Cara Mengolah Air Minum sebagai Faktor Risiko Urolithiasis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh detik news

Penyakit urolithiasis (batu saluran kemih) adalah terbentuknya batu di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra) yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi.

Secara garis besar, pembentukan urolithiasis dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.Faktor intrinsik merupakan faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan/riwayat keluarga. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar individu seperti konsumsi sumber kalsium, konsumsi ar minum, pengolahan air minum, lama tinggal, dan kesadahan air.

Penelitian ini dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Arosbaya meliputi 9 desa, dengan jumlah penduduk sebanyak 41.402 jiwa. Menurut data rekam medik Puskesmas Arosbaya pada periode Januari 2014 – Juni 2015 ditemukan prevalensi penyakit urolithiasis sebanyak 40 orang.

Penelitian ini menggunakan 27 responden untuk kelompok kasus dan 54 responden untuk kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan pemeriksaan laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor resiko ekstrinsik dan intrinsik terhadap kejadian urolithiasis (batu saluran kemih) di wilayah kerja Puskesmas Arosbaya, Kabupaten Bangkalan.

Hasil penelitian menunjukkan faktor intrinsik adalah usia OR = 3,25, jenis kelamin OR = 1,60, faktor ekstrinsik pengolahan air minum OR = 1,16, konsumsi air lama OR = 1,36, dan tingkat kesadahan air sumur responden = 1,25. Sedangkan untuk faktor protektif, faktor intrinsik keturunan / riwayat keluarga OR = 0,09 faktor ekstrinsik konsumsi sumber kalsium OR = 0,85, dan konsumsi air minum OR = 0,67. Faktor yang berhubungan dengan terjadinya urolithiasis di wilayah kerja Puskesmas Arosbaya, Kabupaten Bangkalan adalah konsumsi sumber kalsium, pengolahan air minum, lama menggunakan air sumur sebagai air minum, dan tingkat kesadahan air sumur responden.

Puskesmas Arosbaya, Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu Puskesmas dengan kondisi geografis wilayah kerjanya dikelilingi oleh batu kapur. Kondisi geografis batu kapur menjadikan air tanah warga di wilayah kerja Puskesmas Arosbaya mengandung kapur berlebih atau biasa disebut air sadah.

Keberadaan kalsium dalam tubuh manusia, 99% tersimpan di tulang dan 1% cairan intrasel, karena itu tulang berfungsi sebagai reservoar besar untuk menyimpan kalsium dan sebagai sumber kalsium. Namun, kalsium di tulang, diseimbangkan dngan eksresi kalsium oleh saluran cerna dan ginjal.

Apabila air sumur langsung dikonsumsi tanpa dilakukan pemanasan terlebih dahulu, maka kandungan kalsium pada air yang tinggi akan mengendap pada saluran kemih yang pada kondisi tertentu akan mengalami kejenuhan (saturasi) sehingga timbul penyakit urolithiasis (batu saluran kemih). Kesadahan air ini merupakan kesadahan sementara yang dapat dikurangi (pengedapan) dan bahkan dihilangkan dengan cara pemanasan yang mengakibatkan terbentuknya garam kalsium karbonat yang tidak larut dan mengendap.

Menggunakan air sumur ≥25 tahun memiliki risiko 1,3 kali terkena urolithiasis (15). Urolithiasis merupakan suatu penyakit kronik yang disebabkan oleh beberapa faktor, baik intrinsik maupun estrinsik. Salah satu faktor ekstrinsik yaitu lama penggunaan air sumur sebagai air minum responden. Proses pembentukan urolithiasis (batu saluran kemih) terjadi secara bertahap dan memakan waktu yang sangat lama dengan puncak insidensi antara dekade ketiga dan ke enam.

Hasil pemeriksaan laboraturium tingkat kesadahan air sumur responden 3 desa kasus dan kontrol, rata-rata memiliki nilai kesadahan melebihi ambang batas >500 mg/l (PerMenKes 492, 2010). Kesadahan air sumur yang dikonsumsi secara terus-menerus mengakibatkan terakumulasinya endapan CaCO3 dan MgCO3. Partikel-partikel CaCO3 dan MgCO3 yang berada di dalam larutan yang kelewat jenuh (supersaturated) akan mengendap di dalam nukleus ginjal sehingga akhirnya membentuk batu. Terbentuknya inti batu dan kejenuhan dalam air kemih merupakan prasyarat terbentuknya batu. Terbentuknya inti saja tanpa disertai dengan unsur-unsur atau mineral pembentuk batu yang kelewat jenuh di tubulus ginjal tidak akan menyebabkan terbentuknya batu. Kristalisasi akan semakin banyak dan saling menyatu apabila unsur pembentuk batu berada dalam jumlah berlebihan dalam sistem tubulus. Kristalisasi tersebut yang akan membentuk batu di saluran kemih yang sering disebut urolithiaisis.

Penulis: Kusuma Scorpia Lestari, dr., M.KM

Link terkait artikel di atas: Risk Factors Associated With Urolithiasis In Arosbaya Health Center Bangkalan Regency, Indonesia.

https://medic.upm.edu.my/upload/dokumen/20190826155031VOL_15_SUPP3_AUGUST_2019.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).