Pendidikan Kesehatan dan Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi jalansehat.info

Pendidikan adalah suatu kegiatan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan tertentu, sehingga seseorang dapat mandiri. Pendidikan juga mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Semakin banyak informasi yang diterima seseorang, maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Pendidikan kesehatan adalah segala upaya untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan.

Hasil yang diharapkan adalah perilaku kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan. Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia berdasarkan pada program pembangunan Indonesia yaitu masyarakat umum, masyarakat dalam kelompok tertentu (seperti wanita, pemuda, remaja, termasuk dalam kelompok khusus lembaga pendidikan mulai Taman Kanak-kanak sampai pendidikan tinggi, sekolah agama baik negeri atau swasta.

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu. Penginderaan yang dimaksud terjadi melalui pancaindera manusia, namun sebagian besar pengetahuan manusia didapatkan melalui indera penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan salah satu dari 3 domain (ranah kawasan) perilaku manusia. Terbentuknya sebuah perilaku baru, terutama pada manusia dewasa, dimulai dari domain kognitif. Artinya adalah bahwa seseorang akan tahu terlebih dahulu akan stimulus (materi atau objek), kemudian menimbulkan responbatin berupa sikap, hingga menimbulkan respon lebih jauh lagi berupa tindakan sehubungan dengan stimulus yang diberikan.

Inilah yang menyebabkan pengetahuan sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau menggunakan angket tentang materi yang diukur dari responden. Pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari intelegensia, pendidikan, pengalaman, umur, tempat tinggal, pekerjaan dan status ekonomi. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan fisik biologis dan sosial, Sosial budaya, dan informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Berbagai bentuk media masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan juga penyuluhan kesehatan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan pengetahuan seseorang.

Pengalaman dapat menjadi sumber pengetahuan, melalui pengulangan kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu. Semakin cukup umur, maka tingkat kemampuan dan kematangan seseorang akan lebih tinggi dalam berpikir dan menerima informasi. Namun, seseorang yang berumur lebih tua tidak mutlak memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang lebih muda.Misalnya, seseorang yang tinggal di daerah endemis demam berdarah akan lebih sering menjumpai kasus demam berdarah, sehingga masyarakat di daerah tersebut akan memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggi. Selain itu seseorang di daerah endemis akan lebih sering mendapatkan informasi dan penyuluhan kesehatan dibandingkan dengan daerah non endemis.

Dampak pendidikan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan seseorang dapat dilihat pada contoh berikut ini. Pendidikan kesehatan berupa ceramah dan tanya jawab tentang Diabetes Melitus (DM) kepada 24 orang kader DM di Puskesmas Medokan Ayu telah dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2016. Kader DM mayoritas berjenis kelamin perempuan (23 orang), dengan umur termuda 24 tahun, dan tertua 61 tahun. Kelompok umur terbanyak (45,80%) adalah 40-49 tahun dengan rerata umur 44,37 tahun.

Pendidikan kader DM terbanyak (62,5%) adalah tamat SMA diikuti tamat SMP (25%). Sebagian besar (58,3%) kader DM tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Selain sebagai kader DM, sebagian besar mereka juga sebagai kader posyandu, dan bumantik. Kader DM sebagian besar (79,2%) berumur kurang dari 50 tahun, hal ini sangat baik karena akan lebih agresif dalam beraktivitas. Pendidikan kader yang sebagian besar SMA, akan sangat membantu dalam memberikan penyuluhan karena rasa percaya diri lebih tinggi dibandingkan yang SMP. Kader DM, 14 orang diantaranya tidak bekerja, kondisi ini sangat membantu dalam beraktivitas. Kader DM yang juga kader posyandu ataupun sebagai bumantik, akan sangat membantu dalam tugas-tugasnya karena sudah terbiasa bertemu warga dan sudah punya pengalaman dalam memberikan penyuluhan.

Pengetahuan kader DM tentang DM terjadi peningkatan dari sebelum pendidikan kesehatan dibandingkan setelah pendidikan kesehatan yaitu dari rerata 102.2579 menjadi 163.3413. Hal ini diperkuat dengan uji statistik terdapat perbedaan antara pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan. Jadi dengan pemberian pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan kader tentang DM.

Pada kelompok kader berpendidikan SMP, peningkatan pengetahuan setelah pendidikan kesehatan cukup tinggi (53). Hal ini kemungkinan karena mereka merasa pretestnya kurang baik, sehingga mereka dengan sungguh sungguh mendengarkan pendidikan kesehatannya. Pada kelompok kader berpendidikan SMA peningkatan pengetahuan setelah pendidikan kesehatan lebih tinggi dari kelompok berpendidikan SMP (57). Pada kelompok Perguruan Tinggi tidak berbeda bermakna antara pengetahuan sebelum dengan sesudah pendidikan kesehatan, karena awalnya tingkat pengetahuan sudah cukup tinggi (132). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak informasi yang diterimanya, maka akan semakin tinggi tingkat pengetahuannya. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan berpengetahuan lebih baik dibandingkan dengan mereka dengan pendidikan yang lebih rendah

Penulis: Susilowati Andajani

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di Link : https://e-journal.unair.ac.id/FMI/article/view/15507 http://dx.doi.org/10.20473/fmi.v55i3.15507

Folia Medica Indonesiana (2019); Volume 55(i3):15507 Susilowati Andajani Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).