Bahaya Detergen Terhadap Populasi Plankton

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh spiritnews

Pada perairan air tawar sering dijumpai sejenis zooplankton bernama Daphnia sp. atau sering juga disebut sebagai kutu air. Spesies plankton tersebut biasanya mudah ditemukan di berbagai jenis ekosistem air tawar kecuali di habitat ekstrim, misalnya sumber air panas. Daphnia sp. mengkonsumsi partikel kecil yang tersuspensi dalam air untuk hidupnya. Pada lingkungan alami, Daphnia sp. merupakan makanan utama bagi ikan pemakan plankton. Daphnia sp. juga mampu hidup baik pada kisaran pH 6,5 – 9,5, dan salinitas dibawah 5 ppt. Selain hidup di lingkungan alami, Daphnia sp. juga cukup mudah untuk dikultur dalam skala laboratorium. Namun, plankton jenis ini disebut sebagai plankton yang rentan terhadap perubahan lingkangan. Sehingga keberadaan Daphnia sp. sering digunakan sebagai bioindikator suatu perairan.

Salah satu hal yang mampu mempengaruhi kelangsungan hidup Daphnia sp. di lingkungan alami yaitu keberadaan detergen di perairan. Detergen merupakan produk kimia yang umumnya digunakan dalam aplikasi pembersih skala industri dan rumah tangga. Karena konsumsinya yang cukup besar dalam aktivitas manusia, detergen menjadi permasalahan baru pada lingkungan perairan. Sebab sejumlah besar detergen dibuang begitu saja ke perairan, sehingga menjadi masalah pencemaran serius karena sulit untuk didegradasi bahkan setelah limbahnya diolah terlebih dahulu. Salah satu komponen berbahaya yang terkandung pada detergen adalah surfaktan. Komponen tersebut memiliki efek toksik terhadap biota yang hidup di perairan, tak terkecuali juga berdampak pada kelangsungan hidup Daphnia sp.

Sehingga pada penelitian ini, bertujuan untuk menganalisis efek toksik dari paparan deterjen rumah tangga terhadap Daphnia sp. yang merupakan salah satu organisme tingkat trofik rantai makanan di lingkungan perairan.

Menggunakan Daphnia sp. hasil kultur skala laboratorium dan detergen komersil yang sering digunakan pada rumah tangga, penelitian ini menerapkan 5 perlakuan yang berbeda. Perbedaan perlakuan terletak pada konsentrasu pemberian detergen yang berbeda pada media hidup Daphnia sp.. Mulai dari konsentrasi 25, 50, 75, dan 100 mg.L-1, serta perlakuan kontrol tanpa menambahkan detergen pada Daphnia sp.. Media yang digunakan menggunakan tabung reaksi, dimana setiap tabungnya berisi 10 ekor Daphnia sp. dan selama perlakuan diamati tingkat kematian atau mortalitasnya hingga 24 jam

Berhadasarkan hasil yang didapat, mortalitas Daphnia sp. semakin meningkat seiring besar konsentrasi detergen yang diberikan. Jika dirinci; mortalitas 0% untuk konsentrasi 0%, mortalitas 40% untuk konsentrasi 25%, mortalitas 80% untuk konsentrasi 50%, mortalitas 100% untuk konsentrasi 75 dan 100%. Sehingga tingkat toksisitas detergen dapat dikategorikan berbahaya bagi organisme akuatik, utamanya Daphnia sp.

Penjelasannya, deterjen adalah kombinasi kompleks dari berbagai senyawa sintetis di mana zat aktifnya adalah surfaktan. Ada tiga jenis surfaktan yang tersedia secara komersial, yaitu surfaktan anionik, amfoter, dan non-ion. Pavlić et al., (2005) menjelaskan, bahwa semua jenis surfaktan memiliki efek toksik pada green alga air tawar dan sangat toksik pada diatom air laut. Beberapa penelitian sebelumnya juga pernah menyelidiki efek paparan surfaktan ke berbagai organisme, seperti mikroba, Daphnia magna, dan ikan. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa tingkat paparan surfaktan yang lebih tinggi dan periode kontaminasi yang lebih lama di ekosistem air dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem karena efek toksiknya terhadap organisme. Selain itu, kontaminasi surfaktan pada badan air juga menyebabkan penurunan kualitas air. Serta, air limbah yang mengandung deterjen juga menunjukkan tingkat pH, total padatan terlarut, klorida, sulfat, karbonat dan kandungan bikarbonat lebih tinggi daripada air keran.

Hasil pada penelitian kali ini membuktikan, bahwa terdapat efek berbahaya dari paparan deterjen pada Daphnia sp. yang menyebabkan kematian selama 24 jam setelah paparan. Hal tersebut disebabkan oleh interaksi non-spesifik antara surfaktan dengan membran sel Daphnia sp.. Interaksi tersebut mengarah pada perubahan permeabilitas membran sel, sehingga akan mengganggu fungsi organ pernapasan pada Daphnia. Selain itu, surfaktan juga menyebabkan kerusakan organ vital yang serius, hematologi, hormonal, dan gangguan enzim. 

Penelitian ini merupakan tes sederhana untuk mengetahui hasil paparan deterjen ke lingkungan alami, di mana penggunaan deterjen dan pembuangan deterjen ke lingkungan perairan harus menjadi perhatian khusus dalam menjaga keberlanjutan ekosistem. Oleh karena itu, tidak hanya penting dalam memilih produk deterjen yang lebih biodegradable dan tidak beracun, tetapi mengolah air limbah deterjen sebelum dibuang ke lingkungan seharusnya sudah harus diterapkan juga.

Sehimgga dapat disimpulkan, bahwa paparan deterjen dapat menyebabkan kematian pada Daphnia sp., yang merupakan makanan utama untuk ikan pemakan plankton. Serta, efek berbahaya tersebut dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Sehingga disarankan, ada penelitian lebih lanjut tentang penemuan produk deterjen yang lebih ramah lingkungan dan tidak beracun, demi menjaga keseimbangan ekosistem perairan.

Penulis : Hapsari Kenconojati

Referensi : Kenconojati H, Suciyono, Azhar M.H. 2020. The harmful effect of commercial powder detergent on water flea (Daphnia sp.). IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 441 (2020) 012081. doi:10.1088/1755-1315/441/1/012081.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).