Stem Cells sebagai Terapi Kerusakan Kelenjar Air Liur Akibat Radiasi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Feri Fenoria R

UNAIR NEWS – Stem cells atau sel punca merupakan sel-sel tubuh yang belum memiliki bentuk yang spesifik. Keberadaan sel tersebut dimaksudkan untuk menjaga keberlangsungan regenerasi sel yang menyusun jaringan atau organ tubuh apabila mengalami kerusakan dengan cara menjadi sel-sel baru yang dibutuhkan oleh tubuh. Mengingat potensi dan sifat yang dimilikinya, dapat dikatakan bahwa sel punca dapat digunakan sebagai alternatif pada pasien dengan kerusakan kelenjar saliva akibat radiasi dosis tinggi.

Dr. Sri Wigati Mardi Mulyani, drg., M.Kes menjelaskan bahwa paparan radiasi dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan kelenjar air liur yang bersifat irreversible atau tidak dapat diperbaiki lagi. Kerusakan tersebut dapat mengakibatkan penurunan produksi air liur secara drastis atau hiposalivasi. Dalam kondisi yang lebih parah, disebut xerostomia. 

“Salah satu fator yang mempengaruhi keberhasilan terapi ini adalah stem cells harus dapat melekat kuat (engraft) dan juga dpt berintegrasi dengan lingkungan jaringan/organ yg mengalami kerusakan,” ucap dosen yang akrab disapa Dr. Nina tersebut.

Dr. Nina menjelaskan, salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan terapi adalah stem cells melekat erat pada organ yang mengalami kerusakan. Selain itu, stem cells juga dapat berintegrasi dengan lingkungan sekitarnya.

Hanya saja, seringkali jumlah sel yang mampu bertahan hidup cukup rendah. Hal tersebut dapat menurunkan efektivitas terapi.

Tingkat viabilitas kemampuan bertahan hidup yang rendah itu dapat disebabkan oleh metode kultur atau budidaya sel konvensional yang dilakukan di bawah kondisi normoksia (status oksigen normal). Yaitu dengan konsentrasi 21% oksigen.

Hal itu bertentangan atau kontradiktif dengan lingkungan asli dimana sel puncaberasal. Yaitu kondisi hipoksia (lingkungan dengan kadar oksigen rendah, red) dengan konsentrasi 1% oksigen.

“Pada penelitian yang kami lakukan, diketahui bahwa stem cells pada kondisi hipoksia memiliki kemampuan terapi yang lebih baik daripada pada kondisi normoksia. Sehingga, diharapkan terapi dapat digunakan untuk meregenerasi kembali jaringan kelenjar saliva yang rusak akibat radiasi,” pungkasnya.

Penulis: Galuh Mega Kurnia

Editor: Nuri Hermawan

Reference :  Mulyani, S. W. M., Astuti, E. R., Wahyuni, O. R. & Ernawati, D. S., 2019. Xerostomia Therapy Due to Ionized Radiation Using Preconditioned Bone Marrow-Derived Mesenchymal Stem Cells. Eur J Dent, 13(2), pp. 238-242.

 Link : DOI https://doi.org/ 10.1055/s-0039-1694697

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).