Hambatan Persalinan ke Pelayanan Kesehatan di Wilayah Pedesaan Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi persalinan. (Sumber: Tirto.ID)

Sampai dengan saat ini angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi. Meski telah mengalami penurunan, tetapi masih cenderung lebih tinggi apabila kita bandingkan dengan negara sekawasan di Asia Tenggara. Pada tahun 2015 AKI di Indonesia sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup, sementara pada tahun yang sama di Malaysia sebesar 24 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam sebesar 69 per 100.000 kelahiran hidup, Phillipine sebesar 221 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand sebesar 25 per 100.000 kelahiran hidup, dan Cambodia sebesar 170 per 100.000 kelahiran hidup. Kondisi ini membuat pemerintah mendorong agar setiap persalinan agar dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini ditujukan untuk mengurangi faktor risiko akibat proses persalinan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan. Pemerintah, dalam hal ini kementerian kesehatan, perlu mendapatkan informasi tentang alasan terjadinya ketimpangan dalam akses kesehatan. Pemerintah perlu tahu hambatan apa saja yang membuat perempuan Indonesia enggan melahirkan ke fasilitas kesehatan. Informasi ini sangat krusial apabila memang benar pemerintah serius untuk melakukan akselerasi penurunan angka kematian ibu di Indonesia. Berdasar alasan ini maka tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisis barrier pemanfaatan healthcare for delivery di rural Indonesia.

Data bersumber dari Survei Data Demografi Indonesia (SDKI) 2017. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah wanita berusia 15-49 tahun yang telah melahirkan dalam 5 tahun terakhir di pedesaan Indonesia. Ukuran sampel SDKI 2017 yang digunakan dalam analisis ini adalah 9.046 wanita.

Hasil penelitian menemukan bahwa wanita dengan pendidikan tinggi memiliki kemungkinan 2,288 kali lebih besar untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk melahirkan dibandingkan dengan wanita tanpa pendidikan. Wanita multipara 1,582 kali lebih mungkin menggunakan fasilitas kesehatan untuk melahirkan dibandingkan grande multipara wanita. Wanita terkaya 4,732 kali lebih mungkin menggunakan fasilitas kesehatan untuk melahirkan daripada wanita termiskin.

Wanita yang dilindungi oleh asuransi kesehatan memiliki kemungkinan pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk melahirkan 1,363 kali lebih banyak daripada wanita yang tidak memiliki asuransi. Wanita yang tahu tanda-tanda bahaya kehamilan 1,497 kali lebih mungkin menggunakan fasilitas kesehatan untuk melahirkan daripada wanita yang tidak tahu. Wanita yang melakukan perawatan antenatal ≥4 kali memiliki kemungkinan penggunaan fasilitas kesehatan untuk melahirkan 1,976 kali lebih banyak daripada wanita yang melakukan perawatan antenatal <4 kali.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada enam faktor yang menjadi barrier pemanfaatan healthcare facilities for delivery di wilayah pedesaan Indonesia. Keenam faktor tersebut adalah pendidikan rendah, paritas tinggi, kemiskinan, tidak memiliki asuransi kesehatan, tidak know the danger signs of pregnancy, dan antenatal care < 4 kali. Informasi ini penting bagi kementerian kesehatan untuk melakukan intervensi yang terfokus pada sasaran berdasarkan informasi tersebut. (*)

Penulis: Ratna Dwi Wulandari

Artikel lengkap dapat ditemukan pada tautan berikut:

https://link.springer.com/article/10.1007/s10389-020-01274-3

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).