Sampai saat ini, penyakit
Tuberculoses masih menjadi masalah besar di berbagai negara, terutama di
kalangan negara berkembang. Kompas.com menulis bahwa di Indonesia setiap 30
detik satu orang tertular Tuberkulosis atau TB, dan rata-rata 13 orang
meninggal setiap satu jam. Saat ini Indonesia menjadi negara dengan beban TB
tertinggi ketiga di dunia. Penderita TB masih menghadapi tantangan untuk
mendapatkan pengobatan dan perawatan.
Amin, Z.,dari RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo menyebutkan penyebab utama meningkatnya beban masalah TB,
diantaranya adalah masalah kemiskinan, disparitas pertumbuhan ekonomi, dan
beban determinan sosial yang berat seperti pengangguran. Berbagai upaya
penanggu;angan TB yang dijalankan pemerintah juga belum sepenuhnya menunjukkan
hasil yang positif. Kegagalan program TB selama ini diantaranya diakibatkan
oleh tidak memadainya organisasi pelayanan TB yang dicirikan oleh rendahnya
akses masyarakat, rendahnya penemuan kasus baru, logistic obat yang masih
bermasalah di beberapa daerah, kurangnya pemantauan dan pelaporan, serta masih
adanya tatalaksana kasus yang kurang. Perubahan demografik juga memperparah
kasus TB ini karena meningkatnya jumlah penduduk dan perubahan struktur umur
kependudukan. Beberapa masalah kesehatan lain juga bisa mempengaruhi tetap
tingginya beban TB seperti gizi buruk, merokok, diabetes, HIV, serta
meningkatnya kasus TB resisten obat (MDR).
Kepatuhan penderita TB dalam mengkonsumsi obat TB juga masih menjadi masalah. Penderita yang putus berobat selalu di temui di hampir semua fasilitas kesehatan di Indonesia yang melayani OAT. Kasus putus obat (default / drop out) didefinisikan sebagai berhentinya pengobatan TB selama ≥ 2 bulan berturut-turut sebelum masa pengobatannya selesai. Penderita yang tidak rutin minum obat merupakan masalah yang serius pada pengendalian TB. Pasien yang tidak rutin minum obat memiliki risiko rekurensi TB yang lebih tinggi serta meningkatkan risiko mortalitas akibat TB. Pasien yang Drop Out dari pengobatan TB juga menjadi masalah secara kesehataan masyarakat karena dapat menularkan infeksi kepada orang lain dan dapat menyebabkan kuman TB resisten terhadap OAT.
Penelitian mengenai faktor yang menyebabkan putus obat dilakukan di beberapa wilayah Indonesia dan memberikan hasil yang berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah. Salah satu faktor yang ditengarai banyak mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam pengobatan TB adalah motivasi.
Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi bisa datang dari dalam diri sendiri ataupun dari orang lain. Dengan adanya motivasi maka seseorang dapat mengerjakan sesuatu dengan antusias. Ada banyak hal yang memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu di dalam hidupnya. Namun, secara umum ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi intrinsik (internal) dan motivasi ekstrinsik (eksternal). Motivasi intrinsik adalah keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu, yang disebabkan oleh faktor dorongan yang berasal dari dalam diri sendiri tanpa dipengaruhi orang lain karena adanya hasrat untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu yang disebabkan oleh faktor dorongan dari luar diri sendiri untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan dirinya.
Hasil studi di Puskesmas di Kabupaten Tanah Laut ini menegaskan tentang pentingya motivasi, baik motivasi internal maupun motivasi eksternal dalam mempengaruhi kepatuhan pasien mengkonsumsi obat TB. Oleh karena itulah penting bagi petugas kesehatan untuk bisa menggali motivasi internal dan eksternal pasien TB dengan lebih baik, agar dapat menyusun strategi untuk meningkatkan kepatuhan pasien minum obat TB.
Penulis: Ratna Dwi Wulandari
Informasi detail tentang tulisan ini dapat dilihat di: https://doi.org/10.5958/0976-5506.2019.01999.5
Rakhmawaty, W., Kusuma, M. W., Jamaica, A. B., Wulandari, R. D., (2019) Analysis of Internal and External Motivation Affecting the Adherence of Tuberculosis Patients Treatment in Public Health Center, Indian Journal of Public Health Research and Development, Volume 10 No. 8, 26 September 2019