Peneliti UNAIR Temukan Hambatan Perawatan Paliatif Untuk Lansia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Setiap individu berhak mendapat kehidupan yang layak, tak terkecuali para lansia yang tinggal di panti werdha. Penghuni panti menghabiskan waktunya hingga meninggal dengan segala keterbatasannya. Di akhir hidupnya, mereka cenderung memiliki masalah yang kompleks dan mengalami cacat ganda, misal tidak bisa berjalan dan tuli. Kondisi tersebut dapat menjadi hambatan bagi para profesional yang mereka rawat.

Perawatan paliatif selama ini hanya dikenal untuk penderita kanker, padahal WHO menyebutkan bahwa perawatan paliatif juga diberikan pada penyakit kronis dan kerentanan karena usia tua yang tidak dapat diobati. Di Indonesia sendiri, pelayanan paliatif telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Republik Indonesia, No. 812 / Menkes / SK / VII / 2007, meskipun dalam pelaksanaannya pelayanan paliatif di Indonesia masih dalam tahap awal. Sementara ini, perawatan paliatif masih terbatas pada rumah sakit, Puskesmas, layanan kunjungan rumah tertentu di daerah tertentu.

“Rumah jompo di Indonesia masih belum menawarkan perawatan paliatif dalam pelayanannya. Eksplorasi mengenai permasalahan ini sangat menarik dan penelitian ini dilakukan untuk menggali hambatan yang dialami oleh para perawat,” buka Rista Fauziningtyas, S.Kep.Ns., M.Kep., salah satu dosen Fakultas Keperawatan UNAIR.

Hasil penelitian menemukan hambatan yang dirasakan perawat dalam memberikan perawatan paliatif yang baik dan efektif bagi lansia di panti jompo adalah keterbatasan pengetahuan perawat, komunikasi yang tidak efektif dan keterbatasan sumber daya obat dan tenaga dokter. Strategi yang digunakan untuk mengatasi hambatan tersebut adalah mencari pengetahuan dari internet dan berdiskusi dengan dosen atau perawat senior.

“Hambatan komunikasi dirasakan oleh perawat disebabkan karena gangguan pendengaran akibat proses penuaan, ketidakmampuan lansia untuk berkomunikasi karena proses penyakitnya dan perbedaan bahasa perawat dan penghuni panti Jompo,” sebut Rista.

Strategi yang dilakukan perawat untuk mengatasi hal tersebut adalah merubah metode komunikasi. Cara berkomunikasi harus disesuaikan dengan kebutuhan lansia. Komunikasi menjadi hal yang penting dalam berjalannya perawatan paliatif pada lansia.

Agar pelayanan paliatif dapat diimplementasikan secara efektif pada lansia di panti jompo. Dibutuhkan kebijakan yang lebih baik dan jelas dari pemerintah untuk membantu tenaga kesehatan dalam meningkatkan diri. Fasilitas dan peralatan yang memadai juga sangat dibutuhkan. Pendidikan dan pelatihan untuk perawat juga sangat diperlukan. Perawatan paliatif dan pelajaran berkaitan dengan akhir hidup harus diintegrasikan dalam pendidikan keperawatan sejak tingkat diploma.

“Pemerintah memainkan peran penting dalam pemerataan tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi yang memadai, terutama di panti jompo. Tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dalam perawatan paliatif dibutuhkan tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga di seluruh Indonesia,” pungkas Rista. (*)

Penulis : Sukma Cindra Pratiwi

Editor : Khefti Al Mawalia

Referensi:

https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/WWOP-08-2019-0021/full/html

Retno Indarwati, Rista Fauziningtyas, Gilang Dwi Kuncahyo, Rr Dian Tristiana, Chong Mei Chan, and Graeme D. Smith. 2019. “Palliative and end-of-life care’s barriers for older adults”. Working With Older People.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).