Prof Tamara: Limbah Buah Cokelat Berpotensi Perbaiki Disinfeksi Saluran Akar Gigi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Selain menjadi sumber makanan yang kaya gizi, cokelat ternyata mempunyai khasiat sebagai antioksidan dan atimikroba serta berpotensi dalam memperbaiki disinfeksi saluran akar gigi. Hal itu dipaparkan oleh Prof. Dr. Tamara Yunita, drg., M.S., Sp.KG(K) pada seremonial pengukuhan Guru Besar UNAIR (19/12/2019) di Aula Garuda Mukti, Kantor manajemen Kampus C UNAIR.

Sebelumnya, Prof. Tamara menjelaskan bahwa beberapa bahan yang sering digunakan untuk mengeliminasi bakteri pada saluran akar gigi mempunyai tingkat merusak cukup tinggi. Terlebih lagi bila terjadi pergeseran gigi. Bahan kimia dapat berpotensi merusak jaringan vital di sekeliling ujung akar gigi.

Dia menambahkan, sebanyak 80 persen infeksi diperkirakan disebabkan oleh mikroba yang membentuk biofilm (kumpulan sel mikroorganisme, Red). “Seperti yang kita ketahui bahwa rongga mulut ini kan dihuni oleh beragam mikroba baik yang merugikan maupun menguntungkan,” terangnya.

Guru besar Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) aktif yang ke-27 itu menjelaskan bahwa ekstrak propolis Jawa Timur dan ekstrak kulit buah cokelat jenis forestero mempunyai efek antibakteri dan antibiofilm. Hal itu, lanjutnya, sangat potensial digunakan sebagai bahan sterilisasi saluran akar.

Prof. Tamara mengungkapkan, bahan herbal itu mampu menjadi alternatif pengganti larutan steril dalam memperbaiki disinfeksi saluran akar gigi yang banyak digunakan saat ini. “Ekstrak kulit buah cokelat dapat menghambat pembentukan biofilm bakteri serta memiliki tingkat merusak yang rendah,” ungkapnya.

Yang istimewa, bahan herbal tersebut mampu menyesuaikan pada kultur sel jaringan penyangga gigi. “Aktivitas antimikrobanya lebih baik dibandingkan dengan bahan kimia. Selain itu juga lebih aman digunakan,” tuturnya.

Perlu diketahui, penelitian itu memanfaatkan limbah buah cokelat yang banyak dijumpai di Indonesia. Pada buah cokelat, bagian biji memang yang kerap dimanfaatkan. Sedangkan lebih dari 73 persen bagian kulit dibuang dan menjadi limbah.

Sebagai salah satu penelitian kolaboratif, hasil penelitian itu diharapkan dapat diajukan sebagai bahan sterilisasi yang biokompatibel dan potensial pada perawatan saluran akar. “Kini sudah saatnya kita saling berinteraksi antar fakultas untuk mencari permasalahan dasar yang berkembang dalam masyarakat,” tandasnya menutup pidato. (*)

Penulis: Erika Eight Novanty

Editor: Feri Fenoria Rifa’i

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).