Ransum Protein 19 Persen Signifikan Tingkatkan Produksi Telur Jalak Bali

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Temuan penelitian Prof Mas’ud Hariadi, salah seorang Guru Besar di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga, mengungkap jumlah produksi telur Jalak Bali bisa meningkat dengan pemberian pakan ransum protein 19 persen. Hasil penelitiannya itu ia sampaikan dalam jurnal ilmiah berjudul The Effect of Feeding High Level of Protein on Reproductive Performance of Bali Starling.

Prof Mas’ud menemukan simpulan itu dengan melakukan penelitian dengan tiga jenis formula pakan yang berbeda. Tiga macam formula, masing-masing mengandung protein sebesar 17 persen, 18 persen, dan 19 persen.

”Perlakuan pemberian pakan dimulai sejak burung mencapai masa remaja (berumur 6 bulan) dan sudah menempati sangkar masing-masing,” katanya.

Penelitian Prof Mas’ud dilakukan selama dua tahun, pada 2014 sampai dengan 2015. Ia meneliti reproduktivitas burung Jalak Bali di peternakan burung di Safari Bird Farm desa Kudu, Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur dan di Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya.

”Penelitian ini ditujukan untuk meningkatan reproduktivitas Jalak Bali dengan perbaikan mutu pakan hasil kombinasi bahan alami dengan penambahan suplemen protein dan vitamin,” ujarnya.

Prof Mas’ud mengungkapkan, ransum pakan disusun dari bahan alami. Yakni, jangkrik, kroto, pisang kepok, jagung, kacang hijau, kacang kedelai, kacang tanah, dan tepung ikan.

”Bahan-bahan tersebut dikeringkan kemudian digiling sampai halus dan dicampur kemudian dibuat pellet atau butiran (granula) kemudian ditera kandungan proteinnya,” katanya.

”Dua belas pasang burung (jantan dan betina) Jalak Bali dibagi menjadi empat kelompok. Yakni: kelompok P I protein 17 persen, kelompok P II protein 18 persen, dan kelompok P III protein 19 persen,” imbuhnya.

Sementara itu, ucap Prof Mas’ud, kelompok kontrol diberikan pakan burung komersial yang biasa digunakan sebagai pakan sehari-hari burung Jalak Bali. Termasuk air minum diberikan secukupnya. Pakan diberikan dua kali sehari, yakni pagi dan sore. Selanjutnya ke-12 pasang burung diamati kecepatan waktu terjadinya perkawinan dan produksi serta kualitas ada daya tetas telurnya.

Hasilnya, perlakuan ketiga (P III) dengan protein 19 persen memiliki pengaruh terbaik dari jumlah produksi telur Jalak Bali. Rata-rata produksi telurnya mencapai tiga butir dan semua telur terbuahi (100%). Sedangkan, pada perlakuan pertama (P I- protein 17 persen) dan kedua (P II, protein 18 persen), rata-rata jumlah produksi telurnya mencapai tiga butir, tapi tidak semua terbuahi (55%). Sementara, pada perlakuan kontrol, tidak bertelur.

”Ransum protein 19 persen berpengaruh secara signifikan pada jumlah produksi telur yang dihasilkan Jalak Bali lebih banyak dan memiliki fertilitas yang tinggi,” katanya.

”Dibandingkan dengan ransum protein 18 persen dan 17 persen yang memiliki jumlah produksi telur yang bervariasi dan tidak konsisten jumlah dan fertilitas telurnya. Di mana fertilitas telur sangat berpengaruh terhadap kelestarian Jalak Bali,” tambahnya. (*)

Penulis: Feri Fenoria Rifa’i

Editor: Khefti Al Mawalia

Referensi:

file:///C:/Users/Vivo/Downloads/Documents/9183.pdf

Mas’ud Hariadi, Budi Utomo, Herry A. Hermadi, Rezha S.W. Hadi, Alfi an Zulfahmi and Erma Safitri. 2019. The Effect of Feeding High Level of Protein on Reproductive Performance of Bali Starling. Indian Veterinary Journal 96 (10) : 48 – 50.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).