Tes Cepat Molekuler Xpert MTB/RIF untuk Penegakan Diagnosis TBC : Antara Canggih dan Kendala Pelaksanaan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi TBC. (Sumber: alodokter)

Tuberkulosis (TBC) merupakan suatu penyakit kronik yang terjadi akibat proses mekanisme tubuh terhadap penyakit infeksi oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTBC), patogenesis ini unik didasari suatu proses interaksi multifaktor pada tubuh inang (hospes), virulensi species atau strain, dan berbagai faktor lingkungan.

Saat ini, hampir semua negara di dunia dilaporkan masalah TBC, termasuk angka sakit (morbiditas), cacat sisa akibat kelainan fungsi paru-paru, dan kematian (mortalitas). TBC kebanyakan berupa TBC paru-paru atau Pulmonary Tuberculosis (PTB), ada TBC di luar organ paru-paru atau extra pulmonary tuberculosis (EPTB).

TBC kebanyakan diderita oleh populasi orang dewasa, namun terjadi peningkatan kejadian pada anak-anak. Penyakit kronik ini, terutama terjadi mulai penularan melalui udara (airborne) dan berdampak pada jaringan paru-paru (PTB), dapat menyebar ke jaringan organ lainnya dalam tubuh yang dinyatakan sebagai EPTB, dengan suatu spektrum beratnya penyakit. Penyakit EPTB yang berat antara lain TBC selaput otak (TB meningitis) dan TBC tulang belakang (spinal TB). TBC dapat terjadi kekambuhan berulang, seperti TBC paru-paru dan TBC kelenjar.

Masalah krusial yang sangat penting diperhatikan pada TBC paru-paru adalah dapat menyebar melalui udara ke komunitas atau masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Tantangan mendesak dari TBC paru-paru, berbagai strategi harus segera dan intensif dilaksanakan untuk penurunan dan eradikasi TBC. Strategi aktivitas ke era selanjutnya, promosi, aksi prevensi atau pencegahan, deteksi dini TBC, penegakan diagnosis yang tepat akurat, pengobatan segera dan tepat, dan rehabilitasi.

Penanganan pasien PTB dan EPTB yang tepat dan deteksi bakteri MTBC dan identifikasi atau penentuan kepekaan terhadap obat anti-TBC menggunakan metode akurat atau tepat dan cepat, terlaksana penanganan TBC benar dan menghasilkan kesembuhan maksimal.

Tantangan masalah TBC, bermunculan (emerging) kasus kebal obat anti-TB, multi-resisten obat anti-TB (MDR-TB, multi drug resistance), terutama terjadi pada populasi orang dewasa, namun juga peningkatan masalah terjadi pada anak-anak. Xpert-MTB/RIF (Cepheid, Sunnyvale, CA), suatu metode uji laboratorium, temuan baru, metode otomatik, suatu bentuk cartridge atau paket dengan  reagensia untuk reaksi amplifikasi asam nukleat DNA mendeteksi bakteri MTBC dan kepekaan terhadap obat anti-TB dalam waktu 2 jam.

Tes Cepat Molekuler Xpert MTB/RIF menggunakan prinsip reaksi hemi-nested real-time PCR untuk deteksi bakteri MTBC dan kebal obat rifampicin (Resistant Rifampicin = RR), menggunakan tiga primer spesifik untuk amplifikasi urutan DNA spesifik pada gen rpoB, disertai lima pelacak DNA untuk deteksi mutasi. Uji ini dapat digunakan pemeriksaan dahak langsung atau hasil sedimentasi dahak konsentrat.

Bahan pemeriksaan sampel dilakukan proses pengenceran dan memastikan sel-sel bakteri dalam suatu reagensia, kemudian setelah proses sampel ini dimasukkan dalam cartridge dan dimasukkan dalam mesin yang bekerja otomatis dan aman. Tujuan penelitian ini untuk evaluasi performa Xpert MTB/RIF system untuk penegakan diagnosis PTB dan EPTB pada pasien dewasa dan anak-anak.

