Rektor UNAIR: Kontribusi Guru Besar UNAIR Tidak Terhenti pada Publikasi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Rektor UNAIR Prof. Nasih saat memberikan sambutan seusai orasi empat guru besar baru. (Foto: Muhammad Alif Fauzan)

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menunjukkan keseriusannya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya tenaga pengajar. Sabtu (30/11/19), UNAIR mengukuhkan empat guru besar di antaranya dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), Fakultas Sains dan Teknologi (FST), serta dua dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH).

Prof. Dr. Elly Munadziroh, drg., M.S., profesor dalam bidang Ilmu Material Kedokteran Gigi (FKG), Prof. Dr. Ir. Sri Hidanah M.S., profesor dalam bidang Ilmu Produksi Ternak (FKH), Prof. Dr. Pratiwi Pudjiastuti, Dra. M.Si., profesor dalam bidang Ilmu Kimia (FST), serta Prof. Dr. Wiwik Misaco Yuniarti drh., M.Kes., profesor dalam bidang Ilmu Penyakit Dalam Veteriner (FKH).

Dikukuhkan di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen UNAIR, Prof. DrMohNasih SE., MT., Ak., selaku Rektor UNAIR menyampaikan selamat kepada para guru besar yang dikukuhkan. “Eksistensi profesor tidak hanya pada nama. Tetapi lebih dari itu, harus dibuktikan dan didorong lalu dimanifestasikan pada karya yang membawa kemaslahatan umat.”

Prof. Nasih menekankan bahwa karya guru besar tidak boleh hanya berhenti di publikasi. Karna publikasi hanya bagian kecil dari kontribusi guru besar. Karya nyata berupa sumbangsih pada negara lah yang paling dibutuhkan.

Melalui penelitian dan kontribusi dari empat guru besar tersebut, diharapkan UNAIR bisa menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasar. “Karena dalam bidang akademik sendiri, terdapat akselerasi dan persaingan dalam penelitian yang membuat value profesor bertumpu pada karya dan bukan gelar. Yang terakhir kami tentunya mengharapkan kolaborasi antar disiplin ilmu di UNAIR untuk penelitian yang lebih progresif di masa depan,” tutup Prof. Nasih.

Pemikiran Guru Besar

Prof. Elly pada kesempatan pertama memaparkan terobosannya mengenai Secretory Leukocyte Protease Inhibitor (SLPI) yang berguna untuk menghambat protease, anti-bakteri, kontrol aktivitas leukosit, dan efek lain yang mempercepat proses penyembuhan luka kronis. Dalam hal ini UNAIR sukses membuat SLPI rekombinan lewat riset proteomik.

“Saya harap produk SLPI bisa  menjadi bagian dari produk industri media yang memenuhi kebutuhan nasional dan menekan nilai material impor,” ungkap Prof. Elly.

Sementara itu Prof. Sri Hidanah memaparkan mengenai pentingnya pengembangan produk pakan bebas residu antibiotik. Merespon kebutuhan obat-obatan pada sektor peternakan, Prof. Sri menawarkan produk nano partikel ekstrak meniran sebagai pengganti Antibiotic Growth Promoters (AGP) yang memiliki nilai residu tinggi.

“Perlu diketahui, ekstrak meniran juga berguna untuk memacu pertumbuhan unggas, mencegah diare, mengurangi konversi pakan, serta mengurangi bau kotoran hewan ternak,” ungkapnya.

Prof. Pratiwi di samping itu, menyampaikan orasi ilmiahnya mengenai Cangkang Kapsul Rumput Laut sebagai Strategi Pengembangan Nutraseutikal Halal. Guru Besar FST tersebut menyoroti cangkang kapsul rumput laut yang berpotensi. Ke depan melalui inovasi Prof. Pratiwi, UNAIR siap untuk menyumbangkan satu produk kepada pasar.

“Tidak berhenti pada cangkang nutraseutikal halal, harapannya ke depan kami mampu mengembangkan produk-produk lain yang lebih progresif dari pengembangan rumput laut dengan teknologi nano,” tutup Prof. Pratiwi.

Prof. Wiwik pada kesempatan terakhir, menyampaikan mengenai buah delima yang berpotensi sebagai obat herbal pencegah fibrosis hati. Fibrosis sendiri merupakan kondisi atas respon penyembuhan luka akibat jejas (luka) berulang pada hati. Penelitian ini sendiri menjadi penting karena hingga saat ini belum ditemukan terapi medis yang efektif bagi sirosis hati.

“Penelitian atas manfaat delima sendiri menunjukkan kebenaran alquran dalam surat Ar-Rahman dalam penelitian klinis. Karena delima telah terstandar empat puluh persen ellagic acid dan mampu mencegah fibrosis hati,” tuturnya.

Perlu diketahui, pada pengukuhan guru besar tersebut disebutkan bahwa di tahun 2019 UNAIR berhasil memperoleh pencapaian cemerlang dengan mengukuhkan total 21 guru besar. Ditemui di hari berbeda, Direktur Sumber Daya Manusia (SDM), Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum., menyatakan bahwa angka tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah berdirinya UNAIR.

“Hal ini terjadi karena selain sistem yang kini dipermudah, dosen-dosen UNAIR menunjukkan aktivitas akademik yang mengagumkan, khususnya pada pengamalan tri dharma perguruan tinggi dan publikasi jurnal internasional.” pungkasnya.(*)

Penulis: Intang Arifia

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).