Ramai Corona Virus, FKG UNAIR Gagas Diskusi Tingkatkan Kewaspadaan pada Kalangan Kedokteran Gigi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Rangkaian Temu Ilmiah Nasional (TIMNAS) yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga kembali hadir dengan wajah baru. Kali ini, pembahasan tak hanya terbatas pada bidang kesehatan gigi dan mulut, melainkan juga isu kesehatan yang kini tengah menjadi sorotan dunia, yakni corona virus (COVID-19).

Topik mengenai COVID-19, menjadi pembahasan dalam diskusi panel di hari pertama yang berlangsung pada Kamis (27/2) di Hotel Shangri-La, Surabaya. Mengusung tajuk A Glimpse of COVID-19: Why is it Getting Viral? diskusi itu dihadirkan atas inisiatif dari Prof. Dr. Diah Savitri Ernawati, drg., M.Si., Sp. PM(K), serta Prof. Dr. M. Rubianto, drg., MS., Sp. Perio(K).

Ditemui usai acara, Prof. Rubianto menuturkan jika persebaran COVID-19 yang semakin meluas tentunya sangat menghebohkan masyarakat internasional. Tak terkecuali para dokter gigi. Bagaimana tidak? Sebagai tenaga medis, mereka senantiasa melakukan kontak dengan pasien sehingga rentan untuk terpapar berbagai macam penyakit menular.

“Sekarang, Indonesia dikelilingi oleh negara-negara yang masyarakatnya sudah terjangkit COVID-19. Tetapi, kenapa masyarakat di sini nggak? Akhirnya, kami berinisiatif untuk membuat diskusi panel yang mengundang beberapa pakar, supaya dapat memberikan informasi kepada tenaga medis, pemerintah, dan masyarakat luas,” terang Prof. Rubianto.

Menurut pengajar di Departemen Protodonsia FKG UNAIR tersebut, tenaga medis seperti dokter berpotensi terjangkit COVID-19, baik ketika melakukan pemeriksaan pada pasien atau melalui virus yang menempel di peralatan kesehatan miliknya. Oleh sebab itu, dokter gigi perlu dibekali dengan informasi terkait COVID-19 untuk meminimalisir penularannya.

“Penyakit bisa masuk melalui berbagai macam celah. Bahkan, orang yang antibodinya bagus saja bisa kena. Nah, dokter gigi itu juga rentan karena biasanya melakukan kontak langsung dengan respiratory atau saluran pernapasan (mulut, red),” sebut Prof. Rubianto.

Dia menambahkan, dokter gigi hendaknya selalu waspada terhadap kondisi mulut pasien. Sebab, bagian tersebut merupakan tempat bersarangnya jutaan bakteri yang dapat menyebar ke organ tubuh lainnya, serta memicu timbulnya penyakit, termasuk COVID-19.

Pakar RSUD Dr. Soetomo Ingatkan Dua Hal yang Perlu Dilakukan Dokter Gigi

Pakar dari RSUD Dr. Soetomo, dr. Arif Bakhtiar, Sp.P(K), FAPSR, (tiga dari kiri). (Foto: istimewa)

Salah satu pakar dari Tim Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI) RSUD Dr. Soetomo yang dihadirkan dalam diskusi panel, yaitu dr. Arif Bakhtiar, Sp.P(K), FAPSR, mengungkapkan, ada dua upaya yang perlu dilakukan dokter gigi dalam mencegah penyebaran COVID-19.

Pertama, airbone precautions atau upaya peningkatan kewaspadaan penularan melalui udara. Ia menghimbau kepada setiap dokter gigi untuk memperhatikan desain ruang praktiknya. Mulai dari ventilasi sampai tata letak perabotan. Penggunaan pendingin ruangan seperti Air Conditioner (AC), maupun kipas angin juga tidak boleh sembarangan.

“Jangan hanya mikir supaya adem dipasangi AC, tetapi tidak diberi ventilasi. Nanti ruangan praktik jadi kedap. Lalu, untuk penggunaan kipas angin, pakai yang satu arah, bukan yang tolah-toleh. Nanti malah meratakan virusnya kemana-mana. Selain itu, letak kipas angin sebaiknya diletakkan di belakang dokter, bukan di belakang pasien,” jelasnya.

Upaya kedua adalah droplet precautions, yakni menggunakan alat pelindung diri lengkap. Tak hanya dokter gigi, petugas yang berjaga di depan ruangan juga berperan penting dalam melakukan screening awal terhadap pasien. Mereka dapat melakukan pengecekan suhu dengan termometer dan menanyakan apakah pasien memiliki risiko pembawa virus.

“Harus waspada kalau menemukan pasien dengan suhu lebih tinggi dari suhu normal sekitar 36,5-37 derajat celcius. Kemudian, perawat juga bisa bertanya ke pasien, misalnya apakah pasien habis bepergian dari negara yang ada kasus coronanya? Atau mungkin berinteraksi bersama orang dari negara tersebut?,” ujar dr. Arief sembari memberi contoh.

Jika terdeteksi gejala-gejala yang mengarah pada COVID-19, pasien harus diberi masker dan menunggu di ruang tunggu khusus. Selanjutnya, dirujuk ke rumah sakit yang sudah ditunjuk oleh pihak Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Bagi masyarakat umum, dr. Arief juga mengingatkan agar senantiasa menjaga kebersihan dan menerapkan pola hidup sehat, antara lain mencuci tangan, serta menghindari oran yang batuk atau bersin dengan menutup saluran pernapasan menggunakan tangan. (*)

Penulis: Nabila Amelia

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).