubah diskusi politik, di mana para aspiran politik mengikuti blog, halaman facebook, instagram, dan grup whatsApp. Sehingga mereka dapat menerima berita dengan mudah.

Artikel ini menunjukkan kegigihan dan penggunaan media sosial dalam praktik demokrasi dan keterlibatan politik di kalangan pemuda. Studi ini menemukan bahwa platform media sosial dapat menfasilitasi kaum muda untuk mendapat informasi tentang urusan sosial dan politik. Ruang publik online diketahui dapat mengekspresikan pendapat melalui aktivisme politik. Pengguna media sosial mungkin juga dapat berkomentar, memposting dan dapat terlibat dalam partisipasi online. Hasilnya juga menemukan bahwa pemuda di Indonesia dan Pakistan sering terlibat dalam politik online.

Selain itu, aplikasi facebook dan instagram juga bisa dimanfaatkan generasi muda untuk dalam mengekspresikan dan mendiskusikan masalah mereka dengan bebas. Model teoritis Jürgen Habermas dan Dahlgren di studi ini menemukan bahwa dimensi struktural, representasional dan interaksional berbasis publik memiliki kesempatan untuk terlibat di media sosial, dengan membahas seputar politik dan berinteraksi satu sama lain di ruang publik offline dan online. Hasilnya menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia dan Pakistan memiliki peluang bagus untuk memanfaatkan penggunaan platform media sosial untuk melibatkan populasi kaum muda dalam meningkatkan kesadaran sosial-politik.

Penulis: Muhammad Saud

Informasi detail penelitian ini dapat dilihat di:

https://www.inderscience.com/info/ingeneral/forthcoming.php?jcode=ijwbc

Rachmah Ida, Muhammad Saud, Mustain Mashud. 2020. Persistence of Social Media on Political Activism and Engagement among Indonesian & Pakistani youths.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).