Potensi Anti-Inflamasi Meloxicam dalam Terapi Kanker Kandung Kemih

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Terapi kanker kandung kemih. (Sumber: http://www.cancercenter.co.id/)

Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel-sel tubuh berkembang secara agresif dan tumbuh diluar kendali. Agresifitas sel kanker biasanya juga diikuti dengan kemampuan sel kanker berpindah dari organ asalnya menuju berbagai organ didalam tubuh dan tumbuh pada tempat barunya. Salah satu jenis kanker yang lazim diderita diseluruh dunia adalah kanker kandung kemih. Terdapat lebih dari 500 ribu orang yang terdiagnosa kanker kandung kemih pada tahun 2018. Tingginya angka kejadian kanker ini ternyata tidak diikuti dengan terapi yang adekuat, hal ini terbukti dari angka kematian akibat kanker buli yang mencapai 200 ribu orang pada tahun 2018.

Pada stadium lanjut, pengobatan kanker kandung kemih yang direkomendasikan adalah pengangkatan kandung kemih secara keseluruhan diikuti dengan pemberian berbagai macam obat-obatan kemoterapi seperti gemcitabine-cisplatin. Namun, kualitas hidup dan efek samping pasca kemoterapi juga tidak dapat dianggap enteng. Bahkan angka harapan hidup pasien kanker buli stadium lanjut hanya berkisar pada angka 50-60%.  Kondisi ini memicu banyak peneliti untuk berlomba-lomba dalam menemukan terapi yang paling efektif dengan efek samping yang paling minimal sebagai terapi terkini kanker kandung kemih.

Meloxicam merupakan salah satu obat-obatan anti-inflamasi yang biasanya digunakan pada saat terjadinya inflamasi atau yang lebih dikenal dengan “bengkak” pada tubuh. Meloxicam lazim digunakan pada kondisi inflamasi secara keseluruhan atau terlokalisir pada bagian tertentu. Secara mengejutkan, beberapa studi secara tidak sengaja mengamati meloxicam mampu menurunkan terjadinya kanker kandung kemih.

Lebih jauh, penelitian mendalam dengan bahan dasar meloxicam berhasil membuktikan meloxicam mampu membunuh sel kanker kandung kemih, menurunkan penyebaran secara jauh, dan juga menurunkan pembelahan sel kanker kandung kemih. Hal inilah yang menjadi landasan pemikiran penelitian ini untuk menggabungkan meloksikam dengan obat kemoterapi yang tersedia saat ini sebagai suatu alternatif terapi baru yang efektif dengan efek samping yang minimal.

Desain Penelitian dan Percobaan Meloxicam pada Kanker Kandung Kemih

Penelitian ini bertujuan untuk menilai kemampuan meloxicam dalam membunuh sel kanker kandung kemih. Terdapat tiga kelompok pada penelitian ini, yaitu : kontrol, kelompok yang mendapatkan obat kemoterapi, dan kombinasi meloxicam dengan kemoterapi. Penelitian ini diawali dengan menumbuhkan sel kanker kandung kemih di laboratorium. Paparan bahan aktif kemoterapi dan meloxicam dikerjakan selama 24 jam yang dilanjutkan dengan perhitungan persentase kematian sel kanker kandung kemih.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa angka kematian sel kanker kandung kemih ternyata paling tinggi pada kelompok yang mendapatkan meloxicam dan kemoterapi. Peningkatan ini bahkan secara signifikan teramati bila dibandingkan dengan kelompok lainnya seperti pada kelompok yang hanya mendapatkan kemoterapi. Hal ini menunjukkan bahwa meloxicam memiliki potensi sebagai salah satu terapi mutakhir dalam pengobatan kanker kandung kemih.

Efektifitas Meloxicam dalam eradikasi sel kanker kandung kemih

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meloxicam yang dikombinasikan dengan kemoterapi ternyata mampu mengakibatkan kematian pada sel kanker kandung kemih. Beberapa penelitian sebelumnya telah mengulas kemungkinan mekanisme yang mendasari fenomena ini. Salah satu teori yang paling popular untuk menjelaskan mekanisme ini adalah teori COX-2. Teori ini menjelaskan bahwa sel kanker memerlukan COX-2 untuk berkembang dan menjaga fungsi pembelahannya. Disisi lain, meloxicam merupakan salah satu obat yang memiliki fungsi dalam menghambat kinerja dari COX-2. Hal ini dapat menjelaskan mekanisme meloxicam dalam menghambat pembelahan sel kanker kandung kemih.

Hasil penelitian ini ternyata juga sejalan dengan penelitian sebelumnya, yang berhasil menjelaskan bahwa meloxicam mampu menurunkan pembelahan sel, menghambat pembentukan pembuluh darah baru, hingga akhirnya mencegah penyebaran sel kanker. Penelitian ini dan penelitian sebelumnya jelas memberikan dimensi baru dalam terapi kanker kandung kemih. Meloxicam jelas dapat dijadikan kandidat sebagai obat kanker kandung kemih.

Namun terdapat beberapa tahapan yang harus didalami terlebih dahulu sebelum meloxicam benar-benar dapat diaplikasikan sebagai terapi kanker kandung kemih secara luas. Uji klinis yang bertahap masih diperlukan untuk menekan kemungkinan terjadinya efek samping yang tidak diinginkan pada penggunaan meloxicam. Berbagai isu yang berkembang pada penggunaan meloxicam, misalnya adanya gangguan pada metabolisme tubuh juga perlu diamati secara lebih mendetail agar nantinya terapi ini memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat.

Penelitian ini telah membuktikan potensi meloxicam sebagai anti-kanker kandung kemih. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan serta dititikberatkan pada penentuan dosis minimal yang memberikan efikasi anti-kanker yang optimal.

Penulis: Lukman Hakim

Informasi lengkap tulisan ini dapat diakses pada laman berikut ini:

https://juri.urologi.or.id/juri/article/view/538

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).