Persepsi Masyarakat Terhadap Identitas R.A Kartini dalam Proses Monumentasi Museum

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh tribunnews

Identitas sebuah tempat telah menjadi penelitian tematik bagi peneliti pariwisata. Identitas sebuah tempat menjadi sangat penting bagi originalitas suatu objek wisata yang menjadikannnya berbeda dengan tempat lainnya. Termasuk dalam hal ini adalah museum yang dianggap sebagai objek wisata. Ketika museum dianggap sebagai produk, perhatian harus diberikan pada produk inti dan produk tambahan. Bisa dipahami bahwa produk inti dari sebuah museum adalah koleksi benda-benda bersejarah dengan tema-tema tertentu. Tujuan utama dari sebagian besar museum adalah untuk menghubungkan narasi-narasi sejarah yang bernilai dengan menunjukkan urutan peristiwa dalam urutan yang koheren dan bisa dikonsumsi dengan mudah oleh publik.

Sayangnya muncul masalah dalam pengelolaan museum yang memiliki kesamaan identitas namun otoritas yang berbeda dalam sebuah proses monumentasi. Kesamaan identitas yang mencolok adalah penamaan museum sebagai sebuah brand identity, dengan nama Museum R.A Kartini. Museum R.A Kartini berada di dua wilayah berbeda, satu di Kota Rembang yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Rembang dan yang satunya berada di Kota Jepara yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Jepara. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat hasil proses monumentasi dari Museum R.A Kartini  mempengaruhi persepsi dan interpretasi masyarakat luar Rembang dan Jepara  terhadap identitas suatu tempat (place identity).

Hasil kuesioner menunjukkan bahwa Kota Jepara dianggap oleh mayoritas responden lebih identik sebagai “Kota Kartini” jika dibandingkan dengan Kota Rembang Sebanyak 45 responden yang berasal dari luar Jepara dan Rembang menganggap bahwa Museum R.A Kartini hanya ada di Kabupaten Jepara dan sebanyak 28 responden menganggap bahwa Museum R.A Kartini hanya ada di Kabupaten Rembang. Dalam kerangka pernyataan ini bisa diperhatikan bahwa Jepara dianggap sebagai lambang dari kekuatan dan memori tentang R.A Kartini. Dwyer dan Alderman menyampaikan bahwa tempat-tempat memori kolektif seperti museum mengandung narasi yang lebih dalam tentang bagaimana memori kolektif itu diciptakan, oleh siapa, dan untuk tujuan ideologis apa. Berdasarkan pernyataan ini bisa dilihat Jepara lebih berhasil dibandingkan dengan Rembang dalam menciptakan place identity.

Identitas suatu tempat membutuhkan waktu yang lama untuk membentuknya karena berkaitan dengan proses sejarah yang telah melalui proses panjang sehingga jati diri suatu kota tidak dapat diciptakan begitu saja. Jepara memiliki identitas sebagai Kota Kartini lebih kuat menurut responden karena sejarah panjang R.A Kartini lebih banyak dihabiskan di kota tersebut. Saat disampaikan pertanyaan apakah anda pernah membaca dan mendengar kisah R.A Kartini?, Seluruh responden menyampaikan bahwa mereka pernah membaca dan mendengar kisah tentang R.A Kartini. Sumber referensi mereka tentang kisah R.A Kartini berasal dari buku, film, dan membaca di internet. Sumber referensi itu memberikan informasi kepada responden tentang narasi historis R.A Kartini yang ternyata lebih banyak mengambil setting di Jepara.

Sayangnya, tidak semua responden tahu secara tepat dimana letak Museum R.A Kartini meskipun seluruh responden mengetahui bahwa setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Kartini’s Day dan pernah terlibat dalam rangkaian perayaan tersebut. Saat disampaikan pertanyaan dimana letak Museum tentang R.A Kartini?, responden menjawab bahwa lokasi Museum R.A Kartini terletak di Jakarta (2%), Yogyakarta (4%), Semarang (3%), Surabaya (3%) dan sebanyak 10% responden tidak tahu dimana letak Museum R.A Kartini. Artinya, total sebanyak 22% responden tidak tahun dengan tepat dimana letak Museum R.A. Kartini. Sedangkan yang menjawab dengan tepat bahwa Museum R.A Kartini berada di Kabupaten Rembang dan Kabupaten Jepara hanya lima responden. Dari lima responden ini, hanya tiga responden yang pernah mengunjungi kedua museum tersebut.

Khusus tiga responden ini, peneliti melakukan wawancara secara terbuka melalui telepon.  Seluruh responden menyampaikan bahwa jika di Museum R.A Kartini Jepara lebih banyak menampilkan koleksi R.A Kartini, sedangkan di Museum R.A Kartini lebih sedikit karena hanya menampilkan koleksi R.A Kartini setelah menikah. Tetapi, Museum R.A Kartini di Rembang lebih dianggap memiliki nilai historis karena menempati bangunan bekas pendopo Kabupaten Rembang dan Rembang dianggap lebih memiliki identitas sebagai ‘Kota Kartini” karena bukti makamnya berada di Rembang.

Penelitian ini telah menarik kesimpulan krtitis bahwa terjadi perebutan identitas R.A Kartini sebagai implikasi dari proses monumentasi. Peneliti yang melihat bahwa Museum R.A Kartini mengalami proses monumentasi tidak hanya secara lokasi dan bangunan arsitektural, namun juga narasi cerita yang dibangun untuk menguatkan posisi place identity. Akibatnya identititas “Kota Kartini” menjadi bias karena masyarakat justru tidak tahu secara pasti dimana letak Museum R.A Kartini sebagai sebuah objek wisata. Tampaknya perlu ada integrasi pameran yang mampu menghadirkan peninggalan seputar R.A Kartini secara utuh. Integrasi ini bisa diinisiasi oleh stakeholder dari Rembang dan juga Jepara untuk menciptakan identitas budaya bahwa R.A Kartini adalah milik Indonesia.

PENULIS: Dr. Rahmat Yuliawan, SE., M.M dan M. Nilzam Aly, S.Hum., M.Si

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

Yuliawan, R., Bottom of Form

Aly, M.N., Kristanto,D., Hamid, N.: Museum Monumentation: a Fight for R.A Kartini Identity as a Tourist  Attraction.

International Journal of Psychosocial Rehabilitation; Vol. 24, Issue 09, 2020, pages 326-334

ISSN: 1475-7192 Top of FormBottom of Form

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).