Estimasi Usia Biologis Melalui Gigi Menggunakan Metode Willems pada Anak Surabaya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi gigi anak. (Sumber: Intisari)

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang berada di wilayah ring of fire, yaitu daerah di sekitar samudra Pasifik yang rentan mengalami bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi, banjir, dan tsunami. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengumumkan sebanyak 179 bencana telah terjadi dalam kurun waktu 1-16 Januari 2020 dan terdapat lebih dari 1 juta orang pengungsi dan 71 korban meninggal.

Metode identifikasi yang cepat dan efisien mutlak diperlukan pada sebuah kejadian bencana massal. “Ada banyak sekali parameter yang bisa kita amati dalam bidang identifikasi forensik. Bisa dari jenis kelamin, usia, kondisi gigi, tes DNA, dan pastinya masih banyak lagi parameter lainnya,” jelas Arofi Kurniawan, drg., Ph,D., dosen Departemen Odontologi Forensik FKG UNAIR.

Salah satu yang akan kita bahas di sini adalah metode estimasi usia melalui gigi manusia. Metode ini penting diketahui oleh dokter dan dokter gigi yang berkecimpung dalam dunia forensik karena merupakan salah satu cara untuk mempermudah proses identifikasi dengan cara mengklasifikasikan seseorang menurut perkiraan usianya. Selain itu, estimasi usia juga diperlukan dalam penegakan hukum, kasus imigran, kompetisi olahraga, dan juga pernikahan.

Gigi sebagai salah satu jaringan paling keras dan kuat dari tubuh manusia diketahui memiliki banyak manfaat dalam bidang forensik, salah satunya adalah gigi dapat digunakan sebagai media untuk memperkirakan usia seseorang. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memperkirakan umur biologis manusia melalui gigi, diantaranya metode Demirjian, Willems, Schour and Massler, Al Qahtani, dan beberapa metode ilmiah lainnya.

Dari berbagai macam metode yang telah ada, sampai saat ini masih belum ditemukan metode estimasi usia yang spesifik untuk populasi Indonesia. Melihat kenyataan di lapangan tersebut, Arofi Kurniawan,drg.,Ph.D bersama tim peneliti Departemen Odontologi Forensik FKG Unair melakukan penelitian estimasi usia menggunakan metode Willems pada anak-anak di populasi Surabaya.

“Penelitian yang kami lakukan ini bertujuan untuk menganalisis apakah metode Willems dapat digunakan secara akurat untuk memperkirakan usia biologis pada anak-anak di Indonesia, yang mana dikategorikan sebagai ras Mongoloid. Sedangkan pada penelitian asalnya, Willems menggunakan populasi ras kaukasoid,” jelas dosen departemen Odontologi Forensik Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UNAIR tersebut.

Dosen kelahiran Ponorogo ini menjelaskan, penelitian yang dilakukan bersama timnya menggunakan foto radiografi panoramik dari 110 pasien, dengan responden sebanyak 46 laki-laki dan 64 perempuan dengan umur 6-14 tahun, yang memenuhi kriteria sampel penelitiannya.

“Hasilnya penelitian kami menunjukkan bahwa metode estimasi usia gigi yang ditemukan oleh Willems dapat diterapkan secara akurat pada populasi anak laki-laki di Surabaya dalam rentang 6-14 tahun dan anak perempuan usia 6-10 tahun, karena tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik. Namun, penerapan metode ini pada anak perempuan usia 11-14 di Surabaya memerlukan ketelitian yang lebih besar dalam penggunaan metode Willems,” ungkapnya. (*)

Penulis: Arofi Kurniawan

Link artikel Scopus dapat diakses melalui link berikut,

https://ejfs.springeropen.com/articles/10.1186/s41935-020-0179-6

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).