Efektifkah Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin) mencegah Tuberculosis Paru?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh grid.id

Tuberkulosis paru (TB Paru) merupakan penyakit infeksi kronik yang menular, disebabkan oleh bakteri basil tahan asam Mycobacterium tuberculosis yang menyerang jaringan parenkim paru. Beberapa jenis spesies Mycobacterium tuberculosis antara lain: Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium africanum, Mycobaterium bovis.

Angka kejadian Tuberkulosis dunia tahun 2015, menemukan 9,6 juta kasus baru TB paru pada 2014 dengan jumlah kasus terjadi di Asia Tenggara (58%), Pasifik Barat (58%) dan Afrika (28%) 2. Kejadian tuberkulosis paru pada tahun 2014 meningkat menjadi 647 / 100.000 dan 399 / 100.000 populasi dari tahun sebelumnya 272 / 100.000 dan 183 / 100.000 populasi, serta tingkat kematian akibat tuberkulosis pada tahun 2014 telah meningkat menjadi 41 / 100.000 populasi dari tahun yang berlaku, yaitu 25 / 100.000 dari populasi.

Strategi pengobatan TB dengan pengamatan secara langsung adalah pendekatan yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kejadian batuk kronis dan pemeriksaan dahak positif TB secara signifikan lebih tinggi di laki-laki dibandingkan perempuan. Kepadatan populasi yang tinggi, kekurangan gizi merupakan faktor pendukung kejadian TB. Riwayat kontak dengan pasien tuberkulosis aktif dan peningkatan jumlah anggota keluarga juga dikaitkan dengan TB paru dengan pemeriksaan dahak positif.

Hasil penelitian di Surabaya pada 68 responden dengan TB paru dan pemeriksaan dahak positif TB paru menunjukkan tidak ada perbedaan status gender dalam risiko terjadinya TB paru Aktivitas antara pria dan wanita pergi bekerja, bersosialisasi bisa menjadi faktor dalam hal ini. Tingkat pendidikan adalah faktor yang secara bermakna terkait dengan pemeriksaan dahak positif TB adalah tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah, pekerjaan pedagang dan tempat tinggal di perkotaan. Mayoritas pasien TB paru positif dengan pendidikan rendah. Pendidikan mereka adalah sekolah dasar dan menengah pertama. Pendidikan yang rendah berdampak pada kesehatan khususnya TB paru.

Sebagian besar pasien TB dengan pemeriksaan dahak positif TB tidak bekerja. Status pekerjaan dapat menentukan status sosial ekonomi. Status ekonomi yang rendah mempengaruhi tingginya tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit. TB paru sering terjadi dalam status ekonomi rendah, ini terkait dengan seseorang yang tidak bekerja atau menganggur. Pekerjaan dapat menentukan kelas sosial ekonomi masyarakat. Pasien TB BTA positif yang tidak bekerja menyebabkan mereka tidak dapat membeli makanan sehat, tempat tinggal yang memadai sehingga risiko penularan TB paru lebih tinggi.

Faktor sosial ekonomi dan perilaku juga terbukti meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Semakin rendah status ekonomi, semakin tinggi risiko menderita TB paru. Sebagian besar pasien dengan TB paru positif memiliki pendapatan rendah. Tingkat pendapatan seseorang sangat berpengaruh pada perilaku seseorang dalam menjaga kesehatan diri dan keluarga. Pendapatan akan mempengaruhi daya beli dari kebutuhan nutrisi dan perumahan yang memadai.

Sebagian besar penderita TB paru dengan pemeriksaan dahak positif  TB disertai dengan penyakit lain yaitu hipertensi, vertigo dan beberapa orang dengan diabetes mellitus yang dikendalikan insulin. Tingkat pengetahuan dan kejadian TB Paru dengan dahak positif TB memiliki hubungan yang signifikan. Tingkat pengetahuan yang baik akan sangat ditekankan pada peningkatan keteraturan perawatan paru. TB yang membutuhkan waktu lama (6 bulan).

Perokok aktif memiliki risiko lebih besar terkena TB paru. Orang yang merokok mengalami gangguan pembersihan sekresi mukosa, berkurangnya kemampuan sel-sel pembunuh zat asing dan penurunan respons imun karena nikotin dalam rokok menurunkan sistem imun sehingga perokok lebih rentan terhadap TB paru.

Sebagian besar responden dalam penelitian tidak pernah imunisasi BCG pada saat kecil. Data tersebut diperoleh dari wawancara dan melihat bekas luka BCG di lengan responden. Tingkat pendidikan, kebiasaan merokok, pekerjaan, pengetahuan, status gizi, kepadatan hunian, pendapatan dan jenis kelamin, menunjukkan hubungan. Usia dan penyakit penyerta tidak memiliki hubungan yang signifikan. Faktor yang paling dominan dalam kejadian TB paru dengan dahak positif TB paru di Indonesia adalah status imunisasi BCG. 


Penulis: Lailatun N’mah, S.Kep., Ns. M.Kep.

berikut link jurnal publikasi terkait tulisan di atas: https://www.researchgate.net/publication/336061309_Factors_Associated_with_Pulmonary_Tuberculosis_of_Positive_Acid_Fast_Bacilli_in_Surabaya

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).