Dua Bulan WFH, Pakar Psikologi UNAIR : Setiap Orang Harus Mau Berubah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Dr. Hamidah, M.Si., Psikolog dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. (Dok. Pribadi)

UNAIR NEWS – Work from home (WFH) telah dilaksanakan salama kurang lebih dua bulan oleh Universitas Airlangga (UNAIR) dan juga masyarakat. Berbagai pengalaman dan tantangan menjalankan WFH dirasakan oleh berbagai pihak.

Berbeda dengan mahasiswa yang tantangan terbesarnya adalah mendapatkan tugas yang begitu banyak di waktu yang hampir bersamaan, beberapa dosen juga memiliki tantangan mereka sendiri sebagaimana pengalaman yang dialami oleh Dr. Hamidah, M.Si., Psikolog.

Tidak Menyerah pada Keunggulan Teknologi

Menurut Hamidah, WFH bukanlah hal yang biasa, butuh perjuangan dan penyesuaian untuk menjalankan proses bekerja dari rumah terutama dalam menggunakan teknologi informasi. Tuntutan untuk terampil menggunakan teknologi informasi membuat Hamidah belajar mengenali fitur-fitur baru, mengenali jenis-jenis link, dan berbagai hal lain yang terkait dengan teknologi informasi untuk melaksanakan dan menyelesaikan tugas.

Di samping tantangan tersebut, Hamidah bersyukur karena WFH memberikan kesempatan padanya untuk belajar seperti anak muda. Karena walau awalnya terasa berat, ribet, memakan waktu, dan mempengaruhi kesehatan mata dan fisik, namun menurutnya lama-lama rutinitas tersebut cukup menyenangkan.

“Dalam proses WFH ini ya harus meregulasi berbagai dimensi diri. Termasuk kesabaran dan emosi,” ucapnya.

Hal yang paling penting dalam menghadapi tantangan untuk belajar teknologi tersebut adalah menyiapkan mental dan kemauan, tidak menyerah pada keunggulan teknologi, serta harus belajar agar pekerjaan tidak banyak terhambat.

Perubahan Revolusioner Bagi Semua Orang

Masa pandemi dan tuntutan untuk WFH kembali mengingatkan Hamidah bahwa pada manusia memang harus berubah, apapun alasannya. Situasi pandemi yang membuat semua pihak harus mematuhi SOP secara sungguh sungguh, memaksa semua orang untuk berubah secara revolusioner, cepat, rapih, dan terstruktur.

Beberapa perubahan tersebut adalah perubahan pikiran yang awalnya konvensional menjadi inovatif karena tuntutan keadaan; dari divergen menjadi konvergen; dari pengusaha besar berubah menjadi mulai mengembangkan usaha mikro; dari hal yang tidak pernah diperhitungkan menjadi peluang bisnis yang besar. Semua dituntut untuk berubah dan berubah.

“Hidup harus terus bergerak dan bergerak untuk menghidupi banyak pihak,” lanjutnya.

Masing-masing individu dapat mengambil hikmah dari pengalaman mereka. Bagi Hamidah, pelajaran berharga yang dapat diambil dari kondisi saat ini adalah belajar, berkembang, dan bahagia dengan perlahan.

Perasaan hakiki yang dirasakannya oleh adanya WFH ini adalah santai. Meskipun aktivitas pekerjaan penuh, namun tidak tertekan oleh lingkungan sosial yang memberikan pengaruh buruk (toxic), baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Teknologi informasi berjalan sesuai dengan kehendak pemakainya. Sehingga, WFH memberikan otoritas penuh pada masing-masing individu untuk memilih menggunakan teknologi tersebut untuk apa. Namun, yang jelas, semua pilihan memiliki konsekuensinya.

“Mari kita pikirkan dan siapkan kebutuhan kita masing-masing. Minta tolong profesional jika dirasa perlu pertolongan, dan jangan lupa untuk menjaga kesehatan mental, fisik, dan berbahagia,” pungkasnya. (*)

Penulis : Galuh Mega Kurnia

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).