Bahaya Asap Nikotin Terhadap Fertilitas Tikus Jantan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh titiknol
Ilustrasi oleh titiknol

Merokok adalah kontributor utama penyakit dan kematian di antara populasi dunia saat ini. Meskipun merokok terbukti banyak menimbulkan efek negatif, orang tetap mengkonsumsi rokok secara teratur. Sekitar sepertiga dari populasi dunia yang berusia 15 tahun atau lebih merokok setiap hari. Situasi semakin diperburuk pada awal 2011 munculnya rokok elektronik (e-rokok) dan produk vaping elektronik lainnya digunakan di kalangan remaja. E-rokok bekerja dengan memanaskan cairan untuk menghasilkan aerosol, biasa disebut dengan uap yang dihirup pengguna.

Penggunaan e-rokok dapat merusak remaja karena memaparkan mereka pada konstituen berbahaya dalam aerosol seperti nikotin murni, bahan kimia yang berkontribusi terhadap kecanduan dan membahayakan perkembangan otak remaja. Sebuah studi menemukan bahwa, di antara remaja yang menggunakan e-rokok, 29% biasanya menggunakan e-liquid tanpa nikotin, 37% menggunakan e-liquid dengan nikotin, dan 34% tidak tahu apakah e-liquid yang mereka gunakan mengandung nikotin. 

Nikotin, salah satu penyalahgunaan komponen yang paling umum melalui rokok dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Nikotin sangat beracun dan diserap dengan cepat melalui saluran mukosa pernapasan, mulut dan kulit selama merokok. Sejumlah perokok pasif juga terkena dampak negatif ketika mereka menghirup asap samping dari pembakaran rokok (perokok pasif). Rokok merokok telah berhubungan kuat dengan penyakit berikut seperti penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyakit pernapasan, infertilitas dan bahkan kanker.

Telah terbukti bahwa perokok yang terus-menerus merokok selama bertahun-tahun akan mengandung kadar nikotin yang tinggi dalam darah. Nikotin pada akhirnya akan menyebar ke seluruh tubuh termasuk sistem reproduksi. Lebih jauh, fakta bahwa asap rokok dikenal sebagai mutagen dan karsinogen sel somatik, serta ada kekhawatiran utama bahwa merokok dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi pria.

Nikotin banyak dikonsumsi sebagai perokok dan telah menunjukkan berbagai efek pada infertilitas dalam banyak penelitian. Banyak penelitian menunjukkan bahwa 60-65% pria mengalami penurunan kualitas sperma yang disebabkan oleh kebiasaan merokok. Sebagai contoh, spermatozoa dari perokok terbukti telah mengurangi kemampuan membuahi sel telur, dan menghasilkan tingkat implantasi yang lebih rendah. Pengaruh asap rokok dapat menurunkan kualitas (kuantitas, motilitas dan morfologi) sperma dan menyebabkan kerusakan pada sel-sel testis.

Paparan asap rokok dapat menghambat spermatogenesis yang ditandai dengan penurunan jumlah sel spermatogonium, spermatosit primer, sel spermatid dan lapisan spermatogenik serta penurunan kualitas spermatozoa dengan penurunan persentase normal, kecepatan gerak motilitas dan viabilitas spermatozoa. 

Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat kerusakan testis dengan mengamati perubahan diameter dan ketebalan epitel tubulus seminiferus pada tikus yang diberikan pemberian nikotin per inhalasi dengan dosis nikotin 0,5 mg/kg, 1,0 mg/kg, 2,0 mg/kg dan 4,0 mg/kg. Semua kelompok diberi perlakuan nikotin per inhalasi menggunakan nebulizer (Omron Nebulizer NE C28) selama dua puluh hari. Tikus dikorbankan dan diambil testis untuk dibuat sediaan histopatologi. Testis diproses menggunakan parafin blok dan diwarnai menggunakan pewarnaan HE serta diperiksa  perubahan histopatologis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian nikotin memiliki efek pada berbagai tingkat kerusakan struktural pada tubulus seminiferus, dengan rata-rata penurunan diameter dan ketebalan epitel tubulus seminiferus. Diameter dan ketebalan epitel tubulus seminiferus dalam empat kelompok eksperimen berkurang dibandingkan dengan kelompok Kontrol. Studi ini membuktikan bahwa pemberian nikotin mengurangi spermatogenesis sistem reproduksi jantan dengan mengurangi diameter dan ketebalan epitel tubulus seminiferus dalam testis. Ini juga membuktikan bahwa tingkat kerusakan testis berbanding lurus dengan dosis nikotin yang diberikan pada tikus jantan.

Penulis : Epy Muhammad Luqman

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan di

https://vetmedmosul.com/pdf_164358_00fb4a403a2cc95b2e06fca2891348c5.html

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).