Kadar Plasma Hemoglobin pada Penderita Diabetes Melitus Tipe-2

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh dokter sehat

Angka kejadian diabetes mellitus (DM) meningkat di seluruh dunia. Tingkat kesakitan dan kematian penderita DM disebabkan oleh mikrovaskuler  seperti (kerusakan sistem saraf, ginjal, mata) dan komplikasi makrovaskular (jantung, stroke, pembuluh darah) ditemukan lebih tinggi. Kontrol kadar gula darah berperan penting untuk mencegah komplikasi tersebut. Perjalanan penyakit diabetes akibat mikrovaskuler berhubungan dengan banyak proses peradangan menahun dan dipicu oleh beberapa faktor pertumbuhan. Transforming Growth Factor Beta-1 (TGFβ-1) dianggap sebagai kunci perantara dari perjalanan komplikasi ringan yang terkait dengan kadar gula tinggi dalam jangka waktu lama.

Pemeriksaan hemoglobin A1c (HbA1c) adalah pemeriksaan standar yang digunakan di seluruh dunia sebagai alat diagnostik diabetes serta memantau kondisi kadar gula darah tinggi yang kronis. Tingkat HbA1c dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor kondisi seperti anemia, tingkat usia, kehamilan, penyakit ginjal kronis, konsumsi alkohol berlebihan, perdarahan saluran cerna, penyakit hati dan infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Sehingga tujuan utama dari penelitian ini untuk mengevaluasi hubungan antara kadar plasma HbA1c dan TGFβ-1 pada penderita  diabetes mellitus  tipe 2 (DMT2). Studi ini dilakukan oleh Divisi Metabolik Endokrinologi dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga, Surabaya, berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya di salah satu jurnal Internasional terkemuka, yaitu New Armenian.

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Metabolik Endokrinologi dan Diabetes, Instalasi Rawat Jalan Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya Indonesia. Subyek dalam penelitian ini adalah penderita DMT2 yang memenuhi kriteria inklusi meliputi usia lebih dari 18 tahun  dan penderita baru maupun lama yang telah menerima obat antidiabetik oral. Sedangkan kriteria eksklusi adalah subyek yang sudah terlibat dalam penelitian lain, subyek yang menderita penyakit ginjal kronis dengan Laju Filtrasi Glomerular (LFG) ≤60 ml/mnt/1.73m² dan Albumin Creatinine Ratio (ACR) >300 mg/g, subyek dengan riwayat hipertensi, konsumsi obat antihipertensi maupun anti proteinuria, riwayat penyakit saraf,  jantung,  penyakit hati kronis, keganasan, anemia, riwayat merokok, alkohol, kehamilan, dan obat-obatan yang mempengaruhi jumlah sel darah merah.

Jumlah subyek 30 penderita yang terdiri dari wanita sebesar 76,67% dan usia rata-rata 53,93 tahun. Rata-rata indeks masa tubuh subyek 24,53 kg/m2, serum kreatinin 0,88 mg/dL, dan hemoglobin adalah 14,08 g/dL. Hasil pengukuran kadar HbA1c diperoleh nilai rata-rata abnormal 7,15% dengan rentang nilai terendah 4,7% dan nilai tertinggi 13,6%. Sedangkan hasil pengukuran TGFβ-1 juga diperoleh nilai abnormal dengan median 150,80 pg/mL dengan kisaran terendah 23,60 pg/mL dan nilai tertinggi dari 2089,20 pg/mL.

Berdasarkan penelitian sebelumnya telah menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan antara kadar plasma HbA1c dan TGFβ-1. Studi ini dilakukan terhadap 25 penderita dengan DMT2 yang secara eksklusif dinilai dari albuminuria, hingga menghasilkan hubungan yang signifikan. Sementara peneliti sebelumnya yang telah mempelajari dari 73 penderita DMT2 dengan berbagai kadar albuminuria dan tetap mempertimbangkan kondisi hipertensi atau kreatinin yang tinggi, ditemukan hubungan yang signifikan. Penelitian pada 72 penderita DMT2 dibagi menjadi 3 kelompok yaitu 19 subyek DMT2 dengan normoalbuminuria, 27 subyek DMT2 dengan mikroalbuminuria dan 26 subyek DMT2 dengan makroalbuminuria, maka diperoleh hasil yang signifikan secara statistik dalam kelompok makroalbuminuria dan mikroalbuminuria dengan nilai r masing-masing 0,82 dan 0,67 dengan p <0,001. Studi ini menunjukkan hubungan positif yang kuat.

Fakta dari penelitian ini menunjukkan bahwa perjalanan komplikasi mikrovaskuler diabetik dikaitkan dengan proses peradangan menahun yang diperankan oleh TGFβ-1. Kadar gula darah tinggi yang kronis merupakan peran penting dalam perkembangan mikrovaskuler diabetes. Perkembangan ini disebabkan oleh gangguan metabolisme kadar gula darah dan nilai abnormalitas yang saling berhubungan satu sama lain dan menghasilkan peningkatan kadar TGFβ di bawah kondisi kadar gula berlebih yang menahun. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan yang kuat antara kadar plasma HbA1c dan TGFβ-1 pada penderita DMT2. Ada kecenderungan peningkatan TGFβ-1 seiring dengan kadar plasma HbA1c yang tinggi pada penderita. Sehingga, kadar HbA1c meningkat perlu dianggap sebagai penanda meningkatnya plasma TGFβ-1

Penulis: Soebagijo Adi, MD., Ph.D.

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di New Armenian Medical Journal berikut

https://ysmu.am/website/documentation/files/38fce58d.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).