Menjawab Tantangan Industri 4.0 Melalui Program Studi Baru

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh liputan6.com

Di era revolusi industri, istilah Industri 4.0 menjadi topik yang paling popular diantara para pakar industri dan akademisi saat ini. Industri 4.0 memegang peran yang sangat signifikan dalam digitalisasi dari seluruh proses produksi dan sistem layanan. Muncul berbagai tren teknologi yang mendukung digitalisasi, seperti robotika, kecerdasan buatan, augmented reality, machine learning, dan internet of things. Melalui teknologi tersebut, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi, serta mengurangi waktu dan biaya produksi. Pada industri 4.0, terdapat transformasi teknologi untuk mengintegrasikan beberapa lini yang terlibat dalam proses bisnis industri.

Sebagai contoh, pada bisnis pelabuhan, integrasi dapat dibagi menjadi integrasi vertikal dan horizontal. Integrasi vertikal merupakan integrasi antar unit di internal perusahaan, sedangkan integrasi horizontal mewadahi pertukaran data dan informasi pihak-pihak eksternal pelabuhan seperti pelanggan dan supplier. Melalui kerangka kerja 4.0, dukungan teknologi mampu memfasilitasi kebutuhan seluruh pihak yang berkepentingan dalam hal transparansi data, kemudahan komunikasi, hingga peningkatan produktivitas pelabuhan. Contoh dukungan teknologi yang dapat diberikan pada bisnis pelabuhan adalah implementasi sensor untuk mendukung kegiatan otomatisasidan kecerdasan buatan dalam konsep Smart Port yang mampu mempercepat operasional pelabuhan melalui kolaborasi antara teknologi dan proses. Smart Port mampu menjadi solusi untuk meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan dan memberikan keuntungan yang berlipat bagi pihak perusahaan yang terlibat, baik pelabuhan ataupun yang bergerak di sektor logistik lainnya. 

Namun, adanya industri 4.0 memberikan kekhawatiran dan ancaman bagi beberapa pihak. Muncul isu yang mengatakan bahwa akan banyak pekerjaan yang nantinya tergantikan oleh robot dan mesin. Orang-orang yang tidak memiliki ketrampilan khusus akan semakin banyak kehilangan pekerjaan di era industri 4.0. Pekerjaan terdahulu yang banyak dikerjakan oleh manusia akan beralih menjadi tenaga mesin, yang akan melakukan pekerjaan lebih cepat dan otomatis. Beberapa tipe pekerjaan akan mulai bergeser ke arah yang mendukung adanya proses otomatisasi dan pengembangan teknologi, deperti data scientist, engineer, dan data analyst. Dibutuhkan sumber daya manusia yang mampu menguasai teknologi dan berkompetensi tinggi untuk peluang pekerjaan baru yang lebih spesifik dan praktikal. Langkah utama yang dapat dilakukan untuk dapat bersaing di Industri 4.0 adalah peningkatan kompetensi sumber daya manusia, dimana perguruan tinggi memiliki peran yang sangat signifikan. 

Untuk menjawab tantangan tersebut, Universitas Airlangga (Unair) mengambil peran sinergis dalam mendirikan program studi baru di tahun 2020, antara lain Teknik Industri, Teknik Elektro, Rekayasa Nanoteknologi, Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan, serta Teknik Sains Data. Sebelumnya, Unair telah memiliki program studi yang aplikatif dalam perkembangan teknologi, seperti Sistem Informasi, Teknik Lingkungan, dan Teknobiomedis. Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi, program studi tersebut dikembangkan menjadi disiplin ilmu lain yang sifatnya lebih praktikal terhadap kebutuhan bisnis dan ilmu pengetahuan saat ini.

Seperti contoh, program Studi Sistem Informasi yang fokus terhadap dukungan proses bisnis dan organisasi melalui teknologi memiliki banyak hubungan dengan disiplin ilmu lain seperti manajemen, computer, dan data sains. Kecerdasan buatan, yang sebelumnya menjadi salah satu mata kuliah wajib pada program studi Sistem Informasi, kini menjadi disiplin ilmu yang mandiri karena meningkatnya kebutuhan akan implementasi sistem tersebut saat ini. Selain itu, dalam menciptakan suatu kecerdasan buatan tersebut, banyak proses, faktor, dan risiko yang harus diperhatikan untuk sistem yang sustainable dan applicable. Begitu pula Rekayasa Nanoteknologi, yang sebelumnya menjadi bagian kecil dari Program Studi Teknobiomedik, kini menjadi disiplin ilmu yang dapat dikaji lebih dalam.

Adanya spesialisasi dalam bidang tersebut menunjukkan elaborasi dari ilmu terkait, sehingga dapat menghasilkan investasi dan produk penelitian yang memberikan sumbangsih pada kemudahan hidup manusia. Namun, bukan berarti Sistem Informasi atau Teknobiomedik akan kalah saing dengan program studi baru. Justru ilmu inilah yang dapat melebur di segala aspek dan menjadi pendukung proses bisnis, organisasi, ekonomi, ataupun di bidang kesehatan. Kolaborasi antar displin ilmu inilah yang akan mendukung keberlangsungan penerapan industri 4.0 secara optimal. 

Industri 4.0 telah membawa dampak yang luar biasa dalam peningkatan banyak aspek di industri saat ini. Meningkatnya implementasi dari teknologi akan memberikan perubahan yang cukup signifikan, khususnya di bidang logistik dan manufaktur. Tidak hanya didukung oleh infrastruktur saja, namun juga kompetensi sumber daya manusia yang memiliki kapabilitas tinggi dalam pemanfaatan teknologi yang mendukung sektor bisnis di Indonesia. Selain itu, untuk dapat bersaing di era industri 4.0, dibutuhkan kolaborasi yang saling mendukung antara pihak yang berkepentingan, mulai dari pelaku industri, instansi pemerintahan, hingga Pendidikan. 

Penulis: Afifah Nur Rosyidah (Alumni Sistem Informasi Unair)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).