Pola Hubungan Aktor dengan Alam Berbasis “Tri Ning Nusa” di Wilayah Bedugul Bali Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Wisata Bedugul, Bali. (Sumber: Pesona Travel)

Indonesia adalah surga bagi dunia internasional dan secara alami terletak di tengah garis khatulistiwa telah menyebarkan pesona menawan, sehingga menarik wisatawan untuk mengunjunginya. Pulau Bali yang biasa disebut “Pulau Dewata” adalah salah satu entitas tersendiri yang menjadi alasan utama wisatawan asing untuk mengunjungi Indonesia. Bali menjadi salah satu kota tujuan wisata di dunia. Salah satunya adalah Kawasan Wisata Bedugul.

Keberhasilan pengelolaan kawasan tidak terlepas dari pola hubungan antara pemangku kepentingan pariwisata dan alam berbasis danau. Studi ini berfokus pada identifikasi pemangku kepentingan pariwisata dan pelaku pariwisata di Danau Buyan, Tamblingan dan Beratan di Kaldera Bedugul. Ketiganya membentuk pola hubungan yang biasa disebut Tri Ning Danu.

Jumlah wisatawan asing ke Bali pada tahun 2018 cukup banyak, yaitu terdapat 6.127.437 wisatawan asing. China berada di peringkat teratas dengan total 1.380.687 wisatawan, Australia menempati peringkat kedua dengan 1.185.557 pengunjung, India adalah yang ketiga diikuti oleh Inggris, Jepang, Amerika Serikat, Prancis, Malaysia, Jerman, dan Korea Selatan.

Pada tahun 2019, Bali masih menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang dikunjungi oleh banyak wisatawan asing, tercatat hanya selama Januari hingga Juli 2019 ada 3.462.683 pengunjung dari luar negeri. Mereka sebagian besar dari Australia 20,40%, Cina 18,53%, India 4,92%, Inggris 4,72%, dan Prancis 4,44%, Amerika Serikat 4,35%, Korea Selatan 3,85%, Jepang 3,39%, Jerman 3,31%, Selandia Baru 3,02% dan sisanya dikombinasikan dengan sejumlah negara lain 29,08%.

Tingginya jumlah kehadiran wisatawan asing di Bali adalah angin segar bagi pemerintah Indonesia, karena telah merencanakan kunjungan 20 juta wisatawan asing pada tahun 2019. Selama ini, pariwisata di Bali sangat bergantung pada keindahan sektor pantai dan keunikan warisan budaya. Namun di belakang keduanya ada potensi wisata yang sangat menjanjikan dalam bentuk pariwisata yang mengandalkan danau. Kajian ini bertujuan untuk menemukan profil dalam bentuk pola hubungan antara pemangku kepentingan pariwisata dan alam berbasis danau di Kawasan Wisata Bedugul.

Ruang lingkup penelitian ini terkait dengan: identifikasi pemangku kepentingan pariwisata; pola hubungan antara aktor dan ketiga danau (Tri Ning Danu) di Kaldera Bedugul bernama Danau Buyan, Tamblingan dan Beratan); dan implikasi yang muncul dari pola hubungan ini. Penelitian dapat menjadi dasar dalam merumuskan isu-isu dasar yang dapat menjadi model dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan berdasarkan sumber daya danau yang menyatukan aspirasi kepentingan, baik aktor dan alam.

Di Bali ada beberapa danau, baik buatan maupun alami. Secara umum, ada empat danau alami di Bali yang terkenal oleh masyarakat dunia, yaitu Danau Batur, Danau Beratan, Danau Buyan dan Danau Tamblingan. Namun, dari tiga nama terakhir ada keunikan, karena terletak di wilayah yang sama, yaitu Daerah Kaldera Bedugul. Menurut cerita lokal, Bedugul adalah ulu atau kepala orang Bali. Ini muncul dari anggapan bahwa Bedugul adalah mata air murni.

Pura Ulun Danu, yang terletak di Danau Beratan, adalah penanda budaya yang menegaskan interpretasi sakralitas di Bedugul sebagai area sakral. Penetapan Bedugul sebagai kawasan wisata, berdampak pada semakin banyaknya interpretasi terhadap ketiga danau, sebagai lanskap tempat aktivitas pariwisata cenderung sekuler.

Secara teoritis, danau dapat diartikan sebagai ekosistem akuatik alami yang biasanya terletak di daerah pegunungan yang berfungsi sebagai penyangga untuk menempatkan air di bagian bawah. Dapat dikatakan bahwa beberapa mata air yang muncul di lereng gunung, mungkin berasal dari danau, sehingga menjaga ekosistem air danau dan lingkungan sekitarnya sangat dianjurkan. Penggunaan air danau secara intensif juga perlu diantisipasi dari dampak yang ditimbulkan, karena danau tersebut adalah ekosistem alami keseimbangan, yang telah seimbang selama ribuan tahun.

Studi ini menyimpulkan bahwa: Pemangku kepentingan pariwisata Bedugul terdiri dari masyarakat lokal, Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng dan Tabanan, dan Pusat Konservasi Sumber Daya Alam Bali) dan pengusaha pariwisata; masing-masing aktor memiliki interpretasi unik yang menentukan pola hubungan mereka dengan danau, yaitu: teologis, ekologis, dan pariwisata; komunitas lokal menghasilkan interpretasi teologis, yaitu hubungan dengan danau dalam bingkai spiritual dengan melakukan praktik dalam bentuk upacara ritual dan pekerjaan produktif di bidang perikanan dan pariwisata; pejabat pemerintah dan elemen birokrasi tertentu memiliki interpretasi ekologis yang memandang alam sebagai aset dengan kewajiban etis untuk melestarikannya dengan praktik administratif, ilmiah, dan pariwisata; pengusaha pariwisata menghasilkan interpretasi wisata, mendekati alam secara pragmatis yang menghasilkan praktik pariwisata yang ekonomis; dan implikasi dari berbagai interpretasi ini melahirkan kontestasi antara aktor dalam penggunaan Tri Ning Danu, dalam bentuk konflik laten. (*)

Penulis: Nuruddin

Informasi detail dapat dilihat di:

https://www.ijicc.net/images/vol8iss9/8904_Sunarta_2019_E_R.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).