UNAIR NEWS – Secara statistik, jumlah LBB di Indonesia meningkat setiap tahun. Misalnya, di Jawa Tengah pada 2009, ada 113 LBB yang berlisensi Direktorat Kursus dan Pelatihan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Pada 2017, jumlahnya meningkat menjadi 162 LBB.
Merujuk data Direktorat Pengembangan Kursus dan Pelatihan Kemendikbud sampai tahun 2017, terdapat 1.362 LBB di Indonesia yang berlisensi. Data tersebut belum termasuk LBB yang tidak berlisensi. Bahkan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menyebut 70,88 persen pelajar di Indonesia bergabung dengan LBB.
Enam faktor menjadi pemicu meningkatnya siswa yang tergabung pada lembaga bimbingan belajar itu. Seperti diungkap M. Fariz Fadillah Mardianto, S.Si, M.Si., dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul Prediction the Number of Students in Indonesia who Study in Tutoring Agency and Their Motivations based on Fourier Series Estimator and Structural Equation Modelling.
”Pertumbuhan selama sembilan tahun sangat signifikan, yaitu mencapai 70 persen. LBB tidak hanya tumbuh dan berkembang di kota besar, tapi juga di ibu kota kabupaten,” ujarnya.
Fariz menyampaikan, penelitiannya tidak hanya memprediksi peserta LBB, tapi mengungkap indikator signifikan yang memengaruhi motivasi pelajar gabung ke LBB. Ada 400 pelajar dari tiga LBB dipilih secara acak untuk mengisi kuesioner. Pertanyaan yang diberikan terkait tujuh dimensi. Yaitu, fasilitas, reliabilitas, pelayanan, jaminan, empati, dan motivasi.
”Lebih dari 50 persen pelajar puas dengan segala dimensi yang diukur. Hal tersebut didukung oleh hasil analisis SEM,” katanya.
”Structural Equation Modelling (SEM) digunakan untuk menentukan indikator yang secara signifikan memengaruhi motivasi pelajar untuk bergabung dengan LBB, berdasar kuesioner,” imbuhnya.
Berdasar hasil analisis SEM, lanjut Fariz, hubungan antara reliabilitas, jaminan, dan empati dengan motivasi signifikan untuk semua indikator penentunya. Hasil tersebut memenuhi ukuran kebaikan SEM.
”Dimensi reliabilitas mencakup layanan sesuai dengan iklan, pendalaman materi, latihan yang diberikan, waktu, dan biaya, dapat menumbuhkan motivasi pelajar bergabung dengan LBB. Misalnya, pendalaman materi dan latihan yang diperoleh di LBB lebih intensif dan fleksibel daripada di sekolah,” sebutnya.
Sementara itu, dimensi jaminan mencakup keyakinan berhasil, tutor yang kompeten dan berlisensi, pengalaman alumni yang sukses, pembangunan motivasi, dan peningkatan prestasi akademik dapat menumbuhkan motivasi pelajar bergabung dengan LBB. Fariz beranggapan, secara umum, pelajar membutuhkan keyakinan berhasil dalam pendidikan selanjutnya, cerita tentang pengalaman alumni yang sukses dan peningkatan motivasi.
LBB memberikan porsi lebih besar daripada di sekolah. Dimensi empati yang meliputi kesabaran tutor, keramahan, perhatian, penampilan, dan sikap dapat menumbuhkan motivasi pelajar bergabung dengan LBB. Pelajar cenderung lebih komunikatif dan terbuka dengan tutor di LBB daripada dengan guru di sekolah.
”Permasalahan tersebut harus diatasi karena pusat pendidikan adalah sekolah. Sementara, LBB adalah pendukungnya,” ungkapnya.
”Pemerintah terkait melalui pengajar di sekolah dapat mengubah proses pendidikan menjadi lebih fleksibel dan ramah, serta mengakomodasi minat pelajar. Di sisi lain, LBB harus berbagi porsi dengan sekolah melalui inovasi dengan digitalisasi sistem yang kurang sesuai jika diterapkan di sekolah,” tambahnya. (*)
Penulis: Feri Fenoria
Editor: Khefti Al Mawalia
Referensi:
http://www.ijicc.net/images/Vol_5_Iss_3/42_Mardianto_P708_2019R.pdf
M. Fariz Fadillah Mardianto, Sri Haryatmi Kartiko, Herni Utami. 2019. Prediction the Number of Students in Indonesia who Study in Tutoring Agency and Their Motivations based on Fourier Series Estimator and Structural Equation Modelling publish di International Journal of Innovation, Creativity and Change (IJICC), Volume 5, Issue 3, pp 708– 731 (Scopus Q3).