Suatu studi deskriptif menggunakan data e-TB Manager dari klinik MDR-TB di RSUD Dr. Soetomo sebagai RS referal tersier di Indonesia, Kasus TB suspected dari daerah Jawa Timur pada bulan Januari 2016 sampai dengan Desember 2018. Berdasar kriteria standar, pasien dengan TB suspected dilakukan uji laboratorium menggunakan metode Xpert MTB/Rif, kemudian sampel bahan pemeriksaan yang positif MTBC dan positif RR atau SR (sensitif obat rifampicin) diuji lanjut menggunakan metode kultur BACTEC MGIT 960 system (BD Diagnostic, USA) untuk konfirmasi MTBC dan identifikasi kepekaan obat anti TB lini pertama Rifampicin, Streptomycin, Ethambutol, juga terhadap obat anti-TB lini kedua Amikacin, Kanamycin, Ofloxacin. Studi ini sudah diuji oleh komite etik RSUD Dr. Soetomo, Indonesia.

Total sampel sputum  3009 dari kasus baru dengan MDR-PTB suspected dinyatakan Xpert MTB/Rif positif MTBC 1181 (39,25%) dengan 3,02% RR. Diantar 3893 sampel sputum dari kasus pengobatan ulangan MDR-PTB suspected 1936 (49,73%) positif MTBC dengan 13,20% RR. Komparasi dengan gold standard uji MGIT 960 system, akurasi positivity detection rate Xpert MTB/Rif 51/59 (86,44%) pada kasus baru suspected, dan 322/402 (80,09%) pada kasus pasien pengobatan ulangan MDR-PTB suspected.

Diantara 59 pasien kasus baru MDR-PTB dengan hasil uji MGIT 960 system, 55 positif MTBC dengan 42 (76,36%) RR dan semua RR strain 100% sensitif terhadap Amikacin, 95% sensitif Kanamicin, dan 89% sensitif Ofloxacin. Pada 384 kasus pengobatan ulangan pasien MDR-PTB yang positif MTBC oleh Xpert MTB/RIF ternyata 336 positif MTBC oleh MGIT 960 dengan 88% RR, dan semua strain 100% sensitif Amikacin, 97% sensitif Kanamycin, dan 90% sensitif Ofloxacin. Pada pasien anak-anak dengan PTB suspected, 12% dari 49 tes positif MTBC, dan semua strain sensitif Rifampicin.

Xpert MTB/RIF sudah teruji sebagai metode cepat dan akurat untuk pemeriksaan sputum pada penegakan adanya MTBC dalam sputum, rendahnya sensitivitas pada penelitian ini dapat dikaitkan dengan rendahnya kadar bakteria dalam sampel sputum yang dapat terjadi kadar sel bakteria dibawah ambang batas deteksi oleh Xpert MTB/Rif. Kadar sel bakteri yang rendah dalam sputum sampel dapat terjadi karena bahan-bahan inhibitor dalam sputum, atau karena sudah minum antibiotik yang umumnya sulit memperoleh data akurat untuk historis minum obat antibiotika. Hal ini dapat diatasi dengan intensif proses sputum dan konsentrasi sentrifugasi sebelum tes Xpert MTB/Rif.

Simpulan Penelitian ekstensif dan meta-analisis Xpert MTB/RIF, akurasi sangat tinggi pada pemeriksaan sputum pasien dewasa dengan PTB, lebih dari 95% detection rate dan penentuan kepekaan RIF. Xpert MTB/Rif lebih baik dari pada detection rate dengan pemeriksaan mikroskopis BTA dan Xpert dapat membedakan spesies MTBC dengan NTM.

Diperlukan studi lanjut, suatu metode observasional prospektif, semua variabel dan semua faktor klinis yang mempengaruhi faktor penegakan diagnosis laboratorium TBC, yang baik agar penanganan TBC tepat dengan luaran hasil pengobatan yang baik atau kesembuhan. (*)

Penulis: Ni Made Mertaniasih

Informasi detail riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2405579420300188?via%3Dihub

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).