Implan Gigi Pendek Pada Tulang Atropik untuk Lansia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Implan gigi telah menjadi solusi perawatan yang ideal untuk pasien yang memerlukan penggantian gigi geligi permanen pasca pencabutan gigi. Pada dasarnya perawatan implan gigi dapat berhasil dengan baik apabila implan ditanam pada tulang sedemikian rupa sehingga seluruh permukaan implan berkontak dengan tulang. Akan tetapi dalam beberapa kasus, seperti pada kondisi tulang yang mengalami penurunan dimensi horizontal, pemasangan implan gigi dapat menjadi masalah yang besar. Kondisi semacam ini sering didapatkan pada daerah rahang atas posterior di mana pasca ekstraksi gigi-gigi geraham (molar) di daerah rahang atas tersebut terjadi pelebaran sinus maksilaris yang mengakibatkan menurunnya dimensi vertikal tulang alveolaris sehingga tidak tersedia ketinggian tulang yang cukup untuk pemasangan implan gigi di daerah tersebut.

Untuk mengatasi hal tersebut maka perawatan baku emasnya adalah pengangkatan dasar sinus maksilaris dengan pendekatan lateral window dan ditambahkan partikel graf tulang. Hal ini bisa dilakukan sebelum atau bersamaan dengan pemasangan implan gigi. Perawatan seperti ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Akan tetapi tindakan pengangkatan dasar sinus merupakan tindakan operasi yang cukup invasif dan memberikan morbiditas yang tinggi pada pasien, misalnya pembengkakan dan nyeri serta penyembuhan pasca operasi yang memanjang.

Oleh karena itu, prosedur pengangkatan dasar sinus maksilaris dan tandur tulang seyogyanya tidak dilakukan pada pasien dengan usia lanjut karena alasan masalah sistemik dan gangguan penyembuhan yang sering diderita oleh pasien usia lanjut. Pada situasi klinis seperti itu diperlukan perawatan yang lebih tidak invasif. Sebagai alternatif perawatan implan gigi pada usia lanjut dengan atrofi tulang bisa dilakukan dengan menggunakan implan yang pendek. IMplan pendek adalah implan yang ukuran panjangnya kurang dari 10 mm. Penggunaan implan pendek sudah cukup luas sampai saat ini tetapi telah menimbulkan kontroversi karena implan pendekbelum teruji efektifitas nya terutama mengenai survival jangka panjang implan pendek.

Laporan kasus berseri ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang keberhasilan perawatan dengan implan pendek pada tulang yang atrofi di regio posterior maksila pada tiga pasien usia lanjut. Untuk mencapai keberhasilan beberapa pertimbangan biologis dan mekanis serta disain restorasi akhirnnya harus diperhatikan.

Kasus pertama, seorang pasien pria usia 65 tahun dengan kehilangan gigi 16 (molar pertama rahang atas kanan). Karena ketinggian tulang di daerah tersebut kurang dari 5 mm maka dilakukan penanaman implan pendek (diameter 5,2 mm x 6,5 mm) diikuti dengan pembuatan mahkota keramik 6 bulan kemudian.Pada evaluasi 7 tahun kemudian tidak didapatkan keluhan tentang implan giginya, dan pada pemeriksaan radiologis tampak implan stabil dan terintegrasi dengan baik dengan tulang di sekitarnya.

Kasus kedua, pasien pria 63 tahun dengan kehilangan gigi pasca pencabutan dua gigi mola) r atas kanan disertai dengan pendeknya tulang di regio tersebut karena perluasan sinus maksilaris. Dilakukan pemasangan dua buah implan pendek (6,5 mm dan 8 mm) yang diikuti dengan pembuatan dua buah mahkota keramik. Pada evaluasi 6 tahun kemudian didapatkan kedua mahkota keramik stabil dan berfungsi dengan baik. Evaluasi radiologis menunjukkan kedua implan mengalami penyatuan dengan tulang di sekiarnya dengan baik.

Kasus ketiga, pasien pria 72 tahun dengan kehilangan tiga gigi geraham rahang atas kanan sejak lama, dengan riwayat diabetis mellitus. Direncanakan pemasangan 3 implan gigi pada daerah tersebut yaitu 14, 15 dan 16, tetapi ternyata tulang pada regio 15 mengalami defek yang sangat parah.Karena itu diputuskan untuk dipasang 2 buah implan yaitu implan ukuran normal pada regio 14 dan implan ukuran pendek pada regio 16. Setelah 4 bulan dilakukan pembuatan jembatan keramik pada 14 sampai 16. Pada evaluasi tujuh tahun kemudian didapatkan tidak ada masalah secara klinis dan radiografis di mana kedua implan penyangga jembatan keramik tampak stabil dan terintegrasi dengan baik dengan tulang di sekitarnya.

Dari ketiga kasus tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perawatan dengan implan pendek pada tulang atropik pada pasien usia lanjut menunjukkan keberhasilan jangka panjang dengan syaratmeminimalkan beban kunyah yang diterima oleh implan ukuran pendek tersebut.

Penulis : David Buntoro Kamadjaja

Detail tulisan ini dapat dilihat di:

https://www.google.com/search?q=Short+Implants+in+Posterior+Maxilla+in+Elderly+Patients%3A+A+Case+Series&rlz=1C1CHBF_enID873ID873&oq=Short+Implants+in+Posterior+Maxilla+in+Elderly+Patients%3A+A+Case+Series&aqs=chrome..69i57.432j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8

David Buntoro Kamadjaja. 2019. Short Implants in Posterior Maxilla in Elderly Patients: A Case Series. Acta Medica Philippina, Vol 53, No 5.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).