Pola Makan dan Status Ekonomi Orangtua Pengaruhi Balita Stunting

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Prevalensi stunting secara global menurut WHO pada tahun 2016 terdapat 23,8% anak balita mengalami stunting. Prevalensi balita stunting menjadi masalah kesehatan jika berada pada angka 20% atau lebih. Indonesia masih memiliki angka kejadian stunting sebesar 29% balita. Hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan angka stunting di Jawa Timur pada tahun 2010 mengalami peningkatan dari 34,85 (tahun 2008) menjadi 35,8% (tahun 2010). Beberapa orang berpendapat bahwa Jawa Timur merupakan mikrokosmos dalam hal kesehatan anak berprestasi di Indonesia, maka dari itu perlu adanya pencegahan untuk mengurangi angka stunting di Jawa Timur.  

Peran ibu sangat dominan dalam tumbuh kembang anak. Bayi sampai anak usia tiga tahun merupakan konsumen yang pasif. Konsumen pasif yang berarti makanan yang dikonsumsi tergantung pada apa yang disediakan ibu atau pengasuh. Ibu harus memperhatikan asupan nutrisi yang dikonsumsi anak sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usianya. Asupan nutrisi yang tepat megandung gizi seimbang (nasi, sayur, lauk, buah dan susu) dengan jumlah dan frekuensi pemberian sesuai usia.

Salah satu penyebab asupan nutrisi yang tidak tepat adalah perilaku ibu yang salah dalam pemberian makan balita yang meliputi jumlah makanan yang diberikan tidak sesuai, jenis makanan yang tidak beragam, dan frekuensi pemberian makan dalam sehari. Pertumbuhan bayi dan anak dipengaruhi oleh kualitas makanan yang dikonsumsinya, sementara kualitas makanan tergantung pada pola pemberian makan. Tujuan dari penelitian adalah menjelaskan faktor pola pemberian makan pada balita stunting berdasarkan determinan perilaku WHO.

Metode dan hasil

Hasil pengumpulan data melalui kuesioner didapatkan bahwa mayoritas usia ibu pada tahap reproduktif dengan pekerjaan semuanya sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga mayoritas berada di bawah UMR kabupaten Kediri.

Pola makan ibu terhadap anak stunting dibagi menjadi 4 yaitu sangat baik (2,9%), baik (13,8%), cukup (35, 9%) dan rendah (46,9%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap tidak menunjukkan hubungan dengan pola makan anak stunting, sedangkan penghasilan dan peran dari orang yang berpengaruh berhubungan dengan pola makan anak stunting.

Pengetahuan dan sikap orangtua tidak berpengaruh dengan pola makan pada anak stunting. Informasi dan saran dari orang yang berpengaruh misalnya kader kesehatan, petugas puskesmas sangat mempengaruhi perilaku pemberian makan pada anak stunting. Penghasilan merupakan faktor yang dominan berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemberian makan pada anak stunting. Ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang nutrisi bagi anak, namun sedikit yang mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.  Pengetahuan yang baik perlu diimbangi dengan jumlah penghasilan yang mencukupi untuk menyediakan makanan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi anak agar tidak terjadi stunting. Kadar kesehatan merupakan secara langsung aktif untuk menyampaikan informasi dan support bagi keluarga terutama tentang pencegahan dan penanganan anak stunting. Sedangkan penghasilan keluarga merupakan faktor yang penting agar orangtua dapat memenuhi kebutuhan anak terutama dalam memenuhi makanan yang bergizi dengan membutuhkan biaya untuk dapat membelinya.

Penulis: Ilya Krisnana, S.Kep.,Ns.,MKep

Informasi detil dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

http://www.indianjournals.com/ijor.aspx?target=ijor:ijphrd&volume=10&issue=8&article=533

Krisnana, Ilya et al. 2019. “Feeding Patterns of Children with Stunting Based on WHO (World Health Organization) Determinant Factors of Behaviours Approach” Indian Journal of Public Health Research and Development, 10(8): 2756–2761.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).